Senin, 24 Desember 2012

Belajar seru dan belajar bebas ... :)

As usual, saya selalu terkejut dengan dampak dari apa yang saya lakukan bersama anak anak..

Adalah satu kelas "istimewa" dengan jumlah laki laki 20 anak dan perempuan 15 anak. 20 anak laki laki ini tidak memiliki motivasi atau keinginan untuk belajar, mereka juga tidak memiliki rasa emphati, tidak sopan, kasar, yang dilakukan nggelosor sepanjang hari di meja mendengarkan headset, main gadgetnya. Sebagian besar dari mereka memiliki latar belakang miskin dan broken home

Rabu, 19 Desember 2012

[KLIPING] The Finland Phenomenon.


Oleh Ardanti Andiarti
Tepat di tanggal cantik 12.12.12, di tengah kisruh perubahan kurikulum 2013, MLI (Moedomo Learning Institute) mengadakan pertemuan rutinnya di Common Room. Kali ini acaranya bedah film "Finlandia Phenomenon", sebuah film dokumenter keluaran 2011 tentang sistem pendidikan di Finlandia. Banyak yang hadir di sini. Selain Pak Iwan Pranoto (dosen Matematika ITB dan tuan rumah MLI), ada juga Pak Hendra Gunawan (dosen Matematika ITB yang kali ini menjadi moderator), Pak Andy Sutioso (pendiri Rumah Belajar Semi Palar tempat saya mengajar beberapa waktu yang lalu), Pak Armein Z. Langi (dosen Elektro ITB juga teman dari almarhumah ibu saya), dan banyak mahasiswa yang tertarik dengan isu pendidikan di Finlandia ini. Senang sekali karena saya bisa hadir dan tidak diduga bertemu dengan salah satu dosen favorit saya selama kuliah, Pak Satria Bijaksana (dosen Fisika ITB)!

Ya, sistem pendidikan Finlandia memang sering sekali menjadi topik bahasan karena dianggap memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia. Terlebih bila kita menyoroti tidak adanya tes sebelum lulus SMA, jam tatap muka dan jumlah PR yang sedikit. Sepertinya sangat seru bersekolah atau mengajar di Finlandia. Bisakah kita begitu saja meniru sistem pendidikan seperti di sana? Di sini saya tidak akan membahas tentang filmnya, silakan tonton sendiri di youtube (tautan di bawah tulisan ini) :) Saya hanya ingin berbagi beberapa catatan dan opini saya selama diskusi.


"Sometimes doing simple things is the hardest things." 

Sebenarnya sistem pendidikan di Finlandia menerapkan hal sederhana yang sudah seharusnya dilakukan dan tidak perlu riset yang rumit. Seperti misalnya kejujuran. Begitulah ungkap Pak Satria Bijaksana. Pendidikan adalah proses, termasuk proses perjuangan. Kita lihat sistem pesantren zaman dulu. Seorang murid lulus ketika sang guru mengatakan sudah tidak ada ilmu yang bisa dibagi lagi. Lalu murid tersebut pergi dari tempat tersebut mencari guru dengan ilmu lain. Jadi setiap orang, setiap murid, punya masa belajarnya masing-masing. Tidak lalu disamakan seperti saat ini.

Senin, 17 Desember 2012

Entrepreneurship di Indonesia



Tulisan ini terinspirasi setelah saya mengikuti National Educators Conference 2012- Reshaping Entrepreunership Education In Indonesia 11-12 Desember 2012
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat jumlah penduduk yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18 persen dari jumlah 2,38 juta penduduk Indonesia. Idealnya, agar Indonesia bisa berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2 persen dari 238 juta orang penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam profresi dan keahlian
(http://economy.okezone.com/read/2012/10/13/320/703503/idealnya-jumlah-wirausaha-di-indonesia-4-76-jt-orang)

Permasalahannya sekarang adalah bagaimana mengajak anak anak muda usia produktif untuk menjadi seorang entrepreneur handal.
Paradigma yang ada, anak anak muda sekarang tidak suka tantangan, suka bekerja kantoran, sukaaa jadi pegawai pemerintah atau PNS, sukaaaa melamar pekerjaan dan pada akhirnya terlibat dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan passionnya.
Karakter pengusaha yang dibutuhkan adalah pengusaha yang mampu dan mau bekerja keras, kreatif, inovatif, tough, jujur, berani gagal, dan mampu mengatasi kegagalannya dengan baik.

Semua karakter ini tidak dapat dibentuk begitu saja, memerlukan proses yang cukup panjang, dan tidak bisa juga hmm tidak dapat dengan mudah diajarkan di sekolah, you know lah… menurut pandangan saya karakter entrepreneur adalah karakter yang harus dimiliki setiap manusia yang ingin berhasil dalam hidupnya. Orang orang berhasil yang saya kenal, semuanya adalah orang orang yang baik hati, tulus, pekerja keras, jujur, dan berani, namun sekaligus “semeleh”, maksudnya mereka orang orang yang punya ambisi besar, mimpi besar tapi tidak ngawur, tidak menghalalkan segala cara untuk mencapainya.

Satu kunci pendidikan karakter adalah KETELADANAN bagaimana anak anak melihat orang dewasa di sekitarnya menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi, bagaimana anak anak melihat orang dewasa di sekitarnya bertingkah laku, that’s why orang dewasa yang ada di sekitar anak itu seharusnya juga ikut mempersiapkan dirinya dan belajar sebelum mendidik  dan membiasakan karakter karakter yang diharapkan tertanam pada diri anak anak tersebut.

Kembali ke masalah entrepreneurship, saat anak anak di kelas saya tanya apa yang akan mereka lakukan setelah mereka lulus, jawaban mereka adalah TIDAK TAHU. Pertanyaan saya tajamkan lagi, siapa yang akan kuliah, 3 orang menjawab InsyaAllah, sisanya masih sama TIDAK TAHU.  Ketika saya tanya apa kesukaan mereka jawaban mereka baru beragam, jalan jalan, makan, tidur, membaca, menggambar, kongkow, shopping, dan masih banyak lagi.

Untuk diketahui, sebagian besar murid murid saya memiliki latar belakang ekonomi menengah kebawah, dan yang saya lihat selama 9 tahun saya mengajar, sebagian besar dari mereka setelah lulus, bekerja di pabrik pabrik di sekitar rumah mereka.

Ketika saya tawarkan kenapa kalian tidak membuka usaha sendiri alias menjadi pengusaha, alasan mereka adalah terutama tidak ada modal, ini alasan paling gampang diungkapkan daripada alasan takut gagal atau rugi.

Beberapa waktu lalu saya membuat semacam pembelajaran My Money Trip, yaitu semacam pengelolaan keuangan sederhana yang saya ajarkan ke murid murid saya yang pada akhirnya membuat mereka memiliki tabungan untuk modal usaha setelah mereka lulus sekolah.

Setelah nanti uang terkumpul, terus usaha apa bu?... mulailah dari apa yang kalian sukai!! Sukanya makan, bikin rumah makan, suka jalan jalan bikin tour travel, suka shopping bikin toko, suka membaca bikin tulisan dan dibukukan tidak bisa diterbitkan orang lain terbitkan sendiri, suka menggambar bikin komik atau belajar lagi graphic design, suka kongkow bikin event organizer dan masih banyak lagi hal yang sangat mungkin mereka lakukan sesuai passion mereka, karena bekerja sesuai passion akan membuat mereka menjadi seseorang yang mampu bekerja keras, memiliki kekuatan diri jauh dari apa yang mereka bayangkan sebelumnya, percaya diri, menyadari potensi yang mereka miliki.
Untuk awalannya mereka bisa bekerja terlebih dahulu di rumah makan, kalau mereka ingin buka rumah makan nantinya, atau bekerja di tour travel, kalau mereka ingin buka usaha tour travel dari sana mereka bisa belajar dan menyerap semua dinamika usaha yang akan mereka geluti kelak.

Nah semua siap, sekarang bagaimana peran lingkungan yang mendukung, maksud saya bukan lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, IYA pertama pasti berat dari dua komponen tersebut namun ada lagi yang mesti mendukung semangat mereka ini, yaitu aturan pemerintah dan lembaga keuangan.

Jumat, 23 November 2012

I Love Them!!

