Sebetulnya waktu pertama kali Nesia email saya tentang bukunya n pertama kali melihat judulnya. Maaf ya Nes, komentar pertama yang keluar kok gitu sih judulnya- Soalnya jadi inget bukunya Alfie Kohn-“jangan pukul aku” atau judul aslinya “Unconditional Parenting: Moving from Rewards and Punishmet to Love and Reason”.
Di buku itu pada intinya Alfie Kohn menyatakan tentang bagaimana kita bisa membuat anak-anak melakukan kebaikan tanpa syarat, tanpa keinginan untuk dipuji. Bagaimana bisa menumbuhkan motivasi dari dalam untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar.
Hallo, tapi komentar ini tercetus sebelum saya membaca buku Nesia lho..hehe
Hunting yang lumayan memakan waktu karena di kota kecil saya toko buku besar tidak ada, mau beli online saya pikir rugi waktu. Akhirnya setiap ada waktu luang saya selalu mampir ke toko buku. Toko buku pertama, tidak ada, toko buku kedua juga tidak ada, akhirnya toko buku ketiga-kata katalog komputer ada-di rak tiga di lantai dua. Oke saya cari hampir sekitar satu jam bolak-balik, hingga akhirnya lantai dua yang luasnya hanya 5x6 meter itu saya kelilingi, saya pelototi satu-satu. Saya bilang sama petugasnya, pokoknya bukunya warna pink, terbitan elex. Akhirnya saya menyerah di lantai dua, petugas toko, mengatakan mungkin kebawa untuk pameran di kampus. Baik, tolong tanyakan, kalo memang di sana, sekarang saya kesana. Sambil menunggu, saya turun ke lantai satu, saya melihat-lihat buku obral, kemudian –dasar jodoh ternyata buku itu ada di etalase toko-langsung deh saya teriak ”Ketemu mbak!!” Hhhhhh lega deh..dapet juga buku Nesia.
Kemudian jadi ngeh, ngeh nya saya...
Nesia ternyata sensitif sekali orangnya, maksudnya dia sensitif mengamati, merasakan dan memaknai peristiwa sekecil apapun. Seperti misalnya yang waktu Nesia cerita tentang catatan lamanya, ketika di dalam angkot, melihat ibu yang terus menyalahkan anak perempuannya karena menjatuhkan roti yang baru dibelinya di pasar. Kalau saya seusia Nesia waktu itu, saya gak akan berpikiran seperti Nesia, saya mungkin berpikiran seperti ibu itu, dan parahnya lagi saya akan menganggapnya sebagai masalah yang sangat biasa. Karena sekarang udah sedikit tahu, saat baca tulisan itu saya jadi ikut sakit hati, merasakan sedih dan sakitnya perasaan si anak perempuan.
Kemudian ketika Fatimah lupa memasak nasi, tapi dia melakukan pekerjaan lainnya menata baju.... padal Ibunya udah ngomel terus sepanjang pagi...hhhhh...-hebatnya Nesia bisa aja melihat keluar jendela n menikmati udara segar...
Baca buku Nesia tuh enak sekali, gak terasa sambil nunggu ujian anak-anak ”sssstt jangan bilang-bilang ya”...tau-tau udah nyampe halaman 250, nunggu antrian di Bank, di angkot, dan pas sampai rumah selesai dah. Sama persis asyiknya, kalau saya pas baca bukunya Harry Potter atau Twilight Saga yang tuebel-tuebel itu.
Bahasanya ringan, mudah dimengerti, dan memiliki makna yang luas.
Favorit saya di bagian Epilog, terus terang bagian epilog satu ini yang bikin saya pede hahaha curang ya...karena tulisan Nesia cerminan ibu, eh gak cuman ibu, tapi keluarga Perfecto. Tapi di bagian Epilog ada kata-kata yang saya suka ” Kesalahan dan kehilafan orang-orang yang saya cintai, bahkan sangat berjasa dalam hidup saya, tidak suka untuk saya umumkan kemana-mana. Sebagaimana saya ingin mereka memaafkan kesalahan saya dan bersabar untuk tidak membukanya, apalagi menyebarkannya ke orang-orang yang tak ada hubungan dengan hal tersebut”. Kalimat ini jadi seperti peringatan buat saya, terkadang lupa juga kalau lagi emosi hmmm..
Terus yang saya sukai di Epilog dua: ”Anak-anak mama, kalian adalah guru mama, kalian menjadi cermin yang selalu memantulkan tanpa tedeng aling-aling segala kemunafikan, kepengecutan, ketidakutuhan pribadi, yang selalu berusaha mama obati dalam diri mama, bila kelak kalian sudah dewasa dan membaca ini, kirimkanlah doa dan maaf buat mama. Teruslah kalian berceria, besok pagi bangun dan tertawalah lagi. Menangis pun tak apa karena tangispun juga jadi guru yang baik...” dan air mata saya pun tak terbendung....
