Selasa, 28 Desember 2010

La Tahzan For Teachers


Kalau saya bilang buku ini bagus, biasa ya…
Tapi buku ini memang bagus, maksud saya, cerita asli seorang guru yang mendidik dengan HATI. Tidak melulu mengejar materi dan angka raport, serta target kelulusan UN, namun selalu sepenuh jiwa dan suka cita membantu muridnya yang kesulitan, yang dianggap “aneh”, yang dianggap “bodoh”.
Biasanya ketika saya baca buku-buku tentang pendidikan, penulisnya adalah kepala sekolah, atau muridnya, atau mantan guru. Seperti AS. Neill, Thomas A hoer, Munif Chatib, Tetsuko Kuroyanagi, Andrea Hirata dan Hernowo.
Baru kali ini saya membaca buku, yang menulis adalah seorang guru yang masih aktif. *mungkin sayanya yang kuper.
Saya suka sekali buku ini, pengalaman Irma ditulis dengan detail dengan ulasan ahli psikologi serta pemecahan masalahnya. Hmm kekurangannya mungkin kisah lanjutannya, bagaimana akhirnya dengan Doni, Arlan, Rahmi, Herman dan Ferro.
Namun hal itu tidak menjadi penting, karena cerita-cerita nyata yang dikisahkan ibu guru Irma, juga banyak dialami di banyak sekolah lain di Indonesia. Perbedaannya, banyak sekolah lain yang mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan permasalahan anak-anak tersebut. Sedangkan di tangan ibu guru Irma dan teman-teman yang berada di SMA YAPERA, anak-anak ini ditangani dengan bijak, dianalisa dengan sungguh-sungguh dan diapreasi perubahannya. I LOVE THIS
Buku ini sangat penting dimiliki, dibaca, dipahami dan diterapkan oleh semua guru di seluruh Indonesia, Indonesia sangat membutuhkan guru-guru seperti ibu Irma, dan guru BK seperti Gita—andai Gita mau jadi guru BK di sekolah  hehe—

Kamis, 16 Desember 2010

[KLIPING] Anak-anak Karbitan

By Sumardiono
Sumber : http://rumahinspirasi.com/homeschooling/anak-anak-karbitan


Hari ini menemukan artikel lama yang menarik. Mudah-mudahan bermanfaat untuk refleksi kita semua sebagai orangtua. Artikel ini ditulis oleh Dewi Utama Faizah, bekerja di Direktorat pendidikan TK dan SD Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Program Director untuk Institut Pengembangan Pendidikan Karakter divisi dari Indonesia Heritage Foundation.

Berikut ini artikel selengkapnya:

Anak-anak yang digegas Menjadi cepat mekar Cepat matang Cepat layu…

Pendidikan bagi anak usia dini sekarang tengah marak-maraknya. Dimana mana orang tua merasakan pentingnya mendidik anak melalui lembaga persekolahan yang ada. Mereka pun berlomba untuk memberikan anak-anak mereka pelayanan pendidikan yang baik. Taman kanak-kanak pun berdiri dengan berbagai rupa, di kota hingga ke desa. Kursus-kursus kilat untuk anak-anak pun juga bertaburan di berbagai tempat. Tawaran berbagai macam bentuk pendidikan ini amat beragam. Mulai dari yang puluhan ribu hingga jutaan rupiah per bulannya. Dari kursus yang dapat membuat otak anak cerdas dan pintar berhitung, cakap berbagai bahasa, hingga fisik kuat dan sehat melalui kegiatan menari, main musik dan berenang. Dunia pendidikan saat ini betul-betul penuh dengan denyut kegairahan. Penuh tawaran yang menggiurkan yang terkadang menguras isi kantung orangtua …

Captive market! Kondisi diatas terlihat biasa saja bagi orang awam. Namun apabila kita amati lebih cermat, dan kita baca berbagai informasi di intenet dan lileratur yang ada tentang bagaimana pendidikan yang patut bagi anak usia dini, maka kita akan terkejut! Saat ini hampir sebagian besar penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak usia dini melakukan kesalahan. Di samping ketidakpatutan yang dilakukan oleh orang tua akibat ketidak tahuannya!

Jumat, 10 Desember 2010

School is a choice

Membaca halaman-halaman pertama buku Smart Learning Technology- Menjadi Juara dalam Waktu Singkat By. Setiyo Widodo – sudah membuat kepala panas, reaksi yang selalu saya alami jika saya berhadapan dengan buku atau pendapat yang berbeda dengan apa yang sudah tertanam di kepala saya. Ini kali kedua saya mengalami seperti ini, yang pertama pada saat saya membaca pendapat dan sedikit berdiskusi dengan ibu Adi D Adinugroho-Horstman pengajar· Special Education/ Early Childhood Spec.Ed, Purdue University mengenai Multiple Intelligence yang bikin pusing di Indonesia, yang pada akhirnya mengubah persepsi saya tentang multiple intelegence, mengenai ini mungkin akan saya bahas lain waktu, jika riset kecil saya selesai. Jiaaah…(^.^)/..

Buku setebal 307 halaman ini selesai saya baca dalam sehari, dengan berusaha zero persepsi terlebih dahulu karena saya ingin membacanya murni dari persepsi penulis, supaya kepala saya tidak terlalu panas hehe..

Saya setuju dengan beberapa hal dalam buku ini, bahwa belajar harus dalam suasana yang positive, menyenangkan, bahagia, menarik, bergairah, sehingga seluruh kemampuan otak bisa terakomodasi dengan baik.

Setiyo menggunakan teknik Neuro Linguistic Program untuk cara belajar, yaitu dalam kondisi alfa atau trance, menggunakan anchor atau semacam “cubitan” penyemangat, menuliskan tujuan dengan jelas dan rinci dan membacanya berulang-ulang setiap mau tidur atau sholat atau saat alfa, dan masih banyak teknik-teknik NLP lain yang digunakan.

Rabu, 08 Desember 2010

Alangkah lucunya negeri ini


Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku, biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai engkau kuhargai
Walau pun banyak negeri ku jalani, yang mahsyur permai dikata orang,
tetapi kampung dan rumahku disanalah ku rasa senang
tanah ku tak kulupakan engkau kubanggakan

Lucu1
Muluk, Samsul, Pipit, 3 orang sarjana yang pusing mencari kerja hingga akhirnya pipit menyibukkan diri ikut undian sms, telp dan kirim amplop undian berhadiah, samsul kerjanya main gaple di poskamling dan Muluk masih berkutat mencari kerja kantoran karena dia sarjana manajeman.
Seperti kebanyakan orang mereka bertiga gengsi kalau tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai gelar kesarjanaan mereka, hmm mungkin bukan mereka bertiga saja porsi terbesar adalah orang tua dan lingkungan, “sarjana manajemen kok buka sablon”
Sistem pendidikan Indonesia memang tidak mempersiapkan lulusannya untuk bisa kreatif dan inovatif dan siap terjun ke masyarakat.
“Banyak teori manajemen yang dipelajari dari penulis-penulis Kaliber dunia, namun nyatanya tetep membuat perusahaan Ane bangkrut”—kata robby tumewu



Senin, 29 November 2010

Pendidikan karakter? Mungkinkah?


Di konferensi guru Indonesia yang diselenggarakan oleh FKIP UKSW dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional,  mengangkat tema Pendidikan Karakter Berwawasan Kebangsaan.
Core karakter yang ada pada masyarakat Indonesia sudah digagas oleh pendiri bangsa sesepuh bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Menurut Prof. Dr. John Titaley sebelum 17 agustus 1945 tidak ada Indonesia, yang ada masyarakat dibedakan berdasarkan etnisnya atau masih menggunakan identitas primordial. Untuk memecahkan masalah ini maka Soekarno mencetuskan ide tentang Pancasila dalam piagam Jakarta yang sempat mengalami sedikit perubahan sehingga dapat diterima oleh seluruh etnik yang ada di Indonesia. Pada awal berdirinya Indonesia sudah dapat menerima keberadaan warga negaranya dengan beragam agama mereka masing-masing (inklusif) dan dalam hubungan kebersamaan mereka sebagai warga negara sangat terbuka untuk mengalami transformasi akibat perjumpaan itu (transformative).
Pendidikan nasional yang mewajibkan pelajaran agama menurut agama anak masing-masing berarti tidak mendidik anak Indonesia menjadi orang Indonesia, pendidikan yang demikian membuat anak Indonesia terasing dari religiositas Indonesia dan sesama bangsanya.