Saya mengajar sejak tahun 1998, kemudian tahun 2001 berhenti selama 2 tahun karena punya anak, ketika anak saya sudah cukup mandiri, saya kembali mengajar di sekolah yang sekarang sekitar tahun 2003.
Pilihan profesi ini karena saya menyukai berada bersama anak anak itu, awalnya sih karena saya menyukai masa masa SMA saya dulu, masa masa yang indah, masa masa yang menyenangkan, di SMA pertama kali saya kenal kajian Al Qur'an, pertama kali saya tahu dan memahami Islam, sekaligus juga merasakan kenakalan anak remaja, seperti bolos sekolah, surat suratan di kelas, ngerjain temen, dan keasyikan keasyikan lainnya, waktu itu yang saya rasa selama ada di SMA cuma seneng sama seneng..., that's why saya pernah berpikir gimana caranya saya bisa merasakan masa masa itu lagi.

...

Akhirnya saya sekarang jadi guru, dan kembali merasakan masa masa itu.. dari tahun pertama saya mengajar hingga sekarang banyak kejadian memalukan, menyedihkan, menjengkelkan dan yang terakhir menyenangkan, menyenangkan, menyenangkan yang saya alami


Sejak saya mengajar banyak kejutan-kejutan dari anak anak seperti terpilih menjadi guru terfavorit, walau kategorinya tidak jelas, ya iyalah saya mengajar hampir di setiap kelas yang ada waktu itu...
kemudian adaaa aja yang dateng atau sms walau sudah lamaaa gak jadi murid saya, yang saya heran masih saja mereka ingat pernah ngapain aja dengan saya saat SMAnya
yang terakhir terakhir nih, kejutan di hari ulang tahun saya duh bikin haru ... *saya memang cengeng kali ya
terus yang baru kemarin, saat saya purna tugas jadi wali kelas pengganti di kelas A, karena teman yang saya gantikan sudah selesai cuti...saya sama sekali tidak menyangka betapa mereka duh...
Ini mata masih pedih, anak anak ini mmebuat saya haru
di kelas Dwi Arif ini pendiam lho, beneran, saya tidak tahu dia ternyata bisa nulis secantik ini.. :)
Ini Viewe, anaknya gokil, tapi cool, dan saya merasa terhormat berteman dengan dia di FB

sore tadi mata saya masih pedih....

Minggu, 04 November 2012

Know Each Other Better

baru sampai kurang lebih giliran ke lima, anak ini sudah jadi terhukum hehe
Kebiasaan saya, jika ada masalah diantara anak anak adalah, membuat mereka menuliskan masalah tersebut di selembar kertas. Kali ini saya minta mereka menuliskan apapun tentang diri mereka dan keluhan mereka terhadap kelas dan sekolah. Hasilnya setumpuk tulisan mirip kumpulan cerpen yang tidak selesai saya baca dalam waktu satu minggu..hehe :). Keluhan anak anak ini intinya : pertama tentang hubungan mereka dengan orang tua dan saudara kandung, guru di sekolah dan teman mereka di kelas. Kemudian saya urai satu persatu, saya buat kegiatan untuk satu permasalahan inti yang paling mudah diatasi yaitu hubungan mereka dengan teman sekelas. Saya membuat semacam permainan, yang saya adopsi dari berbagai permainan kekompakan kelompok, seperti rantai nama, bingo introduction, susun bangunan, gambar wajah, dan gambar bersama. Ternyata untuk waktu dua jam pelajaran hanya dua permainan yang bisa dilakukan yaitu, rantai nama dan bingo intruduction

Permainan rantai nama, anak anak saya minta melingkar, kemudian hompimpah (termasuk saya) untuk menentukan siapa yang pertama kali melempar bola kertas. Setelah itu, anak yang pertama kali memegang bola kertas, menyebutkan nama dan tanggal lahir, kemudian dia melempar ke teman lainnya, teman yang mendapatkan bola kertas tersebut, menyebutkan nama dan tanggal lahirnya juga menyebutkan nama dan tanggal lahir teman sebelumnya, setelah itu dia melempar ke teman lainnya, teman lainnya juga melakukan hal yang sama menyebutkan nama dan tanggal lahirnya sendiri plus nama dan tanggal lahir dua teman sebelumnya, dan seterusnya hingga terhukum (karena salah menyebutkan) yang ada di tengah lingkaran ada 5 orang. Dan di satu kelas saya terhukum karena salah menyebut tanggal lahir hiks...   Permainan ini saya lakukan karena anak anak ini merasa belum nyaman dengan teman teman sekelas mereka walau sudah bersama sama selama 4 bulan

Kamis, 25 Oktober 2012

Cara AMPUH Merebut Hati Murid



Kereenn!!
Alhamdulillah ya Allah, telah mempertemukan saya dengan seseorang yang keren seperti pak Joko Wahyono. Buku nya keren sekali, buku ini sangat sangat mewakili apa yang saya rasakan selama ini, tapi saya tak berdaya untuk merubahnya, buku ini dengan humble mengajak pembacanya untuk merubah paradigma yang sudah ada tentang bagaimana berada bersama anak anak eh murid murid kita

Menurut saya guru itu mau tidak mau merupakan seorang penentu masa depan murid muridnya, terus dimana tanggungjawab orang tua?.... 

Persepsi ini terbentuk karena masih banyak orang tua yang tidak mampu mengatasi perkembangan anak anak mereka. Ada yang memang sibuk dan tidak menyempatkan,ada yang memang tidak mampu. Tidak mampu karena keadaan yang membuat mereka seperti itu, bagaimana tidak? memenuhi kebutuhan makan setiap hari saja mereka pusing apalagi harus belajar parenting.
By the way persepsi saya ini diluar beberapa fenomena keluarga homeschooling yang mulai banyak tumbuh beberapa tahun belakang ini, dimana orang tua yang menyadari bagaimana peran mereka dalam pendidikan anak, mau untuk kembali dan terus belajar bersama anak anak mereka hingga mencari pola yang tepat untuk belajar bersama putra putri mereka.

Itulah mengapa saya berpikir, guru memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan anak didiknya.

Buku cara AMPUH merebut hati murid dibagi menjadi empat bagian, bagian pertama adalah bagaimana guru menjadi harapan murid muridnya, jadi ingat ungkapan William Arthur Ward-The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires. Bagian kedua berisi penjelasan apa itu cara AMPUH (Asertif, Menghargai Murid, Pandai membina hubungan baik, Usaha Optimal, Hindari Kekerasan dan Rasa takut) . Bagian tiga cara AMPUH dalam kisah kisah Inspiratif dan Bagian Terakhir Profil Guru Ampuh yang menjadi Magnet para siswanya (dibagian ini ada sedikit sharing dari saya lho…)

Di bagian satu ada yang bikin saya mak deg, di halaman 25 dituliskan Hasil survey yang dilakukan UNICEF pada tahun 2006, 90% guru di Indonesia menghukum murid muridnya dengan cara menyetrap dan membentak, sedangkan 47% menghukum murid untuk membersihkan WC. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian saya tahun 2008 walau skopenya tidak sebesar penelitian UNICEF, hasilnya sama 90% menghukum secara fisik dan psikis.
Alasan guru menghukum sebagian besar adalah karena murid tidak disiplin, malas belajar, menunda tugas, lamban, bolos, merokok, mengobrol saat pelajaran, tidak patuh aturan. Tapi pernahkah guru bertanya mengapa murid bertindak tidak disiplin?

Jumat, 05 Oktober 2012

Tawuran

Tawuran merupakan tulisan, bahasan, diskusi yang lagi trend belakangan ini..

Sebelumnya saya turut berduka cita secara mendalam bagi keluarga korban, semoga Alawy Y Putra dan Deni Yanuar diterima di sisi Allah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Allahuma firlahu warhamhu wa afihi wa fuanhu.. Aamiin
Menurut saya kematian mereka tidak sia-sia, kematian mereka merupakan momentum untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan bermasyarakat di Indonesia. Mereka pahlawan, agar selanjutnya tidak akan ada jatuh korban lagi.

Seperti yang sering saya kemukakan, kekerasan di sekolah, di masyarakat, bullying antar siswa, guru dan siswa baik bullying fisik maupun psikis kesemuanya bisa memicu kekerasan yang lebih besar lagi

Saya sependapat dengan Taufik Bahaudin seorang pakar perilaku dalam wawancara dengan MetroTV semalam, bahwa tawuran dapat dicegah jika guru di sekolah tidak melulu mengejar bidang akademik saja, namun juga soft skill, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual, hal hal semacam ini seharusnya terintegrasi dalam proses pembelajaran di kelas.

Kemudian tentang anak anak pelaku tawuran, apakah dengan memberi sanksi dengan mengeluarkan mereka dari sekolah sudah cukup, memenjarakan mereka selama 15 tahun sudah cukup? NO, paradigma harus diubah bukan efek jera namun peningkatan kualitas diri mereka menjadi manusia yang bernilai, manusia yang memiliki hati yang sehat jasmani dan rohani seharusnya menjadi program pembinaan utama untuk anak anak itu, karena mereka juga korban.

Sebenarnya bukan hal yang sulit, just touch them, hold them and love them sincerely. Dalam pembelajaran di kelas, hubungan guru dan murid diperbaiki, gak perlu jaim, duduklah sejajar dengan mereka, bergaulah secara wajar, dalami dunia mereka.

Hei, saya jadi ingat film Freedom Writer, film inspiratif bagaimana seorang guru dapat menyatukan perbedaan ras, dan perkelahian antar genk di kelasnya, bagaimana seorang guru dapat membuat anak anak yang kasar, putus asa dan tidak memiliki harapan itu bangkit dan berdamai dengan perbedaan mereka.


Sesungguhnya setiap manusia memiliki sisi baik dalam dirinya, betapapun kejam dan beringasnya seorang manusia, mereka masih memiliki sepercik hati nurani yang dapat diletupkan dan membesar, membuat mereka menjadi manusia manusia yang lebih baik.

Bagaimana Erin Gruwel guru inspiratif ini melakukannya, gampang, dia melakukannya dengan "hati", hati yang tulus yang dimilikinya membuat Erin Gruwel menemukan berbagai metode untuk meletupkan hati nurani setiap siswa gangsternya.


Bagaimana dengan orang tua, kenapa melulu guru saja yang disalahkan?
Mari kita lihat dari perspektif ini. Siswa di kota besar, sekolah elit, dengan latar belakang dan pendidikan orang tua yang tinggi, dan siswa di sekolah pinggiran yang sebagian besar orang tua nya memiliki latar belakang pendidikan yang rendah dan miskin. Keduanya memiliki kelemahan yang sama, yaitu sulitnya komunikasi antara orang tua dan anak anaknya. Dua golongan orang tua kaya dan miskin, pendidikan tinggi dan rendah memiliki problem yang sama, sama-sama sibuk dengan dunia mereka yang pendidikan tinggi dengan dalih meningkatkan kualitas hidup mereka sedang yang miskin memikirkan mencari sesuap nasi saja kesusahan apalagi mengurus anak anak mereka. That's why guru dan sekolah yang saya sorot, karena mereka memperoleh amanah dari dua jenis orang tua itu untuk membantu mereka mendidik anak anak mereka.

Senin, 24 September 2012

[KLIPING] What I’m telling MY daughter about HER education!

Pesan Dr Thomas Ho kepada putrinya: "You’ve got to
take RESPONSIBILITY for your own education!" padahal dia 
adalah professor besar di Indiana University Purdue University Indianapolis. 
Menarik sekali seorang pendidik di jenjang setinggi itu masih 
dengan rendah hati menyadari betapa sistem pendidikan 
di sana begitu usang. 
Baca artikel menarik tulisan beliau di sini: http://theorlandoblog.com/2011/11/09/what-im-telling-my-daughter-about-her-education/ - Ines Setiawan
What I’m telling MY daughter about HER education!- 
By:

Thomas Ho

Bottom line: You’ve got to take RESPONSIBILITY for your own education! What do I mean by that?
I followed up my recent posts to The Orlando Blog with a post on my own blog on how I would encourage the use of technology to:
  • Assess learning
  • Accountability
  • Advocate
The Orlando Blog, TheOrlandoBlog, Orlando Blog, Orlando
My daughter and I looking into a mirrored ceiling reflects my concern about how difficult it is to see into her future!
I was motivated to do that because I have concluded that our current institutional approach to education is NOT motivating the learning which will be necessary to “future-proof” our students’ education! Our over-reliance on standardized testing to measure learning has crowded out much opportunity for innovation so that students are lulled into a false sense of security to “do what they are told” in exchange for the false assurance that they will be rewarded with “good” grades which they interpret as evidence that they are learning what and how they need to prepare for their future education and careers which we are simply unable to predict due to technology, globalization, and other wrenching changes whose effects have NOT YET manifested themselves to the extent that they eventually will, i.e. “you ain’t seen nothing YET!”

Rabu, 12 September 2012

[KLIPING] Tragedi Pendidikan

Oleh Sidharta Susila
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2012/09/10/15301522/Tragedi.Pendidikan

KOMPAS.com - Ada ironi nan pilu dalam pendidikan kita. Kemasygulan ironi itu berulang dan kian mengabaikan martabat pendidikan. Terbayangkankah guru memperlakukan siswanya seperti barang tak berjiwa? Hal itu dilakukan hanya demi kepentingan guru. Beginikah nasib pendidikan ketika uang begitu memobilisasi dinamika pendidikan?

Riwayat pendidikan kita diwarnai sejarah uang (gaji). Sampai lahirnya era Reformasi, gaji guru, khususnya guru PNS, demikian kecil. Reformasi telah membalikkan nasib guru, khususnya guru PNS. Pemerintah terus menaikkan gaji guru dan memberikan beragam tunjangan.

Niat meningkatkan kesejahteraan guru itu mulia. Sayang, begitu banyak guru yang belum selesai dengan dirinya. Kepahitan hidup panjang karena gaji kecil membuat mereka demikian dahaga uang. Jiwa mereka kian kerontang ketika panggilan jiwa sebagai pendidik nihil. Guru hanyalah sebuah pekerjaan.

Ketika pemerintah terus menaikkan gaji dan memberikan beragam tunjangan, mereka tergagap-gagap hingga mabuk. Mereka tak lagi berpijak kukuh karena nihilnya panggilan jiwa sebagai pendidik. Pengabdian dengan menjadi guru menjadi tema usang dan bahan olok-olokan.

Pada gelora nafsu meraup uang inilah sejumlah guru berubah karakter dari abdi menjadi budak. Abdi itu pemuja kehidup- an yang memuliakan martabat diri. Pilihan sikap dan tindakannya diorientasikan memuliakan kehidupan dan martabat diri. Orientasi hidup abdi adalah investasi jangka panjang.

Budak adalah kebalikannya. Sikap dan tindakan budak hanya untuk kepentingan jangka pendek lagi egoistis. Budak hanya akan bekerja bila tahu akan segera mendapat hasil/untung untuk dirinya. Budak tak peduli kalaupun pilihan sikap dan tindakannya menghancurkan martabat dan kehidupan.

Perilaku membudak (uang) ini tercecap pada kasus pembocoran soal ujian, proyek buku, dan pembangunan pengadaan fasilitas pendidikan yang amburadul, memberikan jasa manipulasi nilai, atau memecah jumlah kelas di sekolahnya demi memenuhi tuntutan minimal proyek sertifikasi. Juga ketika mereka terus menambah kelas dengan menerima sebanyak-banyaknya siswa tanpa seleksi agar mencapai target minimal jumlah mengajar untuk tuntutan sertifikasi. Tak peduli cara ini dilakukan di tengah sekolah-sekolah kecil miskin yang kian sekarat.

Ini tragedi pendidikan. Niat awal meningkatkan kesejahteraan agar guru kian bermartabat kini justru telah menjadi proses perbudakan (guru) yang justru menghancurkan martabat serta kehidupan.

Senin, 10 September 2012

Dihargai atau tidak, sudah tidak penting lagi....:)

Peraturan pemerintah tentang kewajiban mengajar 24 jam membuat posisi guru dengan jumlah jam mengajar sedikit dan jumlah guru berlebih menjadi kesulitan.

Kewajiban ini apalagi kalau bukan ujung ujungnya duit, artinya guru yang tidak dapat memenuhi 24 jam dia tidak berhak atas tunjangan sertifikasi satu kali gaji, dan dengan kata lain tidak berhak disebut guru professional.

Di sekolah saya ada 6 guru ekonomi dengan jumlah jam mengajar 62 jam per minggu, jadi jika dibagi rata ke 6 orang, setiap guru tidak bisa mengajar sesuai aturan 24 jam. Itulah mengapa sejak tiga tahun yang lalu saya memutuskan mundur untuk mencari jam di sekolah lain, hingga saya harus mengajar 3 sekolah, ujung ujungnya memang duit, tapi selama 3 tahun ini nikmatnya bagi saya bukan sekedar uang namun, tantangan mengajar di tiga sekolah dengan karakter budaya sekolah yang berbeda, juga karakter siswa siswanya.

Tahun ini ada peraturan baru bahwa orang orang seperti saya, tidak boleh mengajar di sekolah selain dibawah Kemenag, tidak boleh di sekolah diknas, juga di SMK

Minggu, 09 September 2012

The greatest love of all and me...:)

Pertama mengenal lagu ini sekitar tahun 1989 saat saya masih SMA, waktu itu Hilman-lupus membahas lagu ini di majalah Gadis, lagu ini yang membuat saya terlecut kembali bersemangat ketika saya gagal dan jatuh

I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be

Everybody's searching for a hero
People need someone to look up to
I never found anyone who fulfilled my needs
A lonely place to be
So I learned to depend on me

I decided long ago, never to walk in anyone's shadows
If I fail, if I succeed
At least I'll live as I believe
No matter what they take from me
They can't take away my dignity

Rabu, 05 September 2012

Saya "keranjingan" belajar di Coursera


Kuliah Introduction to Finance sekarang beranjak ke week 8, saya baru selesai mengerjakan assignment di week 6 yang batas akhir pengerjaannya tanggal 6 September besuk, sedangkan video kuliah untuk week 7 dan week 8 berikut assignmentnya sudah ada kemarin, batas akhir dua assignment week 7 dan 8 sama sama tanggal 20 September.

Kuliah Intro to Finance bersama Prof. Gautam Kaul sangat menyenangkan, apa lagi setiap assignment, skor saya lebih dari 75 walau seringnya mesti dua kali mengerjakannya. Jadi satu assignment diberi kesempatan dua kali untuk mengerjakannya dengan dua soal yang 75% berbeda dari soal sebelumnya.
Mau pamer, skor nilai saya di Assignment 6 attempt 2,
yang attempt 1 cuma dapet 70
Feedback dari Prof. Kaul di assignment 6 attempt 1,
baca komentar atas kesalahan yang saya buat, simpatik ya...:)

Sementara kuliah Finance ini berjalan, bulan September ada 3 kuliah lain yang saya ikuti, Statistic One bersama Prof Conway dari Princeton University, Model Thinking oleh Prof.  Scott dari Michigan University dan satu lagi Introductional to Computational Finance and Financial Econometric bersama Prof. Eric Zivot dari Washington University.
Ini empat kuliah yang saya jalani bulan september ini
Kuliah kuliah ini rata rata akan berjalan selama 10 minggu termasuk assignment, quizzes, ataupun homework setiap minggunya.

Di dunia nyata, sebenarnya saya masih harus mengerjakan thesis saya, tentang pengaruh word of mouth intention, image sekolah, kepuasan siswa dan service quality, namun rasanya sayang untuk mengesampingkan kuliah kuliah saya di coursera. Saat mengerjakan thesis saya hanya merasa, harus menyelesaikan pekerjaan itu, saya belum menemukan Aha bahwa saya akan dapat sesuatu dari research saya

Beda sekali ketika saya mengerjakan assignment 1 – 6 dari Prof. Kaul yang sudah saya kerjakan minggu per minggu karena ada batas waktu tiap assignment tiap minggu. Saat saya salah mengerjakan satu kasus rasanya jadi tambah penasaran, dan saat saya bisa menyelesaikan kasus kasus di soal itu rasanya puaaaaaasss sekali, perasaan ini sulit sekali digambarkan. Padahal kelas di Prof. Kaul tidak ada reward yang berarti, tidak seperti jika saya menyelesaikan thesis saya, rewardnya tentu saja, ijazah, gelar bisa juga kenaikan pangkat. Reward yang saya dapat dari Prof. Kaul adalah kepuasan saat dapat memecahkan kasus kasus dalam soal assignment juga inspirasi gaya mengajar dari Prof. Kaul

Pada prinsipnya ke empat kuliah yang saya ikuti sistemnya sama, ada 5-8 video pendek 15-20 menit yang berisi kuliah para prof tersebut yang bisa di download dan kemudian ada quizzes, assignment, dan homework di setiap minggunya yang harus dikerjakan sebelum batas waktu

Tidak jauh berbeda dengan Prof. Kaul, kelas Prof. Conway, Prof. Scott dan Prof. Eric Zivot juga sangat menyenangkan, guru guru itu sungguh sungguh expert di bidangnya, mereka bisa membuat saya yakin bahwa apa yang mereka ajarkan worth it. Bukan lagi ijazah tapi bener bener ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan saya. Klise ya tapi nyata
Nha ini gara gara Kuliah pertama saya dengan Prof. Kaul yang membuat
saya jadi "keranjingan" dan gelap mata untuk ambil mata kuliah yang lain hehe

Gaya Prof. Conway dari Princeton University saat menyampaikan kuliahnya

Prof. Eric Zivot dari University of Washington, cepeeett banget ngomongnya tapi oke deh
Prof. Scott dari Michigan University,
yang ini juga ngomongya cepet bangett, tapi tetep kereeenn kuliahnya

Minggu, 02 September 2012

Honorable Class??? hari gini...:(


bukan bukan kelas unggulan (bersyukur di tempat saya tidak ada),
tapi mereka anak anak hebat saya
Saya masih belum paham, kenapa hari gini, ternyata masih banyak sekolah yang mengkotak kotakan anak anak atau siswanya dalam kelas bodoh, kelas pintar, kelas miskin, kelas kaya, kelas unggulan dan kelas underdog

Saya search peraturan pemerintah yang mendasari ini, saya temukan, kata mereka salah satu dasarnya adalah pasal 5 ayat 4 UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi
Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak 
memperoleh pendidikan khusus.
persepsi saya pendidikan khusus disini adalah pendidikan yang dapat memperkaya dan memperdalam potensi kecerdasan mereka, bukan di sekolah umum biasa namun sekolah khusus seperti Sekolah Musik, Sekolah Tari, Sekolah Science
dalam UU 20 2004 pasal 4 ayat 1 jelas disebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 
pasal 5 ayat 1 jelas juga disebutkan Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk pendidikan yang bermutu
ada lagi dalam proposal pembentukan kelas unggulan menggunakan dasar pasal 3 UU Sisdiknas ini yang berbunyi 
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

Semua membuat saya berkesimpulan bahwa dasar pembentukan kelas unggulan ini tidak jelas,

Oya sebelumnya akan saya jelaskan apa yang dimaksud dengan kelas unggulan yang sebenarnya, yang terjadi dan saya lihat dari sekolah yang sudah menerapkannya, perbedaan kelas unggulan dan kelas lainnya adalah kelengkapan fasilitas kelas, kelas dibuat berbeda dengan kelas lain, ada AC, komputer, hotspot, LCD, intinya fasilitas kelas dibuat lengkap dan nyaman, guru guru yang mengajar juga guru pilihan dan unggul, siswa siswanya juga pilihan minimal mereka rangking 1 – 5 di kelas biasa atau ada tes seleksi untuk siswa siswa yang dapat masuk kelas unggulan, disamping seleksi, orang tua juga harus memberikan biaya ekstra SPP yang tentu saja lebih tinggi dari kelas biasa. Tujuan dari pembentukan kelas unggulan ini adalah membuat siswa lain termotivasi untuk duduk di dalam kelas tersebut, yang berada di kelas unggulan juga merasa termotivasi untuk mempertahankan kedudukannya disana.

Sekarang kita simak silang pendapat dari beberapa Profesor di tahun 2008, saat merebaknya wacana kelas unggulan untuk sekolah unggulan ini :

Minggu, 26 Agustus 2012

Belajar dan "reward"??

http://www.alfiekohn.org/books/pbr.htm
Beberapa waktu lalu, ada sentilan pendidikan di Indonesia mestinya seperti apa, dari hasil diskusi dengan beberapa teman, yang pernah tinggal di Canada, tulisan seorang teman yang tinggal di Australia, kemudian cerita lainnya dari Singapura, Korea Selatan, China, kemudian cerita teman di Indonesia dengan sekolah favorit dimana anaknya bersekolah.
Kesemuanya menarik, sistem pembelajaran di sekolah sekolah tersebut menyenangkan dan anak anak merasa nyaman.

Satu hal yang saya tidak sependapat adalah masalah reward dan punishment, sekolah sekolah itu masih menggunakan reward and punishment sebagai motivasi ekstrinsik untuk membuat anak anak patuh...:( *I know tidak bisa di generalisasi tapi cukup membuat saya prihatin

Saat anak kedua saya (TK) tidak menangis dan rewel di sekolah, gurunya menghadiahi dengan sebuah bintang besar didadanya, apakah keesokan harinya dia tidak menangis, tetep aja tuh nangis, hal ini disebabkan anak saya belum memahami mengapa menangis di sekolah tidak boleh, kenapa rewel tidak boleh?