Terimakasih Nes, buku yang bagus, maaf gak ada kritik buat buku Nesia, malah saya bersyukur dapat banyak ilmu dan inspirasi dari buku ini.
Di buku itu pada intinya Alfie Kohn menyatakan tentang bagaimana kita bisa membuat anak-anak melakukan kebaikan tanpa syarat, tanpa keinginan untuk dipuji. Bagaimana bisa menumbuhkan motivasi dari dalam untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar.
Hallo, tapi komentar ini tercetus sebelum saya membaca buku Nesia lho..hehe
Hunting yang lumayan memakan waktu karena di kota kecil saya toko buku besar tidak ada, mau beli online saya pikir rugi waktu. Akhirnya setiap ada waktu luang saya selalu mampir ke toko buku. Toko buku pertama, tidak ada, toko buku kedua juga tidak ada, akhirnya toko buku ketiga-kata katalog komputer ada-di rak tiga di lantai dua. Oke saya cari hampir sekitar satu jam bolak-balik, hingga akhirnya lantai dua yang luasnya hanya 5x6 meter itu saya kelilingi, saya pelototi satu-satu. Saya bilang sama petugasnya, pokoknya bukunya warna pink, terbitan elex. Akhirnya saya menyerah di lantai dua, petugas toko, mengatakan mungkin kebawa untuk pameran di kampus. Baik, tolong tanyakan, kalo memang di sana, sekarang saya kesana. Sambil menunggu, saya turun ke lantai satu, saya melihat-lihat buku obral, kemudian –dasar jodoh ternyata buku itu ada di etalase toko-langsung deh saya teriak ”Ketemu mbak!!” Hhhhhh lega deh..dapet juga buku Nesia.
Kemudian jadi ngeh, ngeh nya saya...
Nesia ternyata sensitif sekali orangnya, maksudnya dia sensitif mengamati, merasakan dan memaknai peristiwa sekecil apapun. Seperti misalnya yang waktu Nesia cerita tentang catatan lamanya, ketika di dalam angkot, melihat ibu yang terus menyalahkan anak perempuannya karena menjatuhkan roti yang baru dibelinya di pasar. Kalau saya seusia Nesia waktu itu, saya gak akan berpikiran seperti Nesia, saya mungkin berpikiran seperti ibu itu, dan parahnya lagi saya akan menganggapnya sebagai masalah yang sangat biasa. Karena sekarang udah sedikit tahu, saat baca tulisan itu saya jadi ikut sakit hati, merasakan sedih dan sakitnya perasaan si anak perempuan.
Kemudian ketika Fatimah lupa memasak nasi, tapi dia melakukan pekerjaan lainnya menata baju.... padal Ibunya udah ngomel terus sepanjang pagi...hhhhh...-hebatnya Nesia bisa aja melihat keluar jendela n menikmati udara segar...
Baca buku Nesia tuh enak sekali, gak terasa sambil nunggu ujian anak-anak ”sssstt jangan bilang-bilang ya”...tau-tau udah nyampe halaman 250, nunggu antrian di Bank, di angkot, dan pas sampai rumah selesai dah. Sama persis asyiknya, kalau saya pas baca bukunya Harry Potter atau Twilight Saga yang tuebel-tuebel itu.
Bahasanya ringan, mudah dimengerti, dan memiliki makna yang luas.
Favorit saya di bagian Epilog, terus terang bagian epilog satu ini yang bikin saya pede hahaha curang ya...karena tulisan Nesia cerminan ibu, eh gak cuman ibu, tapi keluarga Perfecto. Tapi di bagian Epilog ada kata-kata yang saya suka ” Kesalahan dan kehilafan orang-orang yang saya cintai, bahkan sangat berjasa dalam hidup saya, tidak suka untuk saya umumkan kemana-mana. Sebagaimana saya ingin mereka memaafkan kesalahan saya dan bersabar untuk tidak membukanya, apalagi menyebarkannya ke orang-orang yang tak ada hubungan dengan hal tersebut”. Kalimat ini jadi seperti peringatan buat saya, terkadang lupa juga kalau lagi emosi hmmm..
Terus yang saya sukai di Epilog dua: ”Anak-anak mama, kalian adalah guru mama, kalian menjadi cermin yang selalu memantulkan tanpa tedeng aling-aling segala kemunafikan, kepengecutan, ketidakutuhan pribadi, yang selalu berusaha mama obati dalam diri mama, bila kelak kalian sudah dewasa dan membaca ini, kirimkanlah doa dan maaf buat mama. Teruslah kalian berceria, besok pagi bangun dan tertawalah lagi. Menangis pun tak apa karena tangispun juga jadi guru yang baik...” dan air mata saya pun tak terbendung....
Terimakasih Nes, buku yang bagus, maaf gak ada kritik buat buku Nesia, malah saya bersyukur dapat banyak ilmu dan inspirasi dari buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar