by Lea Kesuma on Friday, March 26, 2010 at 7:23am
Liburan panjang, karena nggak dapet jatah jaga UN. Membuat saya lebih leluasa untuk membuka buku-buku lama saya, Menjadi Manusia Pembelajar dan Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup, keduanya karya Andrias Harefa.
Dari membaca dua buku tersebut, saya jadi terus melanjutkan untuk membaca buku yang lain, bukunya Pater Drost, Sekolah Itu Candu nya Roem dan Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional -Dedy Pradipto, buku terakhir adalah desertasi Dedy yang memuat analisa beliau tentang pandangan-pandangan Romo Mangun mengenai Belajar Sejati dan sekolah Mangunan.
Setelah membaca buku buku tersebut saya malah tambah stress dan prihatin. Apa lagi trus inget deschooling nya ivan illich dan pandangan Paulo freire tentang pendidikan.
Yang mereka semua katakan, nyata dan benar. Hasil dari sekolah dan sistem pendidikan konservatif juga bisa terlihat sekarang. Tawuran, korupsi, pelajar dan mahasiswa yang bunuh diri, pengangguran terselubung dimana-mana, bahkan terakhir saya baca jumlah lulusan sarjana menganggur meningkat 50%.
Mungkin perlu diperhatikan, Pidato Larry Ellison orang terkaya no 2 di dunia, yang saya ambil dari buku Sekolah Saja Tidak Pernah Cukup-Andrias Harefa-,
“In fact, as I look out before me today, I don’t see a thousand future leaders in a thousand industries. I see a thousand losers.
Instead, I want to give hope to any underclassmen here today. I say to you, and I can’t stress this enough : LEAVE. Pack your things and your ideas and don’t comeback. Drop out. Start up. For I can tell you that a cap and gown will keep you down just as surely as these security guards dragging me off this stage are keeping me down…”
Pidato ini disampaikan pada upacara wisuda lulusan Universitas Yale sekitar bulan September tahun 2000, dan kata-kata tersebut ditujukan untuk mahasiswa-mahasiswa yang masih kuliah disana. Untuk para wisudawan Larry mengatakan bahwa mereka semua losers, pecundang. Apa yang mereka harapkan dari kesarjanaan mereka, gaji $200.000 setahun?. Larry Elison dan beberapa orang terkaya di dunia seperti Bill Gates, Paul Allen dan Michael Dell tidak pernah selesai kuliah. Mereka mencuri start, menekuni usaha mereka sejak dini, sehingga ketika teman-teman mereka menenteng ijasah melamar kemana-mana, mereka bahkan sudah dapat menggaji lulusan-lulusan sarjana tersebut.
Kenapa nggak dulu-dulu ya saya ngerti yang seperti ini, bener kata Roem, Sekolah itu Candu, sekolah sepertinya harga mati, yang bisa menentukan keberhasilan seseorang. Jadi inget slogan di jalan,”Semua anak HARUS sekolah”. Setelah baca slogan tersebut saya berpikir, kenapa nggak ditulis “Semua anak HARUS belajar”. Jadi lebih penting sekolah daripada belajar? hahaha..
Belajar itu sepanjang hayat, dari buaian hingga liang lahat. Menurut Andrias di bukunya Menjadi Manusia Pembelajar, ada tiga hal belajar; belajar tentang, belajar melakukan dan belajar menjadi, belajar dari universitas besar kehidupan, memaknai yang terjadi di kehidupannya, untuk kemudian melakukan perubahan.
Pembelajaran menurut Bloom adalah membentuk watak dan sikap, mengembangkan pengetahuan, serta melatih keterampilan. Menurut Andreas, misi ini tidak pernah mampu ditunaikan lembaga persekolahan, karena sibuk dengan misi terselubung untuk melestarikan status quo, dunia persekolahan jelas-jelas sudah gagal membentuk watak dan sikap manusia Indonesia. *Bukan saya saja yang ngomongin ini, kan?..*
Untuk masa yang sangat lama kita telah mencoba hidup dalam masyarakat yang menganggap dan memperlakukan sekolah sebagai satu-satunya tempat belajar. Hasilnya adalah apa yang sekarang kita petik. Sebagai masyarakat dan Negara, Indonesia makin dekat dengan apa yang disebut Bung Karno sebagai “Bangsa kuli-babu”. Kita nyaris tidak memiliki kelompok masyarakat yang oleh Romo Mangun disebut “bermental swasta”.-Andrias
Sekolah yang paling elite pun tidak mampu lagi membekali murid-muridnya dengan pengetahuan dan pegangan yang memadai untuk menghadapi tantangan zaman ini-Sindhunata
Romo mangun, “Selama 32 tahun anak-anak dipenjara oleh sistem pendidikan eh pengajaran yang diselenggarakan melalui sekolah formal. Kaum muda yang tadinya kreatif dan pada dasarnya kritis, disekolahkan. Lalu di sekolah mereka diajari jampi-jampi, dibius kesadarannya, dilatih membuat proyek proposal yang dananya bisa dikorupsi, dan seterusnya. Diajarkan bahwa sekolah,universitas dan gelar akademis adalah jalan satu-satunya yang harus ditempuh untuk mengubah nasib mereka.”
Menurut Andreas, untuk memfasilitasi proses pembelajaran, khususnya orang muda meski tidak boleh dibatasi usia, adalah hingga ia mampu memanfaatkan baik pengetahuan maupun keterampilan yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitarnya, sehingga ia menjadi manusia yang produktif dan manusiawi dalam arti siap hidup, siap belajar,siap berkarya dan siap bekerja sama dalam menciptakan ulang masa depannya, masa depan kelompoknya dan masa depan masyarakat bangsanya kearah yang lebih baik.
Menurut saya, belajar mestinya menyenangkan, bukan paksaan, sesuai kebutuhan, dan belajar tidak mesti dengan duduk membaca, duduk browsing, belajar bisa ketika ada di jalan, ketika bermain, ketika bertemu relasi, ketika menghadapi masalah. Pengetahuan bisa didapat dengan mudah dari buku ato eyang google, lebih up to date dan nyata. Namun makna belajar yang lebih luas, bisa kita peroleh dimana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.
Nah sekarang, apa yang dilakukan sekolah untuk membuat anak-anak didiknya menjadi manusia pembelajar, jika dengar kata “belajar” saja mereka malas?
Capek gak sih.....
Long exhale…..hhhhhhhhhhhhhhhh….:(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar