Minggu, 30 Oktober 2011

Menumbuhkan Smart financial melalui Metode Pengelolaan Keuangan Sederhana bagi Peserta Didik MAN

Sebetulnya dasarnya dari postingan lama, namun saya buat dalam bentuk Essay dan saya ikutkan ke Lomba Essay Guru Tingkat Nasional, dan Alhamdulillah ternyata meraih juara 2, disini link pengumuman pemenangnya http://lazuardibirru.org/?show=tahukah&id=370 gak ngira deh..dari kurang lebih 253 karya peserta dari seluruh Indonesia...ah Subhanallah nggak ngira pokoknya..:)
Berikut ini Essay yang menang itu..:

Menumbuhkan Smart financial melalui Metode Pengelolaan Keuangan Sederhana bagi Peserta Didik MAN 

Oleh :
Ameliasari Tauresia Kesuma, SE


Uang bisa menjadi benteng pertahanan diri atau pun bisa menjadi lubang yang menciptakan ancaman buat keselamatan diri. Untuk itu, kita harus cerdas memahami fungsi dan peran uang di dalam hidup, agar uang mampu menjadi benteng yang kokoh buat pertahanan diri dalam setiap proses perjalanan hidup.
Memiliki banyak uang adalah dambaan dan harapan banyak orang. Semua orang tahu bahwa hal itu sangat membantu dalam memenuhi semua keinginan dan kebutuhan hidup.Tetapi, tidak semua orang tahu bahwa uang yang banyak bisa menjadi benteng pertahanan hidup dan sekaligus menjadi lubang ancaman keselamatan hidup. Artinya, tidak sekedar cukup memiliki uang banyak untuk memudahkan kehidupan, namun juga harus cerdas mengelola, memahami fungsi dan peran uang agar bisa menjadi kekuatan pertahanan diri terhadap ancaman, kekurangan, dan risiko kehidupan dalam bentuk apa pun.
Uang adalah sebuah alat yang sangat menentukan kualitas hidup. Artinya, di saat uang kita banyak, dan kita mampu mengendalikan diri dari segala godaan yang ditawarkan uang, maka kita berpotensi untuk meningkatkan dan merawat kualitas diri kita ke arah yang lebih sempurna.
Hal inilah yang ingin dicoba dilaksanakan pada peserta didik MAN Salatiga, agar mereka sejak dini dapat memahami dan mengendalikan uang dengan menggunakan jasa perbankan dengan baik dan benar.
Untuk meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai uang dan jasa perbankan, tersebut, guru membuat sebuah metode pengelolaan keuangan sederhana, sehingga peserta didik dapat menyisihkan sebagian uangnya untuk ditabung, sehinga diharapkan mereka kelak dapat menggunakan uangnya untuk memperbesar asset, membuka usaha mandiri dan berinvestasi.
Kecerdasan financial (FQ/ Financial Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk mengelola sumber daya baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya untuk menghasilkan uang[1].
Kecerdasan finansial perlu dimiliki agar tidak terjebak pada tindakan negatif yang mengarah ketindakan kriminal ketika mengalami persoalan ekonomi. Keberhasilan finansial jangka panjang ditentukan dari jumlah langkah yang diambil, arah yang dituju, dan jumlah tahun yang dihabiskan. Artinya ada perencanaan dan pengelolaan yang baik. Semuanya memerlukan proses.[2]
Tradisi menabung sebenarnya merupakan salah satu kunci kecerdasan dan keberhasilan finansial. Tradisi ini sepertinya sudah lama ditinggalkan, padahal walaupun sepertinya memakan waktu lama, menabung itu menguntungkan masa depan. Tapi kebanyakan orang sekarang ini, segalanya ingin cepat dan langsung mendapat dalam jumlah yang besar. Bukankah yang besar dan banyak itu, dimulai dari yang kecil dan sedikit?
Seseorang yang memiliki pekerjaan, apapun jenis pekerjaannya, tidak bisa hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaannya itu, jika ingin sukses finansial. Orang-orang kaya yang sukses dan bebas secara finansial punya dua resep, yaitu menabung dan berinvestasi. Investasi merupakan aktivitas yang juga sedang trend saat ini.
Daripada menularkan gaya hidup konsumtif pada anak-anak dan peserta didik, lebih baik mendidik mereka agar memiliki kecerdasan  finansial dengan berhemat dan menabung. Semakin banyak orang yang mengetahui manfaat kontrol terhadap pendapatan rumah tangga, berhemat, dan menabung, semakin banyak manfaat yang dirasakan dalam menjawab banyaknya persoalan ekonomi pada kehidupan masyarakat saat ini. Dan akhirnya berdampak positif pula pada kualitas tumbuh kembang anak sebagai generasi anak bangsa dimasa depan.
Smart financial merupakan kemampuan untuk mengelola uang dengan maksimal. Memisahkan antara kebutuhan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Pintar mengelola uang artinya pintar juga untuk menata masa depan. Inti dari kecerdasan finansial adalah bagaimana mengelola uang sesuai dengan penghasilan dan  melakukan belanja secara elegan. Mampu membaca kebutuhan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