Minggu, 21 November 2010

Ulasan Festival Ekonomi Kreatif 2010 se Indonesia


Festival Ekonomi Kreatif ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas mengenai14 subsektor yang diangkat oleh kementerian perdagangan republik Indonesia. Bagaimana program ekonomi kreatif ini dapat meningkatkan pendapatan nasional, menumbuhkan rasa cinta produk dalam negeri dan mendorong kemandirian masyarakat Indonesia dengan kemudahan akses pada para pengusahanya. Untuk mengetahui seluk beluk ekonomi kreatif semua ada disini dan tentang indonesia kreatif ada disini

Festival ini diwujudkan dalam bentuk Lomba debat dan artikel bagi siswa SMA dan sederajat di sepuluh kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Pekanbaru, Bandung, Makassar, Semarang, Surabaya, Jogja, Denpasar, Palembang, dan Banjarmasin.

Kebetulan kami ikut berpartisipasi mewakili sekolah 2 tim untuk lomba debat dan 2 murid untuk lomba menulis artikel. Lomba debat sangat fair, karena semuanya serba spontan, pertanyaan juri dijawab dengan spontan, demikian juga dengan artikel. Murid yang artikelnya masuk 10 besar se Jawa Tengah harus dapat mempertanggungjawabkan artikelnya secara spontan di depan juri.
 

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN: SEBUAH KENISCAYAAN

Saat bersih-bersih kemarin, saya menemukan artikel ini, saya tulis kembali di sini, untuk bahan refleksi saya..

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN: SEBUAH KENISCAYAAN
Oleh : Oen Toeng Wie
Lebih dari 2400 tahun silam, konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan,, saya pahami
Sungguh adalah satu kenyataan yang tidak isa dipungkiri bahwa keberhasilan pendidikan, diawali dari keberhasilan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peerta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik sebagai subyek belajar.
BERAPA JAUH KITA TELAH MELANGKAH
To say is easy
To do is difficult
To understand is more difficult
To make one understand is most difficult
(Sun yat sen)

Kamis, 11 November 2010

Erin Gruwell, Mendidik dengan HATI

Erin Gruwell, guru Bahasa Inggris di sebuah College Wodroow Wilson HS di Long Beach AS. Sekolah ini menerima murid migrasi korban kekerasan antar geng di Long Beach yang terjadi pada tahun 1992.
Murid-murid SMA ini terdiri dari orang china, kulit hitam, latin, kamboja, dan kulit putih. Mereka mengelompok sendiri sesuai ras nya dan memiliki wilayah kekuasaan masing-masing di sekolah tersebut. Jika wilayahnya dimasuki ras lain maka akan terjadi pertengkaran.

Rabu, 10 November 2010

Monalisa Smile dan Dead Poet Society

Diceritakan di sebuah sekolah wanita Weselley college di salah satu negara bagian Amerika serikat pada tahun 1953. Memiliki tradisi bahwa wanita atau gadis-gadis di sekolah itu hanya memiliki satu mimpi, menikah, memiliki rumah, memiliki segala peralatan rumah tangga, menjadi ibu rumah tangga, melayani suami dan membesarkan anak-anak mereka.
Walau mereka masih di sekolah, mereka wajib menikah jika sudah dirasa siap oleh orang tua mereka, dan karena tradisi yang sudah melekat ini sekolah memberikan dispensasi satu bulan untuk tidak mengikuti pelajaran, bagi muridnya yang baru menikah.

Senin, 08 November 2010

Totto-Chan si Cerdas yang menginspirasi


Membaca pertama kali buku Totto Chan-Tetsuko Kuroyanagi, di tahun 1998, memang belum berpengaruh banyak terhadap cara mengajar saya. Tapi saya sangat menyukai cerita Totto ini, saya sangat menyukai bagaimana orang tua Totto memperlakukan Totto, mereka tidak seperti orang tua disini, yang begitu ketemu orang lain atau ketemu saya, guru anaknya, pertama kali yang dibicarakan pasti kejelekan  atau hal negative yang ada pada anaknya. Sampai berbusa saya meyakinkan ibu itu bahwa anaknya hebat, baik, dan apresiatif jika di kelas. Sebaliknya si ibu itu selalu membantah dengan “tapi anak saya kan….” , ”namun kan… “. Jikalau maksudnya basa-basi..waduh, basa-basi yang harus mulai dihilangkan.
Hal yang saya sukai lainnya adalah kepala sekolah Pak Kobayashi—dimanakah ada seorang kepala sekolah yang mau mendengar cerita calon muridnya dari pagi hingga siang dengan SEPENUH HATI? Dan cerita itu cerita khas anak-anak yang terkadang tidak berujung pangkal..adakah kepala sekolah seperti itu sekarang?



Sabtu, 06 November 2010

Belajar itu menyenangkan...\(^.^)/…


Belajar itu dari buaian sampai liang lahat--yang terpenting adalah bagaimana menumbuhkan passion belajar sepanjang hayat. Sehingga diharapkan terlahir manusia-manusia yang sehat jasmani dan rohani.
Semangaatt!!..(^.^)/..
Berikut adalah proses belajar saya untuk mewujudkan itu semua...:)

Pertama :
Murid-murid di kelompok baru,
saling memberikan informasi tentang
materi yang diperoleh dari kelompok lama
Kelas saya bagi menjadi 7 kelompok, tiap kelompok membahas 7 hal yang berbeda, 7 materi di semester pertama kelas X. Saya mengajar kelas XII, jadi saya merasa perlu mengulang materi semester 1 kelas X sesuai SKL—buku pelajaran yang sudah ringkas dan abstrak itu masih saya rangkum lagi sesuai Standard Kelulusan untuk menghadapi UN…don’t expect  too much deh hehe—

Tujuannya sih biar mereka baca lagi dan strategi pembelajaran ini paling tidak menyenangkan dan cukup membuat mereka tertawa dan gemas.
7 kelompok tersebut saya minta untuk mempelajari materi yang saya berikan, setelah selesai saya membuat kelompok baru menjadi 5 kelompok yang anggotanya adalah wakil dari tiap anggota kelompok 7. Sehingga kelompok baru tersebut memiliki anggota yang sudah menguasai ke-7 materi yang saya berikan.

Senin, 01 November 2010

Digital Learners



Have you been paying attention?
How do your students learn? Are they interpersonal, logical, spatial, intrapersonal, linguistic, musical, naturalist or body-kinesthetic
Yes!! (Gardner, Frames Of Mind (2003))
But Mostly, They’re Digital Learners
Here’s Why
Todays, average graduates college have spent :
Over 10000 hours playing video game – interactive videogames, mediascopes, june 1996
Over 10000 hours talking in cellphones – Prensky M (2001), Digital Natives, Digital Immigrants
and roughly 20000 hours watching TV
Today’s Children and Teens spend 2,75 hours a week using home computers- Institute for social research,2004
70% of our nation’s 4- 6 years old have used a computer – Kaiser Family Fondation 2003

Minggu, 31 Oktober 2010

Trick to Remember Debits and Credits

Rumusan persamaan akuntansi adalah

Harta = Hutang + Modal +Pendapatan – Beban/biaya

Trik ini adalah permainan tangan—tangan KIRI adalah Debet dan tangan KANAN adalah kredit





Jumat, 29 Oktober 2010

Sir Ken Robinson - Bring on the Learning Revolution!



Setelah melihat video Sir Ken Robinson mengenai Revolusi Pembelajaran, mengingatkan saya pada puisi lama Khalil Gibran tentang ANAK


Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak.

Dan dia berkata:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu
Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Pendidikan adalah untuk masa depan bukan sekarang dan masa lalu, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak bisa dengan metode masa lalu tanpa update perkembangan yang sangat pesat terjadi di sekitar kita dan murid-murid kita.

Jawaban untuk alasan mengapa murid-murid suka mencontek, malas belajar, malas sekolah karena mereka tidak merasakan spirit yang ada dalam kegiatan belajarnya, mereka tidak mencintai belajarnya, mereka tidak mencintai kegiatan belajar yang mereka lakukan, sehingga waktu 5 menit serasa 1 jam. Bandingkan jika mereka menyukai apa yang mereka lakukan, bermain gitar, menulis, melukis atau membaca, semua kegiatan tersebut akan mereka lakukan dengan penuh semangat, sehingga waktu 1 jam serasa 5 menit, dan dipastikan hasil yang didapatpun sangat bagus.

Sehingga yang mesti kita lakukan adalah harus segera melakukan metafora, revolusi, transformasi, inovasi dari pendidikan manufaktur yang berbasis liniearitas, standarisasi, konformitas dan pengelompokan (sesuai usia, IQ, dll) merubahnya dengan prinsip-prinsip pertanian, bukan linier namun organic—analoginya, pada saat kita menanam, kita akan menyiapkan tanah, pupuk organic sesuai sifat dan jenis tanaman supaya tumbuh bagus dan sehat nantinya.
Demikian juga dengan pendidikan kita harus merubah sistem pendidikan kita sebagai media yang tepat untuk pendidikan murid-murid kita, kita tidak dapat memastikan bagaimana mereka berkembang nantinya, namun kita bisa menyiapkan lahan dan cara yang tepat yang sesuai dengan potensi dan bakat yang ada pada murid-murid kita.

