Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku, biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai engkau kuhargai
Walau pun banyak negeri ku jalani, yang mahsyur permai dikata orang,
tetapi kampung dan rumahku disanalah ku rasa senang
tanah ku tak kulupakan engkau kubanggakan
Lucu1
Muluk, Samsul, Pipit, 3 orang sarjana yang pusing mencari kerja hingga akhirnya pipit menyibukkan diri ikut undian sms, telp dan kirim amplop undian berhadiah, samsul kerjanya main gaple di poskamling dan Muluk masih berkutat mencari kerja kantoran karena dia sarjana manajeman.
Seperti kebanyakan orang mereka bertiga gengsi kalau tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai gelar kesarjanaan mereka, hmm mungkin bukan mereka bertiga saja porsi terbesar adalah orang tua dan lingkungan, “sarjana manajemen kok buka sablon”
Seperti kebanyakan orang mereka bertiga gengsi kalau tidak memperoleh pekerjaan yang sesuai gelar kesarjanaan mereka, hmm mungkin bukan mereka bertiga saja porsi terbesar adalah orang tua dan lingkungan, “sarjana manajemen kok buka sablon”
Sistem pendidikan Indonesia memang tidak mempersiapkan lulusannya untuk bisa kreatif dan inovatif dan siap terjun ke masyarakat.
“Banyak teori manajemen yang dipelajari dari penulis-penulis Kaliber dunia, namun nyatanya tetep membuat perusahaan Ane bangkrut”—kata robby tumewu
Jika mengingat Bob Sadino bicara di depan mahasiswa beberapa waktu lalu, “buku-buku yang kalian pelajari itu “rubbish”, buku yang ditulis berdasar hal yang sudah basi mestinya dibuang sampah saja, jika kalian masih mempelajari buku-buku tersebut berarti otak kalian penuh sampah!!”
Yang ingin dikatakan adalah terlalu banyak teori dan perhitungan serta pertimbangan membuat kita tidak dapat segera mewujudkan usaha yang kita inginkan. Maju saja, manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk survive, di dalam perjalanan usaha tersebut, tentu saja akan banyak rintangan bahkan kegagalan, disanalah kita belajar.
Mental sebagian besar orang Indonesia adalah, jika gagal sekali mereka akan langsung berhenti, dan menjudge dirinya tidak berbakat. Ini merupakan mental bentukan sistem pendidikan Indonesia yang melarang anak-anak berbuat SALAH, dan kurangnya apresiasi terhadap sekecil apapun prestasi yang dicapai.
Pada kenyataannya belajar dari kesalahan dan apresiasi yang cukup dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka, sehingga mereka tidak pernah takut gagal dan tanpa kenal lelah mau terus mencoba.
Seperti bayi yang baru berjalan, langkah pertama, kedua, ketiga dst dia akan sering jatuh dan menabrak sesuatu, namun lama-kelamaan dia akan belajar dari “kejatuhannya” dan kemudian bisa mulai berjalan dan bahkan berlari dengan kencang tanpa takut jatuh lagi.
Sistem pendidikan ROBOT yang masih ada sekarang inilah yang mesti mulai di rubah, teori John Locke, bahwa anak adalah botol kosong atau ember kosong yang tidak memiliki potensi sebaiknya DIHAPUSkan dari otak bawah sadar para guru Indonesia. Anak-anak itu punya potensi, punya cara berpikir sendiri, punya opini, punya naluri untuk survive, sehingga kita sebagai orang tua dan pendidik yang ada di sekitarnya mestinya mendukung dan memfasilitasi semua potensi yang sudah ada pada mereka.
Dengan demikian kehidupan demokratis yang sehat dapat dilaksanakan dimana saja. Semua hal didiskusikan dan dikomunikasikan, mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan mengetahui konsekuensi dari setiap pilihannya tersebut. Dengan demikian mereka akan belajar untuk menghadapi sakit hati, kegagalan, ketidakpastian, kekecewaan, dan kesedihannya dengan bijak.
Lucu 2
Muluk, Samsul dan Pipit akhirnya menemukan pekerjaan yang mereka sebut pengembangan sumber daya manusia. Yaitu memanajemeni aktivitas komunitas copet, tujuan mulia mereka adalah mengubah para pencopet tersebut menjadi pengasong agar dapat mencari rejeki yang halal.
Para pencopet diajari menulis, diajari tentang negaranya, diajari kebersihan, dan agama.