Selasa, 11 Oktober 2011

Mereka Bosan--Need Space to SIT and DREAM


Betapa santainya Eko si calon walikota
Jangan dikira semua pembelajaran yang saya lakukan bersama anak-anak, membuat mereka betah di kelas bersama saya—di satu saat mereka menyukainya, namun hal tersebut tidak membuat mereka antusias di saat yang lain.

Walau sedih, itulah kenyataannya, saya harus terus mencari cara untuk membuat mereka nyaman. Kadang saat di kelas mereka sudah kelelahan dan tidak mau berbuat apapun, tidak mau bermain, tidak mau jalan-jalan keluar sekolah apa lagi mengerjakan sesuatu yang pake harus mikir.
Kalau sudah begini saya mati kutu, biasanya terus saya tanya mau mereka gimana?, baru deh ada yang pingin tidur, ada yang pingin ngobrol, atau jalan-jalan sana sini atau sekedar melamun.

jadi inget kata-kata AS. Neill, need space to sit and dream...

Sabtu kemaren, karena tipikal kelas XI IS ini sukanya bermain, maka saya buatkan permainan kwartet sesuai materi pelajaran. Pertama kali mereka bermain, mereka terlihat sangat antusias, bahagia, tertawa-tawa karena berhasil mengalahkan temannya, kelas serasa hidup, tak satupun dari mereka yang nggelosor di meja tidur.

Ulya yang pingin tiduran aja daripada bermain

Atau Anggi yang lagi pingin sendiri di pojok sana
Hari ini karena saya  lihat anak-anak belum berubah, sebagian besar dari mereka ingin bermain, namun ada beberapa anak yang tidak mau, baru bermain sekali namun sudah bosan. Ada Ulya yang pingin tidur saja, ada Anggi yang melamun di pojok kelas, ada Fajar yang katanya nggak mau ngapa-ngapain tapi malah bantuin saya gunting-gunting kartu.


Fajar yang katanya tidak mau ngapa2in hari ini

Di kelas yang satu lagi kelas XII, hal serupa saya temui juga, semester ini mereka belajar akuntansi usaha dagang. Saya tidak pernah pakai LKS buatan orang lain, semua worksheet saya buat sendiri. Hari ini malah kompak ada empat anak yang nggelosor di meja, tidur diatas worksheet posting buku besar yang seharusnya dikerjakan hari ini.
Empat anak-anak saya ini tidur di depan meja guru


 Mereka semua kelelahan dengan beban mata pelajaran yang mesti dikuasai, kelelahan mentoleransi dan menyesuaikan diri dengan berbagai macam karakter guru yang berbeda-beda, kelelahan dengan bertumpuknya tugas dan pekerjaan rumah, masihkah kita harus memaksa mereka untuk memahami kita, memahami mata pelajaran yang belum tentu worth it bagi mereka, memaksa mereka untuk mendengarkan celoteh kita, memaksa mereka untuk menghargai dan menghormati kita, memaksa mereka untuk belajar???

[KLIPING] VISI MISI By Rhenald Khasali

Masalah mimpi yang mesti jelas dan spesifik ini, pernah saya baca di artikel dan buku mengenai Neuro Linguistic Program atau Law Of Attraction, hal ini pulalah yang saya jadikan dasar untuk mengajak anak-anak menuliskan mimpi mereka secara spesifik dan memasangnya di kelas, supaya bisa mereka baca setiap hari--Lihat : Entri "My Dreams"

 ____________________________________________
VISI MISI

By. Rhenald Kasali

“Mendaratkan manusia ke bulan dan membawa mereka kembali ke bumi dengan selamat pada akhir dekade ini. “ Tebaklah siapa yang membuat pernyataan ini?

Benar! Itulah vision statement yang diajukan John F. Kennedy sebelum ia terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Dan Andapun tahu apa yang ia lakukan selama masa jabatannya. Dalam beberapa kesempatan ia berulang-ulang menyebutkan alasannya. “Kita memilih terbang ke bulan, bukan mendaki gunung karena itu sulit dan kita tidak ingin membiarkan Uni Soviet melihat bumi Amerika dari atas langit kita,” ujarnya.

Visi dan Misi kini telah menjadi jargon sehari-hari masyarakat, dan selalu muncul saat Pilkada sampai Pilkate (Pemilihan Ketua RT). Dan anehnya, tak satupun visi para pemimpin diingat masyarakatnya. Saya curiga, jangan-jangan para pemimpin sudah lupa dengan vision statement yang mereka buat sendiri karena terbukti hasil yang mereka capai jauh dari yang mereka janjikan dan mereka melupakan janji-janjinya. Lagi pula mengapa Visi itu cuma diucapkan selama pemilihan?

Jelas dan Singkat
Mungkin juga semua terlupa karena apa yang dibuat adalah pernyataan yang klise, asal-asalan, dan bahkan terlalu kompleks. Disebut klise karena Visinya terlalu umum, jauh sekali, mengambang, dan sulit dipegang.

Perhatikanlah janji Kennedy di atas. Ia mengungkapkan Visinya begitu spesifik sehingga mudah diingat dan membawa semua staf fokus ke satu tujuan yang riil, jelas dan menembus batas keragu-raguan. Sama seperti yang diucapkan almarhum Steve Jobs:” An Apple at every desk” (Satu Apple pada setiap meja).

Lantas bandingkanlah dengan vision-vision statement berikut ini. Presiden SBY:”Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur” Di lain berita saya membaca visinya sebagai berikut:”Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.” Saya tidak tahu persis mengapa keduanya berbeda.

Namun secara umum dapat dikatakan Visi para pemimpin masih belum spesifik dan sulit dibedakan. Lihatlah apa yang menjadi Visi Ibu Megawati: ”Gotong royong membangun kembali Indonesia raya yang berdaulat, bermartabat, adil, dan  makmur.” Atau pasangan JK-Wiranto:” Indonesia yang adil, mandiri, dan bermartabat.” Susah ya membedakan Visi mereka! Jangan-jangan para pemimpin benar-benar belum paham arti pentingnya mengelola masa depan secara strategis melalui Visi -  Misi.

Di dalam bisnis, Visi – Misi adalah hal yang biasa. Kalau usaha Anda sekedar UKM, Anda belum memerlukan visi-misi. Sasaran utama Anda adalah sekedar survive. Seingat saya, perusahaan saya yang mati sebelum berkembang adalah perusahaan yang dipersiapkan sungguh-sungguh dengan visi-misi yang sangat ideal. Namun namanya juga usaha kecil yang masih baru dimulai. Ia masih sangat lemah dan belum jelas betul mau kemana. Pernyataan Visi – Misi itu dibantu konsultan. Ini namanya dokter diobati dokter. Usaha saya yang maju adalah justru yang dibangun dengan kerja keras tanpa pernyataan tertulis tentang Visi - Misi. Sekarang, setelah berkembang barulah saya memikirkannya. Maklum saja, karyawan mulai banyak, dan para eksekutif perlu diarahkan pada kesatuan bertindak.
Saya lalu membuka-buka berbagai visi Misi yang telah dilakukan tokoh-tokoh besar. Uniknya, semakin besar, vision statement mereka semakin simpel.

Senin, 10 Oktober 2011

[KLIPING] Kondisi Berat Dalam Sekolah Di Indonesia

Sumber : http://genenetto.blogspot.com/2011/10/kondisi-berat-dalam-sekolah-di.html

Assalamu’alaikum wr.wb.,
Katanya dalam artikel berita ini bahwa Indonesia mempunyai jam sekolah yang paling lama di dunia. Kalau benar, kenapa murid2 di Indonesia tidak menjadi murid paling pintar di dunia?
Saya ingat waktu sekolah di Selandia Baru dulu. Masuk jam 8.45 pagi. Pulang jam 3.15 sore (untuk SMP-SMA, tetapi SD pulang lebih cepat). Dan ada waktu istirahat pagi 20 min, sekitar jam 10 pagi dan istirahat untuk makan siang dan main selama 1 jam dari jam 12.00-13.00.
PR yang diberikan tidak begitu banyak. Di tingkat SD tidak ada PR (atau jarang sekali ada). SMP-SMA ada sedikit, tetapi harus dikoordinasi antara semua kelas, jadi tidak bisa dapat PR dari semua kelas dalam satu hari. Maksimal jumlah PR tidak lebih dari 2 jam, dan rata2 tidak sebanyak itu. Seringkali tidak dapat PR dari semua kelas dalam satu hari.
Kelas 3 SMA, rata-rata semua murid mengikuti 5 mata pelajaran saja. Bukan 20an seperti di sini. Di tingkat2 sebelumnya, ada sedikit lebih banyak kelas, karena pelajaran lebih ringan dan agar siswa dapat ilmu yang lebih luas. Jadi makin tinggi tingkat sekolahnya, makin fokus. (Saya lupa totalnya di SMP, tetapi kalau tidak salah, tidak lebih dari 10 kelas).

Ulangan juga sedikit. Bukan setiap 1-2 minggu seperti di sini. Ujian dari guru kelas saja, jadi tidak dikoordinasi untuk seluruh sekolah sekaligus. Setiap guru boleh menentukan sendiri kapan mau kasih ujian ringan, asal ada sekian dalam satu semester. Jadi guru bikin jadwal sendiri2 dan kasih tahu kepada siswa untuk dicatat dalam 1-2 minggu sebelumnya.
Fasilitas juga baik dan berkualitas. Pembangunan gedung sekolah tidak ada korupsinya, jadi atap tidak pernah ambruk. Fee sekolah juga tidak ada. Hanya ada biaya admin sekali bayar di awal tahun (sekitar 100 dolar).
Seragam cuma satu untuk musim panas, satu untuk musim dingin. Tidak ada seragam khusus untuk upacara atau kegiatan yang lain (padahal orang tua lebih mampu beli daripada orang tua di sini). Di Indonesia bisa 3-4 macam seragam: (putih, abu-abu, batik, koko, pramuka).
Pada akhir setiap tahun, seragam lama boleh dijual (atau dikasih) ke sekolah dengan biaya rendah untuk kebutuhan anak kurang mampu. Jadi mereka bisa beli dari koperasi sekolah dengan biaya murah sekali. Tidak ada orang yang coret2 bajunya seperti di sini. Lebih banyak disedekahkan atau dijual murah kepada anak yang kurang mampu lewat sekolah, jadi kita tidak tahu anak mana yang beli atau siapa yang jual, karena pihak sekolah yang terima dan jual kembali supaya tidak ada yang merasa malu.
Semua buku teks milik sekolah, dan hanya dipinjamkan dan dikembalikan. Hanya perlu bayar sekian dolar kalau terjadi kerusakan. Jadi setiap sekolah hanya menggantikan buku teks sekali dalam 5-10 tahun.
Tidak pernah ada tawuran antar sekolah selama saya sekolah di Selandia Baru. Semua “keributan” antara sekolah hanya terjadi di lapangan olahraga, dan tidak ada selain itu. Murid yang mau berantem juga sedikit sekali. Kebanyakan murid tidak tertarik untuk ribut seperti itu. Semuanya sibuk dengan olah raga, kerja setelah sekolah (bantu orang tua di toko, tugas rumah, antar koran dll.), sibuk dengan keluarga atau santai di rumah masing2.
Murid yang merokok bisa dihitung (sangat sedikit) karena semua guru mengajarkan anak untuk tidak merokok, dan merupakan pelanggaran peraturan sekolah kalau ketahuan merokok, bahkan kalau merokok di luar waktu sekolah. Kita bisa lapor ke guru kalau tahu ada murid yang merokok, dan anak itu akan dipanggil untuk dapat binaan. Di lingkungan sekolah, tidak ada yang boleh merokok sama sekali.
Perpustakaan besar sekali, dua lantai di SMP-SMA saya. Dan setiap kelas ada waktu kosong 1 jam per minggu untuk duduk saja di dalam perpustakaan, tanpa ada beban tugas apapun. Terserah mau melakukan apa saja di dalam perpustakaan. Kebanyakan orang jadi membaca buku, sebagian kerjakan PR. Tidak ada yang tidur. Guru tetap ada, dan bergaul dengan semua murid di situ seperti teman dan pembina, tanpa memaksa kita harus mengerjakan sesuatu. Lebih mungkin guru tanya tentang kesukaan kita dan bantu kita cari buku. Saya ingat ada teman saya yang punya sifat kasar. Guru tanya kenapa dia tidak mau baca buku, dan dia bilang karena semua buku terlalu bersih dan manis, jadi dia tidak suka. Akhirnya guru bantu dia dapat novel yang penuh dengan kehidupan gangster, lengkap dengan kata2 kasar, sisi buruk kehidupan, dll. Kata guru, yang penting dia merasa senang membaca dulu. Tidak penting baca apa, asal mau baca.