Jadi bukan murid-murid kita yang menyesuaikan diri dengan kurikulum yang ditetapkan namun, kurikulum pendidikan yang mesti sesuai dengan potensi setiap murid-murid kita.
Model-model yang berkembang sekarang seharusnya diterapkan secara personal kepada murid-murid kita, artinya lahan yang ada atau model yang ada disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam atau murid yang akan kita ajari.

Bukan membantu memecahkan solusi namun membuat murid-murid kita dapat menciptakan solusi sendiri dari setiap permasalahan yang mereka hadapi dalam pembelajaran dan kehidupannya kelak.

Berikut transkrip lengkapnya :

Zaid Bikha-FLOWERS ARE RED


A little boy went first day at school
He got some crayons and he started to draw
He put colors all over the paper
For colors was what he saw
The teacher said, "What you doin' young man?"
"I'm paintin' flowers see"
"Well this is not the time for art young man
And anyway flowers are green and red
There's a time for everything young man
a way it should be done
You've got to show concern for everyone else
For you're not the only one"
And she said...
"Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher said "You're sassy
There's a way that things should be
And you'll paint flowers the way they are
So repeat after me..."
she said...

Senin, 25 Oktober 2010

Pendidikan Utopis, Tapi Perlu

Sumber : http://prajnamu.talk4fun.net/2010/10/pendidikan-utopis-tapi-perlu.html



Setelah menonton video di atas, tiba-tiba saya teringat dengan beberapa tulisan lama, yang bertema pendidikan. Tulisan aslinya berjudul Education: The Necessary Utopia, oleh Jacques Delors. Tulisan ini adalah sebuah pengantar dari sebuah kumpulan artikel berjudul Learning: the Treasure Within, yang diterbitkan oleh UNESCO. Judul artikel pengantar itu sangat menarik, sekaligus provokatif, menurut saya.

Minggu, 24 Oktober 2010

RSBI VS Sekolah Jepang By. Murni Ramli

Selama seminggu saya harus mendampingi rombongan kepsek dari Jateng berkunjung ke sekolah-sekolah di Jepang sebaga translator. Kedatangan kepsek yang sebagian besar adalah kepsek Rintisan SMA/SMP bertaraf internasional bertujuan untuk menjajagi kerjasama dengan sekolah-sekolah di Jepang dalam bentuk sister school.

Saya pribadi berpendapat bahwa sister school bukan milik RSBI atau SBI semata, tetapi sekolah dengan embel-embel nama apapun bebas untuk melakukannya. Saya mendapat kesan bahwa Kepsek yang datang memang agak terbebani dengan keharusan untuk membentuk sister school tersebut sebagai salah satu syarat RSBI.

Comment buku “Dengan Pujian Bukan Kemarahan” – By Nesia Andriana Arif



Sebetulnya waktu pertama kali Nesia email saya tentang bukunya n pertama kali melihat judulnya. Maaf ya Nes, komentar pertama yang keluar kok gitu sih judulnya- Soalnya jadi inget bukunya Alfie Kohn-“jangan pukul aku” atau judul aslinya “Unconditional Parenting: Moving from Rewards and Punishmet to Love and Reason”.
Di buku itu pada intinya Alfie Kohn menyatakan tentang bagaimana kita bisa membuat anak-anak melakukan kebaikan tanpa syarat, tanpa keinginan untuk dipuji. Bagaimana bisa menumbuhkan motivasi dari dalam untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar.

Sang Pencerah bagi Seorang Guru


Terlepas dari film tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah, banyak sekali hal yang diperoleh dari film inspiratif ini.

Terutama bagaimana seseorang berjuang ikhtiar untuk memperjuangkan apa yang diyakini benar. Perjuangan, intimidasi yang dialami membuat Ahmad Dahlan lebih kuat dan percaya diri. Pertentangan-pertentangn yang terjadi antara kebenaran Agama dan budaya yang sudah ada berabad-abad juga mewarnai film ini. Seperti misalnya sesaji, upacara 7 hari, 40 hari yang dalam aturan agama tidak ada.

Dalam film ini juga diungkapkan bagaimana Ahmad Dahlan di kucilkan oleh penduduk kauman, dihujat kafir, hingga langgar atau mushola kecil di depan rumahnya dibakar oleh massa karena dianggap agama yang diajarkan Ahmad Dahlan tidak benar.