Apakah jika anak saya tidak melakukan kewajiban sholat 5 waktunya cukup dengan dipukul? (FYI, Rasul tidak pernah sampai memukul)

NOP

Reward and punishment nantinya akan membuat tujuan utama berbuat baik menjadi bias, demikian juga pemahaman terhadap perbuatan atau perilaku yang buruk

Seterusnya ada yang bertanya bagaimana mengapresiasi perbuatan baik yang dilakukan anak anak atau siswa kita, jika tidak boleh ada reward and punishment?

"reward" nya mereka memahami dengan sendirinya dampak dari kebaikan yang telah mereka lakukan

seperti misalnya kemarin setelah pengumuman kelulusan, kita kita saya dan anak anak daripada pawai gak karuan, jalan kaki dari sekolah ke tengah kota bagi bagi nasi bungkus ke orang orang yang membutuhkan tanpa berpikir apresiasi atau apapun, semua karena Allah.
Jadi saat anak anak memberikan nasi bungkus itu dan mereka yang diberi, berdo'a buat mereka, anak anak itu senang dan bahagia, mereka terharu dengan do'a do'a para dhuafa tersebut..cerita dan foto selengkapnya ada disini http://untukanakbangsa.blogspot.com/2012/05/open-publication-free-publishing-more.html

Apresiasi bisa jadi "bonus" dari tujuan utama, betapa menyenangkannya berbuat baik

demikian juga untuk punishmentnya, mereka memahami dampak perbuatan buruk yang akan mereka lakukan, jadi komunikasi dan dasar yang jelas harus kita miliki untuk membuat mereka paham mengapa suatu tindakan tidak boleh dilakukan

Minggu, 29 Juli 2012

Kuliah saya di coursera.org

Kuliah Online di https://www.coursera.org/ sangat menyenangkan dan penuh tantangan.
Kelas yang saya ikuti Introduction to Finance mulai pada tanggal 23 Juli 2012 kemarin dan assignment 1 harus selesai besuk 30 Juli 2012. Kuliah Introduction to Finance akan berlangsung 10 minggu atau selesai sekitar awal oktober. Sekarang baru week 1 menuju week 2.

Akhirnya saya ambil juga 7 kelas dari 12 kelas yang saya inginkan, gila gak sih,
biarlah kuturuti nafsu ini, rasanya gak pingin berhenti, kayak candu....

Cara kerjanya begini, dosen dalam hal ini Prof. Gautam Kaul (kalau lihat aksennya sih dari India--hmm India memang kereenn) memberikan penjelasan melalui beberapa video yang bisa di download, untuk week 1 ada 8 video, video ini pendek pendek paling panjang sekitar 15 menit, jadi nggak capek ngikutinya dan tidak terasa ke 8 video habis terlahap. Walau berbahasa Inggris namun semua disampaikan dengan baik seperti bahasa sehari hari, sehingga mudah diikuti, jika masih kesulitan coursera memberikan subtitle nya dalam bahasa inggris.
Video Pembelajaran Introduction to Finance dari Prof. Gautam Kaul University of Michigan USA

Setelah semua kuliah Prof. Gautam di week 1 ini saya ikuti, saya mulai mencoba tantangan mengerjakan assignment 1 jumlah nya 10 soal hitungan Present Value dan Future Value, setiap soal ada point yang berbeda beda sesuai dengan tingkat kesulitannya.

Oleh Prof. Gautam, kami diberi dua kali kesempatan untuk mengerjakan assignment 1 attempt 1 dan 2, saat mengerjakan attempt 1 karena penjelasan Prof. Gautam yang sederhana dan gampang, saya langsung coba tanpa melihat ketentuan meletakkan angka, juga tanpa melihat forum diskusi tentang apa yang akan dihadapi di assignment 1--hasilnya hehe 3 soal dengan point terbesar yaitu 15 poin =45 poin, tidak dapat saya kerjakan jadi assignment 1 nilai saya di bawah kriteria ketuntasan minimal 70 hehe.. 

Minggu, 22 Juli 2012

Belajar yang Menantang!!

Ini 3 kelas yang akan saya ikuti di coursera.org
Saya memang punya rencana setelah selesai kuliah Magister Manajemen Pendidikan ini,  lanjut kuliah Magister Manajemen untuk lebih mendalami ilmu ekonomi, yang murmer berkualitas dan deket rumah. Namun walau murmer, tapi kalau dananya belum ada jadi ilfill juga.

Allah selalu memberi jalan dan kemudahan buat umatnya yang memiliki kemauan kuat dan bersabar. Seorang teman guru Dutch dan German International School di Jakarta Ines Puspita, tag dan sharing ke saya dan teman lain tentang tulisannya bahwa dia bisa kuliah dari rumah dan gratis.
Wah kesempatan ni...

Saat saya ikuti linknya disini https://www.coursera.org/ dan mencari dari 111 kelas dari 16 Universitas keren di US, yang dibuka terdapat sekitar 12 kelas yang ingin saya ikuti, tentang Finance, Education dan Statistic, namun dengan berbagai pertimbangan akhirnya saya prioritaskan 3 kelas, 3 kelas ini saya butuhkan untuk memperkaya pengetahuan saya saat belajar bersama dengan anak anak di kelas, yaitu Introduction to Finance, dari University of Michigan yang akan dimulai besok pagi tanggal 23 Juli 2012 untuk 10 minggu pertemuan dengan 10 tugas yang harus dikerjakan, plus syllabus dan beberapa buku yang harus dibaca. Welcome note yang dikirim via email untuk kelas ini juga menyenangkan sekali  simak ya..

Dear Ameliasari,

Welcome to this course. I look forward to introducing you to the wonderful and fascinating world of finance, using both frameworks and tools that will help you understand the world around us and also empower you to make both business and personal decisions.

We'll notify you again when the class starts.

Gautam


kemudian di susul surat kedua

Dear Ameliasari,
Thank you for signing up for this class. Finance is one of the most fascinating areas of study because it is both a way of thinking and applicable to everything around us. We start in a few days and I encourage you to read the course Syllabus carefully and to watch the accompanying video I have posted on Coursera. Hopefully, this will give you a good sense of what to expect. The Syllabus contains details about every aspect of the class.
I sincerely hope the class will empower you to understand how the world works and motivates you to create value for yourself and the broader society.
Yours,
Gautam
Prof. Gautam ini dosennya, kalau liat aksen ngomongnya sepertinya berasal dari India

Saya tahu saya tahu.... ini basa basi mereka, tapi oh please deh, dua surat ini cukup menguatkan saya untuk maju terus mengikuti kuliah pak Gautam walau dengan keterbatasan bahasa Inggris saya--modalnya nekat aja hehe

Minggu, 15 Juli 2012

Ceritaku tentang Passion

Saya selesai menulis surat lamaran ke sekolah sekolah lain, dalam rangka memenuhi 24 jam pelajaran tatap muka seperti yang diwajibkan pemerintah untuk guru PNS dan tersertifikasi seperti saya.

Saat menulis lamaran itu saya geli sendiri, nggak tau ya geli aja, keinget masa lalu sekitar tahun 1998, kemudian tahun 2003, saat saya melakukan hal yang sama seperti sekarang ini. Waktu itu yang saya jual adalah semangat dan kesukaan saya berada bersama anak anak di kelas. Di awal kalimat pada surat lamaran saya, selalu saya katakan satu kalimat ini "Teach is what I really want to do in my life" kalau sekarang mungkin tepatnya "Learn with my students is what I really want to do in my life".

Berada bersama mereka itu awesome, bikin hidup lebih hidup, bikin awet muda, ah menyenangkan sekali. Kalimat itu saya tulis lagi di surat lamaran saya kali ini, dengan berbagai bukti perjalanan saya bersama mereka hampir 8 tahun belakangan ini.

Rabu, 04 Juli 2012

Sepatu Dahlan's Feel...^.^

Saya kagum sekali dengan pak Dahlan Iskan, orang semacam ini langka.
Namun ntahlah saya ingin jujur, saya nggak begitu sreg dengan novel ini, mungkin karena novel jenis fiksibiography kali ya eh terinspirasi dari mas Eko Prasetyo yang barusan bahas novel fiksinews.