Jumat, 07 Oktober 2011

[KLIPING] STAY HUNGRY, STAY FOOLISH - STEVE JOBS


*) Pidato Steve Jobs saat acara pelepasan wisudawan Stanford tahun 2005


Aku merasa terhormat bersama kalian hari ini saat kalian diwisuda dari salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia. Aku sendiri tidak pernah lulus dari kampus. Jujur kubilang, ini adalah momen paling intim yang pernah aku peroleh dengan acara wisuda perguruan tinggi. Hari ini aku ingin menceritakan tiga kisah dari hidupku. Itu saja. Tidak banyak-banyak. Cuma tiga kisah.

Kisah pertama ialah tentang menghubungkan titik-titik.

Aku putus kuliah dari Reed College setelah 6 bulan pertama, tapi masih 'beredar' sebagai mahasiswa lepas selama 18 bulan kemudian sebelum aku betul-betul keluar dari sana. Kenapa aku berhenti kuliah?

Semuanya dimulai sejak aku dilahirkan. Ibu biologisku seorang mahasiswi yang belum menikah, dan dia memutuskan untuk menyerahkan aku untuk diadopsi. Dia berkeras aku harus diadopsi oleh lulusan perguruan tinggi, sehingga semuanya sudah diatur supaya aku diadopsi sejak bayi oleh satu keluarga ahli hukum. Tapi saat aku muncul, keluarga itu memutuskan pada menit terakhir bahwa mereka ingin anak perempuan. Maka orangtuaku yang sekarang, yang sudah ada di daftar tunggu, mendapat telpon tengah malam: "Kami punya bayi lelaki yang tak diharapkan; kalian mau?" Orangtuaku menjawab: "Tentu saja." Ibu biologisku mendengar bahwa calon ibu angkatku ini tidak pernah lulus kuliah sementara suaminya tidak pernah lulus SMA. Dia menolak menandatangani dokumen akhir adopsi. Dia baru menyerah beberapa bulan kemudian ketika orangtuaku berjanji suatu hari nanti aku akan kuliah.

Dan 17 tahun kemudian aku betul-betul kuliah. Tapi aku dengan naif memilih perguruan tinggi yang sama mahalnya dengan Stanford, dan semua tabungan orangtuaku yang kelas pekerja itu dihabiskan untuk membayar SPP. Setelah enam bulan, aku tidak melihat semua ini ada gunanya. Aku masih tidak tahu apa yang ingin aku kerjakan dalam hidupku dan tidak tahu juga bagaimana perkuliahan bisa membantuku mencari jawabannya. Dan aku terus menghabiskan uang yang telah ditabung orangtuaku seumur hidup mereka. Maka aku memutuskan untuk berhenti kuliah dan mengimani bahwa akhirnya semua akan baik-baik saja. Lumayan menakutkan situasi waktu itu, tapi sekarang saat menoleh ke belakang, itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah aku ambil. Pada menit aku putus kuliah, aku bisa meninggalkan kelas-kelas wajib yang tidak menarik minatku, dan mulai mengikuti kelas-kelas yang terlihat menarik.

Tidak semuanya romantis. Aku tidak punya kamar asrama, jadi aku tidur di lantai kamar-kamar temanku. Aku mengembalikan botol-botol minuman sehingga uang-uang deposit 5 sen (per botol) bisa kupakai membeli makan, dan aku akan berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk memperoleh seporsi makan malam lengkap di kuil Hare Krishna. Aku suka ini. Dan banyak sekali dari yang aku temui lewat proses mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi ternyata akan menjadi tak ternilai harganya kemudian. Aku berikan satu contoh:

Reed College pada waktu itu menawarkan mata kuliah kaligrafi terbaik di seluruh negeri. Di mana-mana di kampus, setiap poster, setiap label di laci, dikaligrafi dengan tangan begitu indahnya. Karena aku sudah bukan mahasiswa resmi dan tidak mengikuti kelas-kelas wajib, aku memutuskan untuk ikut kelas kaligrafi untuk belajar membuatnya. Aku belajar tentang jenis huruf serif dan sanserif, tentang membuat variasi jarak di antara kombinasi huruf yang berbeda, tentang apa yang membuat satu tipografi terlihat bagus. Pengetahuan ini indah, halus secara artistik dan historis, sedemikian rupa sehingga tak bisa ditangkap oleh sains, dan aku menganggapnya memikat.

Tak ada bagian dari mata kuliah ini yang tampak berguna untuk hidupku. Tapi sepuluh tahun kemudian, ketika kami sedang merancang komputer Macintosh yang pertama, semuanya teringat kembali. Dan kami memasukkan semuanya ke dalam rancangan Mac. Inilah komputer pertama dengan tipografi yang indah. Kalau saja aku tidak pernah ikut kuliah lepas itu di perguruan tinggi, Mac tidak akan pernah punya jenis huruf bervariasi atau huruf-huruf yang ditata proporsioinal. Dan karena Windows cuma meniru Mac, mungkin saja tidak ada komputer pribadi yang akan punya semua itu. Kalau aku tidak pernah putus kuliah, aku tidak akan pernah ikut kelas kaligrafi ini, dan semua PC mungkin tidak akan punya tipografi indah seperti sekarang. Tentu saja mustahil 'menyambung titik-titik' dengan melihat ke masa depan saat aku masih di bangku kuliah. Tapi semuanya jadi sangat amat jelas jika aku menoleh ke belakang sepuluh tahun kemudian.

Sekali lagi, kalian tidak bisa menyambungkan titik demi titik sambil melihat ke depan; kalian hanya bisa melihat koneksinya saat melihat ke belakang. Jadi, kalian harus percaya bahwa titik-titik itu entah bagaimana kelak akan tersambung di masa depan kalian. Kalian harus mempercayai sesuatu — keberanian, takdir, jalan hidup, karma, apa pun sebutannya. Pendekatan ini tidak pernah mengecewakanku, dan telah menyebabkan semua perubahan dalam hidupku.

Senin, 03 Oktober 2011

MY DREAMS


Pada semester ini saya mengajar di kelas XI IS, kelas yang cukup gaduh, dengan ruang kelas ukuran 6x6, berisi 20 meja besar dan 40 kursi, dengan jumlah siswa 36 anak.

Mengajar di kelas besar seperti ini memang butuh tenaga ekstra apalagi motivasi belajar anak-anak sangat kurang. Hal ini terlihat dari antusiasme mereka saat belajar bersama saya, hingga 5 kali pertemuan saya masih belum dapat menemukan cara yang pas untuk bisa belajar dengan nyaman bersama mereka. Masih saja ada diantara mereka yang  bermain HP, facebook, catur, dan ngobrol.

Memang si secara tidak tertulis mereka semua tahu saya tidak akan marah, tidak akan memaksa mereka untuk memperhatikan saya.

Kemudian saya ingat salah satu note Irma tentang Revolusi Kebajikan. Saya pakai saja cara Irma itu, saya minta mereka untuk menulis perubahan diri yang dirasakan dari kelas X hingga kelas XI sekarang, dan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus, semacam harapan dan mimpi di masa yang akan datang.

Setelah membaca tulisan anak-anak tersebut, terbetik ide untuk membuat anak-anak ingat setiap saat apa mimpi mereka. Pertemuan berikutnya saya membeli kertas warna-warni, saya bagikan ke anak-anak, saya minta mereka untuk menulis mimpi mereka di kertas tersebut, ditulis dengan huruf besar-besar seperti misalnya: EKO INGIN JADI WALIKOTA, dengan gambar foto Eko disampingnya atau GINTING INGIN JADI PEMAIN BOLA SEPERTI  GARRET BALLE dan masih banyak lagi.