Metode pembelajaran Ahmad Dahlan juga sangat menarik. Jika di sekolah kita sekarang ada murid kentut pada saat seorang guru memberi salam pembuka, hampir dipastikan murid tersebut akan dihukum habis-habisan

Beda dengan Ahmad Dahlan, dari membahas kentut saja dia bisa menjelaskan ilmu biologi, fisika dan agama.

Bagaimana dengan kita?

Ahmad Dahlan dengan berani mengubah sistem belajar yang berbeda, daripada mendengar apa kata guru, lebih baik, ungkapkan apa yang ingin kalian ketahui. Jadi murid dipancing untuk berani bertanya, berani mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, hingga berani beropini.

Ketika ada seorang murid yang bertanya mengenai “apa itu Agama?”—Ahmad Dahlan menjawabnya dengan memainkan biolanya dengan indah. Dia meminta pendapat pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, Indah dan menyejukkan hati. Itulah Agama, kata Ahmad Dahlan.

Kemudian seorang murid disuruh memainkan biolanya, dan suara ngak ngek ngok memusingkan kepala dan tidak enak ditelinga pun keluar, karena si murid tidak tahu cara memainkannya. Ahmad Dahlan kembali bertanya pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, rusak dan kacau. Apa kata Ahmad Dahlan, itulah agama.

Kesimpulan nya, Agama jika dilakukan dengan baik sesuai aturan Al Qur’an dan Hadits maka dia akan terasa indah dan menyejukkan hati. Namun jika tidak maka akan kacau dan rusak.

Pembelajaran seperti ini pasti sangat merasuk ke dalam sanubari seorang murid, mereka akan memasukkan konsep tersebut ke bawah sadarnya, dan akan mengingat dan mengamalkannya hingga akhir hayat.

Bandingkan lagi dengan murid kita sekarang, ketika mereka beropini dan dimata kita opini tersebut salah, maka yang terlontar adalah, tidak sopan, tidak bermoral. Tanpa pemberitahuan yang jelas dan masuk akal (bagi mereka) mana yang tidak sopan dan mana yang tidak bermoral.

Kebenaran hanya milik Allah, kita hanya wajib berikhtiar.

Daftar Kebaikan


Ide ini berawal dari note seorang teman Shalahudin Borneo mengenai seorang guru yang membuat daftar kebaikan yang mampu meningkatkan kepercayaan diri seorang anak.

Anak-anak saya ada sekitar 56 orang, setiap kelas ada 28 anak. Sehingga untuk satu kelas butuh sekitar 784 kartu, berarti kalau dua kelas ada 1.568 kartu. Saya mulai ke tukang potong kertas beli 200 lembar kertas yang agak tebal..likes kertas kerdus, murah, cuma 20 ribu, lalu kupotong jadi 8....*mulai kurang kerjaan ya gurunya hihihi..*

Masuk kelas, setiap anak memperoleh 28 kartu, tugas mereka adalah menulis nama seluruh teman sekelasnya dan menuliskan satu kebaikan untuk masing-masing teman mereka di setiap kartu, tidak boleh normatif, harus terperinci, kalau perlu pakai cerita yang membuat mereka terkesan akan kebaikan teman tersebut.

Hehehe ternyata butuh waktu hampir dua jam pelajaran atau 1,5 jam untuk membuat daftar tersebut. Ternyata melihat kebaikan temen lebih sulit daripada melihat kejelekannya. Sampai ada seorang anak yang mengeluh, ”aduh bu kurang 10 kartu gak ada kebaikannya si....”.... ”Oh come on pasti ada, buka hati, buang gengsi, kalau perlu lihatlah wajahnya..”...
Akhirnya selesai juga, semua kartu kembali ke saya, untuk saya pilah-pilah sesuai nama, jadi sekarang tiap nama punya 28 kartu daftar kebaikan.

Esok paginya saya bagikan daftar kebaikan tersebut ke yang punya nama. Apa reaksi mereka?...wajah mereka cerah ceria, gelak tawa mulai terdengar, kemudian mereka berlarian ke teman yang mereka kira menulis kebaikan tersebut. Setelah puas membaca daftar kebaikannya, saya suruh mereka mengurutkan dari yang membuncahkan hati sampai yang biasa-biasa saja. Saya siapkan pita warna-warni dan pembolong.
Saya sarankan mereka untuk membaca daftar kebaikan mereka ketika mereka merasa down dan kesepian.
Ide ini dilatarbelakangi adanya keluhan beberapa anak yang mulai dijauhi teman-temannya, tanpa sebab. Ada lagi yang sampai tidak merasa nyaman di kelas karena tak seorang temanpun yang mau bicara dengannya.

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...