Minggu, 31 Oktober 2010

Trick to Remember Debits and Credits

Rumusan persamaan akuntansi adalah

Harta = Hutang + Modal +Pendapatan – Beban/biaya

Trik ini adalah permainan tangan—tangan KIRI adalah Debet dan tangan KANAN adalah kredit





Jumat, 29 Oktober 2010

Sir Ken Robinson - Bring on the Learning Revolution!



Setelah melihat video Sir Ken Robinson mengenai Revolusi Pembelajaran, mengingatkan saya pada puisi lama Khalil Gibran tentang ANAK


Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak.

Dan dia berkata:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu
Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Pendidikan adalah untuk masa depan bukan sekarang dan masa lalu, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak bisa dengan metode masa lalu tanpa update perkembangan yang sangat pesat terjadi di sekitar kita dan murid-murid kita.

Jawaban untuk alasan mengapa murid-murid suka mencontek, malas belajar, malas sekolah karena mereka tidak merasakan spirit yang ada dalam kegiatan belajarnya, mereka tidak mencintai belajarnya, mereka tidak mencintai kegiatan belajar yang mereka lakukan, sehingga waktu 5 menit serasa 1 jam. Bandingkan jika mereka menyukai apa yang mereka lakukan, bermain gitar, menulis, melukis atau membaca, semua kegiatan tersebut akan mereka lakukan dengan penuh semangat, sehingga waktu 1 jam serasa 5 menit, dan dipastikan hasil yang didapatpun sangat bagus.

Sehingga yang mesti kita lakukan adalah harus segera melakukan metafora, revolusi, transformasi, inovasi dari pendidikan manufaktur yang berbasis liniearitas, standarisasi, konformitas dan pengelompokan (sesuai usia, IQ, dll) merubahnya dengan prinsip-prinsip pertanian, bukan linier namun organic—analoginya, pada saat kita menanam, kita akan menyiapkan tanah, pupuk organic sesuai sifat dan jenis tanaman supaya tumbuh bagus dan sehat nantinya.
Demikian juga dengan pendidikan kita harus merubah sistem pendidikan kita sebagai media yang tepat untuk pendidikan murid-murid kita, kita tidak dapat memastikan bagaimana mereka berkembang nantinya, namun kita bisa menyiapkan lahan dan cara yang tepat yang sesuai dengan potensi dan bakat yang ada pada murid-murid kita.

Jadi bukan murid-murid kita yang menyesuaikan diri dengan kurikulum yang ditetapkan namun, kurikulum pendidikan yang mesti sesuai dengan potensi setiap murid-murid kita.
Model-model yang berkembang sekarang seharusnya diterapkan secara personal kepada murid-murid kita, artinya lahan yang ada atau model yang ada disesuaikan dengan tanaman yang akan ditanam atau murid yang akan kita ajari.

Bukan membantu memecahkan solusi namun membuat murid-murid kita dapat menciptakan solusi sendiri dari setiap permasalahan yang mereka hadapi dalam pembelajaran dan kehidupannya kelak.

Berikut transkrip lengkapnya :

Zaid Bikha-FLOWERS ARE RED


A little boy went first day at school
He got some crayons and he started to draw
He put colors all over the paper
For colors was what he saw
The teacher said, "What you doin' young man?"
"I'm paintin' flowers see"
"Well this is not the time for art young man
And anyway flowers are green and red
There's a time for everything young man
a way it should be done
You've got to show concern for everyone else
For you're not the only one"
And she said...
"Flowers are red
Green leaves are green
There's no need to see flowers any other way
Than they way they always have been seen "
But the little boy said...
"There are so many colors in the rainbow
So many colors in the morning sun
So many colors in the flower and I see every one"
Well the teacher said "You're sassy
There's a way that things should be
And you'll paint flowers the way they are
So repeat after me..."
she said...

Senin, 25 Oktober 2010

Pendidikan Utopis, Tapi Perlu

Sumber : http://prajnamu.talk4fun.net/2010/10/pendidikan-utopis-tapi-perlu.html



Setelah menonton video di atas, tiba-tiba saya teringat dengan beberapa tulisan lama, yang bertema pendidikan. Tulisan aslinya berjudul Education: The Necessary Utopia, oleh Jacques Delors. Tulisan ini adalah sebuah pengantar dari sebuah kumpulan artikel berjudul Learning: the Treasure Within, yang diterbitkan oleh UNESCO. Judul artikel pengantar itu sangat menarik, sekaligus provokatif, menurut saya.

Minggu, 24 Oktober 2010

RSBI VS Sekolah Jepang By. Murni Ramli

Selama seminggu saya harus mendampingi rombongan kepsek dari Jateng berkunjung ke sekolah-sekolah di Jepang sebaga translator. Kedatangan kepsek yang sebagian besar adalah kepsek Rintisan SMA/SMP bertaraf internasional bertujuan untuk menjajagi kerjasama dengan sekolah-sekolah di Jepang dalam bentuk sister school.

Saya pribadi berpendapat bahwa sister school bukan milik RSBI atau SBI semata, tetapi sekolah dengan embel-embel nama apapun bebas untuk melakukannya. Saya mendapat kesan bahwa Kepsek yang datang memang agak terbebani dengan keharusan untuk membentuk sister school tersebut sebagai salah satu syarat RSBI.

Comment buku “Dengan Pujian Bukan Kemarahan” – By Nesia Andriana Arif



Sebetulnya waktu pertama kali Nesia email saya tentang bukunya n pertama kali melihat judulnya. Maaf ya Nes, komentar pertama yang keluar kok gitu sih judulnya- Soalnya jadi inget bukunya Alfie Kohn-“jangan pukul aku” atau judul aslinya “Unconditional Parenting: Moving from Rewards and Punishmet to Love and Reason”.
Di buku itu pada intinya Alfie Kohn menyatakan tentang bagaimana kita bisa membuat anak-anak melakukan kebaikan tanpa syarat, tanpa keinginan untuk dipuji. Bagaimana bisa menumbuhkan motivasi dari dalam untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar.

Sang Pencerah bagi Seorang Guru


Terlepas dari film tentang sejarah berdirinya Muhammadiyah, banyak sekali hal yang diperoleh dari film inspiratif ini.

Terutama bagaimana seseorang berjuang ikhtiar untuk memperjuangkan apa yang diyakini benar. Perjuangan, intimidasi yang dialami membuat Ahmad Dahlan lebih kuat dan percaya diri. Pertentangan-pertentangn yang terjadi antara kebenaran Agama dan budaya yang sudah ada berabad-abad juga mewarnai film ini. Seperti misalnya sesaji, upacara 7 hari, 40 hari yang dalam aturan agama tidak ada.

Dalam film ini juga diungkapkan bagaimana Ahmad Dahlan di kucilkan oleh penduduk kauman, dihujat kafir, hingga langgar atau mushola kecil di depan rumahnya dibakar oleh massa karena dianggap agama yang diajarkan Ahmad Dahlan tidak benar.

Metode pembelajaran Ahmad Dahlan juga sangat menarik. Jika di sekolah kita sekarang ada murid kentut pada saat seorang guru memberi salam pembuka, hampir dipastikan murid tersebut akan dihukum habis-habisan

Beda dengan Ahmad Dahlan, dari membahas kentut saja dia bisa menjelaskan ilmu biologi, fisika dan agama.

Bagaimana dengan kita?

Ahmad Dahlan dengan berani mengubah sistem belajar yang berbeda, daripada mendengar apa kata guru, lebih baik, ungkapkan apa yang ingin kalian ketahui. Jadi murid dipancing untuk berani bertanya, berani mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, hingga berani beropini.