Kalau ini full biografi saya kagum sekali dengan Dahlan, namun karena diawal penulis, cerita bahwa ada fiksinya juga, jadi saat baca, saya berpikir ini yang bagian fiksi atau yang bagian biografi Dahlan Iskan ya hehe

Maaf memang itu yang saya rasakan dan pikirkan saat membaca novel ini, hmm mungkin saya termasuk pembaca mellow yang suka terbawa dengan imajinasi saya pada setiap tokoh yang ada, maunya sih semua yang ada di cerita Sepatu Dahlan adalah kisah nyata, seperti saya baca kisah Steve Jobs kemarin atau Air Mata Rahasia-kisahnya ibu Dewi Trenggono, istri pengusaha sukses Happy Trenggono, atau kisahnya si Tiger Mother Amy Chua.
Bukan berarti saya nggak suka fiksi, saya sukaa juga, dari Agatha Christie, Enyd Blyton, JK Rowling, Stephanie Mayer, Dan Brown dan ah banyak deh.

Mungkin sayanya aja yang high expectation sama novel ini karena kekaguman saya sama pak DI hehe..

Jumat, 29 Juni 2012

Kesempatan beasiswa ke India...:)

(tulisan terakhir, dari empat tulisan tentang Seminar Internasional dengan tema-Be The Leading Entity in Education)

Sesi terakhir ada pak Pradeep Gupta, beliau adalah Second Secretary for Education & ASEAN, The Embassy of The Republic of India.

Pak Pradeep, begitu dia ingin dipanggil, menjelaskan mengenai perkembangan pendidikan di India pada umumnya dan pendidikan tinggi pada khususnya.
Yang saya takjub, pak Pradeep mengatakan tingkat melek huruf di India cuma 60% jauh tertinggal di banding Indonesia yang diatas 90%, terus minat bersekolah dasar juga rendah.

Kenapa saya heran, eh keheranan ini juga sempat saya tanyakan, pertama mereka punya Bollywood yang mendunia, ada dua film yang bener bener membekas dalam diri saya, 3 Idiots dan Tare Zamen Par, terus mereka punya seorang Salman khan dengan http://www.khanacademy.org/ nya, mereka juga punya Kiran bi Sethi, Sugatra Mitra, terus Bunker Boy dan setiap saya buka jurnal international pasti ada orang India disana, belum industri motor dan mobilnya yang mulai berkembang. Oh please deh pak, Negara bapak itu banyak orang hebat... How come jika ternyata melek hurufnya rendah dan minat bersekolah juga rendah?

Tapi bapak Pradeep bilang ini tidak bisa dijadikan pembanding, coba deh apa saya yang buta ya, orang orang revolusioner di Indonesia adakah?...banyaaak, Anis Bawesdan, Andy Noya, Amilia Agustin..oh maaf saya kok gak bisa inget yang lain ya...(tapi ini gak valid kok, subyektif sekali, karena pengetahuan saya terbatas)
Tapi memang seharusnya kan Indonesia begitu, karena tingkat melek hurufnya tinggi dan juga hampir semua anak Indonesia masuk sekolah, kecuali yang homeschooler hehe..

Sampai di rumah pun saya masih penasaran dengan hal ini...

Terus bahasan berikutnya adalah tentang kesempatan beasiswa, yang pertama saya ingin tahu sesungguhnya batas usia penerima beasiswa, katanya kecuali jurusan teknik maks. 45th, tidak ada batasan usia penerima beasiswa, waaa lega deh, karena umur saya udah hampir 40 thn, dan biasanya batasan beasiswa cuma maks 35 thn..:(

Ada berbagai macam beasiswa yang ditawarkan semuanya bisa di akses di website kedutaan besar India di Jakarta http://indianembassyjakarta.com/, setelah aplikasi di kirim copyannya juga dikirim ke pak Pradeep via email di ssedu@net-zap.com atau eoipol@net-zap.com
Jadi segala urusan terutama masalah pendidikan dan belajar di India, juga kursus singkat hubungi email pak Pradeep Gupta, supaya segala urusan bisa lebih cepat dan mudah.

Alhamdulillah, sungguh seminar yang menyenangkan dan menginspirasi..
Selamat mencoba Semangaaattt!!...(^.^)/..

Literacy, Media Literacy and Digital Literacy

Jonald Donaldson, M.SEd,

Ini Jonan Donaldson.. :)
Di hari kedua keesokan harinya, Jonan bicara lagi tentang literacy, media literacy and digital literacy
Sesi ini juga ada pembicaraan via Skype dengan Dr. Mary Bucy langsung dari Oregon

Tahu nggak sih dua hari yang tak terlupakan dalam hidup saya deh...:)

Pertama tama terus terang saya masih gelap dengan tiga hal itu, yang saya tahu sih literacy adalah kemampuan untuk membaca dan menulis, saya pikir, bagaimana meningkatkan minat baca tulis murid murid kita hahaha, duh kalau di USA mereka udah biasa ya, tingkat baca mereka kan tinggi, kok gak inget sih sayanya
Bener aja memang ternyata beda banget dengan persepsi saya, Media literacy lebih kepada kemampuan kita memahami apa yang akan disampaikan media kepada kita, jangan sampai kita dibohongi oleh mereka. Jonan menggunakan ilustrasi iklan sepatu Nike, Just Do It. asumsinya jika menggunakan sepatu Nike maka kita bisa melakukan apapun, atau gambar iklan Mc Donald yang ternyata besar tumpukan burgernya nggak sesuai dengan kenyataan

Kemudian tentang Digital Literacy, ada 5 key skill, yaitu source analysis, informantion management, mengelola privacy, communication dan content creation.

Kalau menurut saya, intinya bagaimana kita mengajar anak anak supaya bijak menggunakan literacy digital, seperti dicontohkan search di google tentang Martin Luther King Jr. Seperti diketahui MLK adalah pejuang kulit hitam yang menentang racisme. Saat hasil pencarian muncul, ada satu judul yang menarik Martin Luther King Jr. A True Historical Examination, saat kita klik tautan tersebut, jangan langsung percaya dan mengambil mentah mentah informasi dari sana. Lihat siapa host nya, biasanya ada kecil dibawah di web nya tertulis hosted by Stomfort, kemudian cari di Wikipedia siapa stomfort, dan akan diketahui bahwa sesungguhnya stomfort memiliki misi lain, dia adalah seorang white nationalis and supremacist neo nazi, jadi pada intinya web ini ada misi untuk menjelek jelekan Martin Luther King Jr.

Yang paling saya suka dalam sesi ini adalah saat tanya jawab, disamping bisa webinar via skype denga Dr. Bucy, juga karena ada a crazy question dari yohana salah satu pantia, yang menanyakan supposed all people used digital literacy, guru guru akan kehilangan pekerjaannya. hahaha..

School is Out, Education is In

Maaf agak kabur, ini Jonan dan disebelah adalah intepreternya
Sesi kedua disampaikan oleh Jonan Donaldson M.SEd,  pengajar di Faculty Support Specialist for Distance Education and Academic Technology at Chemeketa Community College, Oregon USA, juga pengajar di Western Oregon University

judul makalahnya aja udah bikin saya excited, hehe
Bener juga, ternyata Jonan homeschooler, dan mulai belajar seperti anak sekolah saat dia kuliah di usia 15 tahun haaaah???. Dari usia 6 bulan ibunya selalu membacakan buku, sebelum tidur tanpa henti, menariknya buku yang dibacakan ke Jonan bukan buku cerita anak anak tapi buku bacaan ibunya. Hal tersebut bikin Jonan semangat untuk bisa baca, biar bisa baca buku buku dia sendiri hehe. Gurunya adalah ayah ibunya, mereka membawa Jonan setiap minggu ke perpustakaan

Ketika agak besar dikit sekitar usia 12 tahun, orangtuanya memberikan kesempatan Jonan untuk memperbanyak pengalaman di mana saja dia suka. Jonan mulai ikut kerja di medical laboratory belajar menghitung jumlah sel darah putih, bekerja di phisycal therapist belajar bagaimana melakukan treatment hydrotherapy, bekerja di remedial reading school dimana dia membantu orang orang penderita dyslexia bagaimana membaca, bekerja di rumah sakit, di ladang pertanian dan bekerja di sekolah menangani database.