Yang menarik ketika mereka diajari menulis, samsul mengajari cara memegang pensil yang ternyata membuat anak-anak tersebut putus asa dan tidak mau belajar. Akhirnya Samsul pun berkata, “ini sekolah bebas, kelas bebas cara megang pensilnya juga bebas, yang penting bisa nulis”, dan tanggapan mereka “ini kelas bebas berarti, yang penting jadi huruf “A”
Yang ingin saya katakan adalah sangat penting untuk menumbuhkan passion terlebih dahulu, saya sering menggunakan segala cara untuk menumbuhkan passion tersebut walau terkadang melanggar aturan sekolah. Dan berhasil anak-anak selalu bergairah berada di kelas saya, nah setelah itu tinggal mempertahankan gairah tersebut, caranya banyak, bisa disimak di tulisan saya sebelumnya.
Menumbuhkan passion ini, yang sering dilupakan oleh para guru kita, mereka lebih berkutat pada mengejar target materi, memforsir anak-anak dengan berbagai catatan dan ceramah, yang seringnya sangat membosankan.
Materi untuk satu semester bahkan tiga tahun sudah saya persiapkan, yang penting lulus UN kan?..hehe..mereka tinggal fotocopy saja.
Sehingga di kelas, kita sudah tidak berkutat lagi dengan catatan dan penjelasan materi, mereka bukan murid-murid tabularasa kok, mereka punya otak dan pikiran yang sangat bagus jika bisa dikembangkan dengan baik. Terkadang waktu dua jam saya gunakan untuk ngobrol tentang pengangguran, dan solusinya menurut persepsi mereka. Jangan berharap terlalu tinggi mereka bisa menghafal semua jenis pengangguran dan solusinya, biarkan alami saja nanti mereka juga akan tahu. Atau dibikin saja kelas debat, dijamin tidak ada yang ngantuk, oya anak-anak yang digolongkan kelas bawah oleh sekolah ternyata sangat bagus di kelas saya. Kuncinya tumbuhkan passion, hargai mereka apa adanya dan tunggu apa yang terjadi.
Lucu 3
Anak-anak pencopet tersebut akhirnya menyadari walau belum semua, bahwa menjadi pencopet adalah pekerjaan yang tidak terpuji, kemudian mereka memulai hidup baru dengan mengasong di jalan. Tapi apa yang mereka hadapi sekarang, mereka dikejar-kejar trantib, tidak sengaja Muluk melihatnya, Muluk melindungi mereka, “Biarkan yang miskin mencari rejeki yang halal, tangkap koruptor yang memiskinkan kalian” begitu kata Muluk berulang kali pada para petugas trantib.
Film ini membuat kita “melek” alangkah lucunya negeri kita tercinta ini,
Jadi ingat status seorang teman di FB “FPI sangat marah merusak dan menghancurkan diskotik, tempat pelacuran, menentang pornografi, namun bagaimana dengan korupsi, kecurangan pilkada, ketidakadilan yang ada di gedung DPR, gimana Habib?”
Alangkah lucunya negeri ini seorang nenek tua dipenjara karena mencuri cocoa, ada yang dipenjara hanya karena mencuri semangka, ada juga yang dipenjara hanya karena mencuri ayam. Betapa tragis jika kita bandingkan dengan apa yang dilakukan Gayus dan anteknya terhadap negeri ini.
Alangkah tragisnya jika kita lihat, pola tingkah “yang katanya wakil rakyat” di gedung DPR?
Betapa egoisnya manusia Indonesia yang menghalalkan segala cara untuk menduduki sebuah jabatan, mengeluarkan uang jutaan bahkan ratusan juta rupiah untuk sekedar menjadi PNS. Apa keistimewaan menjadi PNS sih, hingga menyisihkan seseorang yang sebenarnya kompeten dan lebih berhak.
Tanah air ku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku, biarpun saya pergi jauh, tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai engkau kuhargai
Walau pun banyak negeri ku jalani, yang mahsyur permai dikata orang, tetapi kampung dan rumahku disanalah ku rasa senang tanah ku tak kulupakan engkau kubanggakan
Saya sangat mencintai tanah air ini, betapa sedih para pahlawan yang dengan tulus mempertahankan tanah tercinta ini jika pada akhirnya di pimpin dan dijalankan dengan penuh tipu daya, keegoisan dan korupsi?
memang hrs disadari bhw kita sekarang hidup di negara yg pemerintahnya cm sibuk ngurusi diri sendiri, pejabatnya sibuk cari rejeki yg semestinya rejeki rakyat kecil. tapi biarlah, kita lihat saja nanti. Mbah saya pernah bilang begini " BECIK KETITIK OLO KETORO ". Yg penting kita msh bisa bersabar dan mengharapkan Perubahan itu cepat terjadi. amien.
BalasHapus