Ketika ada seorang murid yang bertanya mengenai “apa itu Agama?”—Ahmad Dahlan menjawabnya dengan memainkan biolanya dengan indah. Dia meminta pendapat pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, Indah dan menyejukkan hati. Itulah Agama, kata Ahmad Dahlan.

Kemudian seorang murid disuruh memainkan biolanya, dan suara ngak ngek ngok memusingkan kepala dan tidak enak ditelinga pun keluar, karena si murid tidak tahu cara memainkannya. Ahmad Dahlan kembali bertanya pada muridnya, apa yang kalian rasakan. Jawab muridnya, rusak dan kacau. Apa kata Ahmad Dahlan, itulah agama.

Kesimpulan nya, Agama jika dilakukan dengan baik sesuai aturan Al Qur’an dan Hadits maka dia akan terasa indah dan menyejukkan hati. Namun jika tidak maka akan kacau dan rusak.

Pembelajaran seperti ini pasti sangat merasuk ke dalam sanubari seorang murid, mereka akan memasukkan konsep tersebut ke bawah sadarnya, dan akan mengingat dan mengamalkannya hingga akhir hayat.

Bandingkan lagi dengan murid kita sekarang, ketika mereka beropini dan dimata kita opini tersebut salah, maka yang terlontar adalah, tidak sopan, tidak bermoral. Tanpa pemberitahuan yang jelas dan masuk akal (bagi mereka) mana yang tidak sopan dan mana yang tidak bermoral.

Kebenaran hanya milik Allah, kita hanya wajib berikhtiar.

Daftar Kebaikan


Ide ini berawal dari note seorang teman Shalahudin Borneo mengenai seorang guru yang membuat daftar kebaikan yang mampu meningkatkan kepercayaan diri seorang anak.

Anak-anak saya ada sekitar 56 orang, setiap kelas ada 28 anak. Sehingga untuk satu kelas butuh sekitar 784 kartu, berarti kalau dua kelas ada 1.568 kartu. Saya mulai ke tukang potong kertas beli 200 lembar kertas yang agak tebal..likes kertas kerdus, murah, cuma 20 ribu, lalu kupotong jadi 8....*mulai kurang kerjaan ya gurunya hihihi..*

Masuk kelas, setiap anak memperoleh 28 kartu, tugas mereka adalah menulis nama seluruh teman sekelasnya dan menuliskan satu kebaikan untuk masing-masing teman mereka di setiap kartu, tidak boleh normatif, harus terperinci, kalau perlu pakai cerita yang membuat mereka terkesan akan kebaikan teman tersebut.

Hehehe ternyata butuh waktu hampir dua jam pelajaran atau 1,5 jam untuk membuat daftar tersebut. Ternyata melihat kebaikan temen lebih sulit daripada melihat kejelekannya. Sampai ada seorang anak yang mengeluh, ”aduh bu kurang 10 kartu gak ada kebaikannya si....”.... ”Oh come on pasti ada, buka hati, buang gengsi, kalau perlu lihatlah wajahnya..”...
Akhirnya selesai juga, semua kartu kembali ke saya, untuk saya pilah-pilah sesuai nama, jadi sekarang tiap nama punya 28 kartu daftar kebaikan.

Esok paginya saya bagikan daftar kebaikan tersebut ke yang punya nama. Apa reaksi mereka?...wajah mereka cerah ceria, gelak tawa mulai terdengar, kemudian mereka berlarian ke teman yang mereka kira menulis kebaikan tersebut. Setelah puas membaca daftar kebaikannya, saya suruh mereka mengurutkan dari yang membuncahkan hati sampai yang biasa-biasa saja. Saya siapkan pita warna-warni dan pembolong.
Saya sarankan mereka untuk membaca daftar kebaikan mereka ketika mereka merasa down dan kesepian.
Ide ini dilatarbelakangi adanya keluhan beberapa anak yang mulai dijauhi teman-temannya, tanpa sebab. Ada lagi yang sampai tidak merasa nyaman di kelas karena tak seorang temanpun yang mau bicara dengannya.

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...