Cerita ini katanya, membuktikan bahwa cara sekolah, dengan semua pengajaran, drill dan test adalah metode yang paling tidak efektif, cerita dia diatas membuktikan bahwa pendidikan bisa lebih baik, orang tua Jonan tidak mengajar dia apa yang mereka ketahui, tetapi lebih pada membantunya untuk menggambarkan apa yang ingin Jonan ketahui dan membuat si Jonan memperoleh pengetahuan atau ketrampilan yang dia butuhkan. Waaaaa saya banget gak sih...:)

Be the leading entity in education

atau bahasa bebasnya menjadi yang terdepan bersama sama dalam pendidikan, gitu kira kira kali yaa hehe

itu tema seminar internasional yang barusan saya ikuti dua hari ini dari tanggal 27 - 28 Juni 2012, yang diselenggarakan oleh Faculty of Education and Training Satya Wacana Christian University Salatiga

Seminar ini amazing, ada lima pembicara, 2 dari indonesia, 1 dari Oregon, 1 dari Illionis, 1 dari India
Untuk diketahui, ikut seminar ini sebagai hadiah dari sekolah karena kemarin saya menang lomba menulis tingkat nasional yang diselenggarakan oleh alumni ITB, Thank u pak kepsek n pak humas :). Tapi jika boleh usul, seharusnya semua guru yang 90 orang itu diikutsertakan semua, pasti keren jadinya...:)

Pembicara pertama adalah ibu Megawati Santoso, Ph.D
Indonesian Qualification Framework Team Coordinator at Directorate General of Higher Education, Ministry of Education, Indonesia-aish atau bahasa Indonesianya Koordinator Tim Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Program Penyelarasan Lintas Kementrian-Kemdiknas n Kenakertrans, 2012

Selasa, 26 Juni 2012

Fly, Lelah, Juara di FeKSI 2012

Hari ini lomba debat dalam rangka festival ekonomi kreatif se Indonesia (FEKSI) 2012 diselenggarakan. Amaze melihat semangat anak anak walau kelelahan setelah 3 hari 2 malam dari tanggal 23-25 sore, mereka baru pulang dari acara kemah bakti di dusun daerah Bringin kab. Semarang (pokoknya jauh deh)

Berangkat dari sekolah jam 7 pagi, menuju Gedung Suara Merdeka di Jl. Kaligawe Semarang. Panitia menjadwalkan acara di mulai pukul 8 pagi.

Festival Ekonomi Kreatif ini adalah festival yang diselenggarakan atas kerjasama Serikat Perusahaan Pers Indonesia dengan Kementrian Perdagangan RI, untuk mengenalkan 14 sub sektor ekonomi kreatif. Suatu negara bisa maju karena mereka sadar betul akan peran ekonomi kreatif dalam pertumbuhan ekonomi mereka, seperti misalnya Amerika, Jepang, Inggris, Korea selatan dan Cina juga India. Negara negara tersebut menggunakan berbagai cara untuk memajukan industri kreatif, seperti di Cina misalnya, pemerintah mendukung usaha kreatif dengan membebaskan biaya listrik air dan telepon juga sewa gedung bagi pengusaha pengusaha baru, hingga 2 tahun, Cina juga memberi subsidi bahan baku, sehingga tidak heran jika produk produk Cina bagus dan murah. Inggris menggunakan sistem cluster kreatif, pemerintah memetakan potensi potensi daerahnya untuk dikembangkan ekonomi kreatif.

Ada lagi perbankan di negara negara kreatif tersebut sangat sadar dengan ekonomi kreatif, sehingga setiap pengusaha baru yang kreatif pasti dipermudah memperoleh pinjaman modal.

Minggu, 17 Juni 2012

Think Different - Steve Jobs 6/6

Mupeng, terlihat sekali dibuat penuh perhitungan dan estetika, kolaborasi seni dan teknologi  ehm saya habis jalan jalan di sini http://store.apple.com/us
cupidspeaks.com

Saya juga penikmat Toy Story, A bugs life, Finding Nemo, The Incridibles, Cars, Wall-E, Ratatouille, semua film film outstanding yang dibuat oleh orang orang hebat di Pixar dan Disney

"Tujuan saya tidak pernah hanya membuat produk hebat, tetapi membangun perusahaan hebat-Walt Disney melakukannya. Dan, dengan cara kami melakukan mergernya, kami mempertahankan Pixar sebagai perusahaan hebat sekaligus membantu Disney tetap menjadi perusahaan hebat"... kereen ya si Jobs ini

Saya tahu saya tahu, dia licik, suka mengumpat, suka marah marah nggak jelas, kasar, tapi ada banyak sisi yang saya suka dalam diri Jobs, Idealismenya, kesempurnaannya, objektifitasnya, karya-karyanya hampir semua karya masterpiece, sempurna hingga detail yang mungkin tidak akan diperhatikan konsumen

Coba perhatikan ketika Jobs salah, tidak menggunakan CD burner di iMac, apa katanya "kami boleh dibilang melewatkan kesempatan tersebut (masalah pemasangan CD burner di iMac ini sempat melalui perdebatan yang alot yang pada akhirnya diputuskan hanya memasang CD biasa)..Jadi kami perlu mengatasi ketertinggalan secepat mungkin" --tanda perusahaan inovatif tidak saja selalu menjadi yang pertama memunculkan ide baru, tetapi juga tahu cara membuat LOMPATAN ketika mendapati dirinya tertinggal (p.470)..Nice ya..:)

Senin, 11 Juni 2012

Steve Jobs dan Saya...*caelah..:) 5/6

Tangan saya gatel kalau gak segera nulis lanjutannya....

Padahal usulan penelitian harus segera dikumpulkan, usulan penelitian yang menguras energi karena banyak jurnal asing yang harus saya pelajari untuk dijadikan referensi di usulan ini, nggak harus sih, tapi sama sama capek dan panas kepala kenapa gak dibikin yang bagus sekalian. *filosofi dari ibu saya, waktu itu pesennya, "kalau nyapu rumah yang bersih sekalian, kan capeknya sama" ada hubungannya gak sih, ah ada lah..:)

Karena ini tulisan dan blog saya, so boleh dong saya nulis bahwa ada sedikit kesamaan antara Jobs dan saya...hahaha.... *dilarang marah ya, saya bilangin Soimah lho

Tentang distorsi realitas lapangan, pertama sih bingung juga dengan istilah ini, Steve ini hobi banget pakai "taktik" distorsi realitas lapangan untuk mewujudkan apapun yang diinginkannya.

Kalau istilah saya sih, optimis dan berani mimpi, masih alusan deh daripada Steve. Keoptimisan saya ini biasanya bikin beberapa orang jadi salah paham bahkan benci. Hmm saya berpikiran Allah ada, Allah kaya, Rezeki Allah ada dimanapun. Jadi saya berani berkata tidak untuk sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani, walau mata pencaharian terancam. Bukan sok sokan tapi ini mungkin yang membuat saya jadi orang nyebelin bagi sebagian orang. Ehm walau terkadang suka goyah juga, kalau ternyata yang saya lakukan berimbas ke orang lain, tapi Alhamdulillah nothing happened, mudah mudahan sampai kapanpun... Aamiin..

Sabtu, 09 Juni 2012

Education is an athmosphere -CM in Steve Jobs 4/6

mac-history.net
Education is an athmosphere, karena yang pertama kali di serap anak adalah atmosfir kehidupan alamiahnya sehari-hari, pertama, kehidupan keluarga dan kedua, kehidupan di tengah masyarakat. Anak-anak itu jenius dalam hal menjalin keakraban dengan siapa saja (p.41). Sehingga orang tua dan anak mestinya menjadi kawan seperjalanan yang menyenangkan dalam proses membangung karakter ideal dan mengejar pengetahuan.(p.45).--Ellen Kristi-Cinta yang Berpikir--

Saat Steve Jobs tertarik dengan apa yang dilakukan ayah angkatnya Paul Jobs dan terinspirasi karenanya, saya jadi teringat kata kata Charlotte Mason mengenai education is an athmosphere, a life, kehidupan keluarga terutama idealisme Paul Jobs dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti membuat pagar, membuat almari, memperbaiki mobil, atau barang barang elektronik, bagaimana Ayah Jobs ini mengerjakan pekerjaannya, menyukai kesempurnaan, hingga ke detail detailnya. Memperhatikan setiap detail hingga bagian tersembunyi sekalipun. Semua hal tersebut sangat membekas dalam diri Steve dan mempengaruhinya dalam setiap saat dia menciptakan produk baru.

"Jika kau seorang tukang kayu yang membuat lemarin berlaci indah, kau tidak akan menggunakan selembar kayu tripleks untuk bagian belakangnya, meskipun bagian itu menghadap dinding dan tak seorangpun akan melihatnya. Kau akan tahu bagian itu ada di sana, sehingga kau akan menggunakan kayu yang sangat bagus untuk bagian belakangnya. Agar kau bisa tidur nyenyak pada malam hari, keindahan kualitas, harus diperhatikan sepanjang waktu" (p.172)

Selasa, 05 Juni 2012

Ayo Jadi Bajak Laut -- Steve Jobs-- 3/6

The First Macintosh
Eya buat yang bertanya tanya kenapa tulisan review tentang steve jobs berseri? atau kenapa saya tulis review ini?