Hasil dari buatan mereka kemudian saya scan, saya bikin dengan Corel, dengan ukuran 1 x 1,75 m, rencananya akan saya print mmt outdoor dan saya tempel di kelas mereka. Dengan demikian mereka akan ingat mimpi mereka setiap saat.
Hari ini pekerjaan itu selesai, dan hasil karya mereka itu ditempel di kelas, semua senang dan bersukacita, ada yang terharu dengan tulisan pembukanya, yang saya ambil dari film Taare Zameen Par-Little Stars On Earth

Ada mutiara diantara kita, yang dapat mengubah dunia
Karena mereka bisa melihat dunia dengan perspektif yang berbeda
Mereka unik dan tidak setiap orang dapat memahami mereka
Mereka ditentang, tapi mereka tetap jadi pemenang dan dunia dibuat kagum karenanya
Albert Einstein, Thomas Alva Edison, Leonardo da Vinci, Abhishek Bachchan, Pablo Picasso, Walt Disney, Agatha Christie, mereka adalah beberapa dari mutiara itu…
SAYA PUN AKAN MENJADI PEMENANG DAN MENGUBAH DUNIA..

Anak-anak itu jika kita bisa menghargai mereka dengan tulus, tidak ada prasangka, dan kata-kata negative, anda akan terkejut ketika menyadari bahwa sesungguhnya mereka anak-anak yang manis dan menyenangkan.

Minggu, 02 Oktober 2011

[KLIPING] Belajar Kejujuran & Prinsip Moral Ala Jepang


 
 VIVAnews - Publik di wilayah Sakada, Tokyo, digemparkan oleh penemuan amplop berisikan uang sebesar 10 juta yen atau sekitar Rp1,1 miliar di sebuah sebuah toilet umum, Kamis 29 September 2011. Ternyata uang itu memang sengaja ditinggalkan oleh pemiliknya untuk disumbangkan kepada korban gempa dan tsunami yang menghantam Maret lalu.


Berbicara keikhlasan, mungkin ini adalah bentuk keikhlasan model baru. Pasalnya, si penyumbang tidak menyebutkan namanya dan meninggalkannya begitu saja, hanya berpesan pada secarik surat. "Saya tinggal sendirian dan tidak butuh uang ini," isi surat tersebut, dilansir dari BBC. Dalam bait lainnya, dia mengatakan agar sumbangan ini diberikan ke korban bencana.

Bisa disebut ini adalah bentuk sumbangan anonim, dimana penyumbangnya tidak menyebutkan identitas. Kalau di Indonesia, biasanya si penyumbang pakai nama "hamba Tuhan". Pemberian sumbangan model begini merupakan pertaruhan yang besar. Bukan tidak mungkin uang tersebut malah masuk ke kantong si penemu.

Ternyata tidak. Si penyumbang sepertinya tau benar tabiat warga Jepang yang mengembalikan barang  yang bukan miliknya. Amplop berisi uang ini akhirnya berlabuh di kantor polisi. Jika sampai tiga bulan tidak ada yang mengakuinya, polisi akan memberikannya ke Palang Merah Jepang untuk diserahkan kepada korban gempa.

Model pemberian unik dan membutuhkan nyali yang tinggi ini bukan kali pertama terjadi di Jepang. BBC menuliskan, sebelumnya pada tahun 2007, ditemukan 400 amplop masing-masing berisikan cek senilai 10 ribu yen (Rp1,1 juta) yang diletakkan di toilet-toilet di seluruh Jepang. Pada tahun itu juga, sekitar 18 warga Tokyo dikejutkan oleh amplop berisi 1,8 juta (Rp210 juta) yang dimasukkan ke kotak pos mereka.
Sebelumnya, uang 1 juta yen (Rp116 juta) disebarkan dari atas sebuah apartemen di Tokyo. Bukannya mengantongi uang tersebut dan dipakai untuk membeli kebutuhan sehari-hari, warga Jepang memungutnya dan memberikannya ke kantor polisi, untuk dicarikan pemiliknya. Luar Biasa.

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...