Saya mengikuti klub baca buku IGI (Ikatan Guru Indonesia) klub ini barusan aja ada, dan buku pertama yang harus dibaca guru guru anggota klub baca ini adalah buku karya Walter Isacsoon-Steve Jobs. Kami janjian tanggal 1 Juni akan diskusi tentang buku ini di milis, oleh karena itu, beberapa artikel saya sebelum dan kedepan akan saya isi tentang perasaan saya, pemaknaan saya terhadap buku setebal 742 halaman ini

Pada tulisan sebelumnya saya ungkapkan bagaimana naik turunnya perasaan saya mengikuti kisah Jobs ini. Di buku ini semua tentang Jobs ditelanjangi oleh Isaacson, dan Jobs sama sekali tidak keberatan untuk itu. Saya dengar proses penulisan buku ini sama sekali tanpa campur tangan Jobs, dia tidak mau membaca kisahnya dalam buku ini sebelum jadi masuk ke percetakan. Hal ini mengindikasikan Jobs orang yang obyektif, dia menyadari sekali semua proses kehidupannya. Kesalahan yang dilakukan, jatuh bangunnya, keburukannya, semuanya, seolah ia ingin menyatakan bahwa dia bukan manusia sempurna, namun ia ingin terus belajar untuk itu. *ah walau saya juga sangsi kalau dia mau mengakui kesimpulan saya ini..:)

Sabtu, 02 Juni 2012

Karakter Steve Jobs 2/6

Saya belum pernah membaca buku karya Walter Isaacson yang lain, Isaac menulis biografi Steve dengan detail, ada beberapa saya tidak paham terutama mengenai microprocessor, semiconductor, bahasa BASIC dan lain lain istilah komputer dan elektronika, sulit membayangkan membuat permainan game untuk Atari dengan 45 chip, walau saya tidak mengerti istilah istilah itu namun saya bisa dapet feel nya bagaimana mereka Jobs dan Wozniak berjibaku yang akhirnya membuat saya terkagum kagum memabaca tahapan tahapan kelahiran Apple. Bravo dan angkat topi buat Isaacson ..:)

Jobs termasuk penganur Budha Zen, hippies, jarang mandi, tidak suka pakai alas kaki, vegetarian buah-ada keyakinan jika dia diet vegetarian buah maka akan mencegah produksi lendir di tubuhnya, menangkal bau badan, walau tidak pakai deodoran dan tidak mandi-padahal sebenarnya teori ini salah-(p.55)

evolusi produk apple..:)
Sifat keras Jobs, perfeksionis dan seenaknya sendiri diulas blak blakan oleh Isaacson. Karakter Jobs ini tentu saja terbawa pada saat dia memimpin Apple.
Jobs memiliki keyakinan bahwa aturan tidak berlaku pada dirinya, bahkan ketika kenyataan tidak sesuai dengan keinginannya maka Jobs akan mengabaikannya (p.153). Sifat Istimewa dari Uberman (manusia adikuasa) secara alami ada pada dirinya "jika sekarang jiwa itu menuruti keinginannya sendiri maka dia yang pernah kalah di dunia sekarang akan menaklukkan dunia" The Spoke Zarathustra-Nietzsche

Jumat, 01 Juni 2012

Steve Jobs di mataku (*.*) 1/6

Membaca buku tebal ini di halaman-halaman awal sudah bikin saya geli, bagaimana tidak ulah duo Steve, Jobs dan Woz mengingatkan ulah murid murid saya di kelas dan di sekolah. Yang paling membuat saya terpingkal dan keinget sampai sekarang adalah saat Woz membuat semacam remote untuk mengacaukan frekuensi TV. Saat nonton TV bareng di asrama tempat Woz tinggal, dia akan menekan tombol remote buatannya itu, saat frekuensi TV tiba tiba kacau maka salah satu penonton akan berdiri dan memukul mukul TV tersebut, dan Woz tinggal melepas tombol remotenya maka layar akan bening kembali, hal ini dilakukan berulang ulang, hingga ada satu penonton yang rela memegang antena TV agar gambar yang ditampilkan tetap bening....hahahaha Usil yaa

Jobs dan Woz duo anak anak cerdas, kreatif dan inovatif, perbedaannya hanya pada Jobs yang nekat dan sinting, karena karya karya dan ulah mereka itulah membuat mereka menjadi kesulitan di sekolah. Tapi hal hal itu menurut saya yang membuat Jobs jadi orang inspiratif sepanjang masa.

Saya jadi ingat jika ulah anak anak maksudnya murid murid saya yang terkadang agak gila dan aneh aneh, gak mematuhi aturan yang tidak jelas, dan kritis. Anak anak ini sebenarnya adalah anak anak cerdas, namun terkadang kita tidak bisa menerima bentuk kecerdasan mereka. Membaca buku Isaacson ini membuat saya menyadari bahwa jika anak anak tersebut kuat mental, tahan banting dan tahu betul apa yang dilakukannya maka suatu saat mereka akan menjadi orang besar.

Sabtu, 26 Mei 2012

INDAHNYA BERBAGI \^.^/


Hari ini tiba juga, semua deg degan kecuali saya..*halah
Seperti sering saya bilang kelulusan Ujian Nasional ini adalah kepalsuan yang bisa membuat mereka bahagia dan kepalsuan yang bisa membuat mereka bersedih
Kepalsuan?? karena indikator bodoh pintar tidak dapat diukur dengan Ujian Nasional...hmm saya bosan membahas ini, sudah sering saya bahas di postingan sebelumnya..:)

Hari ini, saya mau cerita tentang sensitifitas syukur, anak anak saya sebagian besar bukan dari keluarga kaya dan berlebih. Di dalam kesempitannya, mereka hari ini melakukan aksi perwujudan syukur mereka, dengan bagi bagi nasi bungkus kepada orang orang yang membutuhkan, seperti; tukang becak, pengemis, orang jualan, tukang parkir siapa saja yang menurut mereka pantas menerima nasi bungkus mereka.

Senin, 14 Mei 2012

aaah what a lovely students...\(^.^)/..

ini sebagian dari mereka--what a lovely students...:)
Seperti biasa, saya tidak pernah memaksa anak anak untuk belajar dengan saya. Ketika saya masuk kelas, anak anak yang mau belajar akan berkumpul di bagian depan kelas, kita susun 9 meja jadi satu terus mereka akan duduk mengelilingi meja, saya menjelaskan sambil duduk bersama mereka.
Sedang anak yang lain, ada yang pingin tidur, ngobrol, sms an, facebookan, dengerin musik, main catur saya persilakan menyebar sendiri di dalam kelas.

Hal ini sudah berjalan selama saya mengajar mereka, satu tahun ini, walau naik turun, maksudnya saya sendiri juga yang kadang goyah--tapi semakin kesini sekarang saya semakin mantap.

Hari ini saya minta kumpul semua --biasa anak anak begitu bel nggak segera masuk kelas, tapi masih ngobrol diluar, makan di kantin, jalan jalan, adaaa ajalah, jadi saya tunggu sampai mereka kumpul semua walau 20 menit berlalu karena itu--dan minta dengan sangat mendengarkan saya 10 menit saja. mereka ber 36 dengan ruang kelas yang cukup besar, jadi susaaaah sekali disuruh diem mendengarkan...*ya iyalah mulut mulut siapa..hehe

Saya ulangi lagi kata kata saya, saya mau mereka belajar bukan karena angka raport, bukan karena mau ujian, bukan karena kenaikan kelas. Saya mau mereka belajar karena butuh untuk tahu...
Mereka boleh bebas memilih untuk belajar dengan saya atau tidak, dengan bertanggungjawab pada konsekuensi terhadap pilihan tersebut.

Nha selesai ngomong terus saya tanya lagi, hari ini berapa yang mau belajar?
belakangan ini kita baru belajar bikin buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian dan kertas kerja--sebenernya gampang kalau sudah tahu prinsip dan latarbelakang kenapa mereka semua harus dibuat tapi namanya anak anak tetep harus ada penjelasan dari saya.

tidak diduga tidak dikira mereka semua ber 36 mau belajar, waduh repot ini...hihihi *gimana sih

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...