Rabu, 21 Desember 2011

[repost] Sekolahya Manusia-Munif Chatib...

Lea Kesuma on Thursday, August 12, 2010 at 8:09pm

Ketika denger judulnya seorang teman nyeletuk, apa lagi itu, masak sekolahnya manusia?
Karena kita tidak menyadari selama ini sekolah Indonesia pada umumnya adalah sekolah robot, yang memegang remote control adalah guru dan orang tua.

Anak dianggap botol atau ember kosong yang gak punya potensi dan kemampuan, dan orang tua dan gurulah yang wajib mengisi botol dan ember kosong tersebut. Kasihan kan anak-anak.
Di bukunya ini Munif Chatib membuktikan bahwa pernyataan itu SALAH. Munif membuktikan bahwa semua anak memiliki potensi masing-masing, dan potensi itu bisa dilejitkan.

Jadi inget tulisan Hernowo tentang sekolah hutan binatang.
"Terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan bumi. Kabar itu berasal dari dunia binatang. Menurut cerita, para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang kecil. Mereka, para binatang besar itu memutuskan untuk menciptakan sebuah sekolah memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali."
"Anehnya mereka tidak menemukan kata sepakat tentang subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti kurikulum yang sama. Jadi setiap murid harus ikut mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali."
"Kita tentu tahu karakter rusa yang ahli berlari, nah suatu saat sang rusa hampir tenggelam saat mengikuti kelas (mata pelajaran) berenang. Dan pengalaman mengikuti kelas berenang sangat membuat batinnya terguncang, dia merasa seperti tidak punya potensi lagi. Lama-kelamaan, karena sibuk mengurusi pelajaran berenang, dan harus mengikuti pelajaran tambahan berenang, si rusa pun tidak lagi dapat berlari secepat sebelumnya. Karena dia sudah mulai jarang melatih keahlian alaminya."
"Kemudian ada kejadian lain yang cukup memusingkan pengelola sekolah binatang tersebut. Kita juga tentu tahu karakter burung elang. Yang sangat pandai terbang. Namun, ketika mengikuti kelas menggali, si elang tidak mampu menjalani tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dan akhirnya, ia juga harus mengikuti les tambahan menggali. Les itu banyak menyita waktunya, sehingga ia melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat dikuasainya."
"Demikianlah kesulitan demi kesulitan melanda juga binatang-binatang lain, seperti bebek, burung pipit, ular dll. Para binatang kecil itu tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahliannnya mereka masing-masing. Ini lantaran mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat-sifat asli mereka."
(Hernowo dan Nurdin, 2004)

Nah yang terjadi di sekolah kita tidak lebih sama dengan sekolah hutan tersebut bukan?, lebih parah lagi bukannya melejitkan potensi namun membunuh potensi. hiks

Sekolah Manusia ini diawali dari sebuah sekolah kecil yang muridnya hanya 2 tapi memiliki guru 16, dari sebuah sekolah yang dinomor seratuskan oleh masyarakat disekitarnya, dari sebuah sekolah yang hampir mati.
Munif chatib dan timnya, berhasil merubah sekolah yang hampir colaps itu menjadi sekolah yang banyak diminati di Bondowoso dan sekarang sudah menjadi sekolah para juara. Setiap anak sangat dihargai dan didukung potensinya, dengan arahan fasilitator yang tepat, anak-anak tersebut menjadi manusia-manusia yang tumbuh sesuai potensi yang dimilikinya. BUKAN robot ..

Guru-guru banyak belajar dari para murid nya, mereka menjadi sangat kreatif dan termotivasi untuk terus belajar dari setiap murid yang ada di sekolah tersebut.
Mereka sangat memahami, tidak ada murid yang bodoh, yang ada kita yang tidak dapat menyelami dan memahami kecerdasan mereka
Mereka juga menjadi terlatih membuat lesson plan yang benar yang sesuai dengan beragam kecerdasan setiap murid di sekolah.
Sekolah tersebut menggunakan Multiple Intelegence System dan setiap anak mempunyai laporan multiple intelegence research, yang berisi kecenderungan kecerdasan dan gaya belajar dan mengajar yang pas untuk setiap anak.

Sekolahnya manusia-Munif Chatib, juga mulai diterapkan di berbagai sekolah di Indonesia, awalnya saya hanya tahu sekolah Muthahari Bandung yang didirikan oleh Jalalludin Rahmat, yang memiliki guru-guru hebat antara lain Hernowo Hasim. Kemudian sekolah Alam Ciganjur-yang sering disebut sekolah ala Toto Chan, kemudian Qaryah Thayyibah-Bahruddin di desa Kalibening Salatiga

Mudah-mudahan buku Sekolahnya Manusia ini dapat menginspirasi sekolah-sekolah lain di Indonesia untuk tidak lupa akan potensi yang sudah ada pada setiap anak yang mestinya dilejitkan dan didukung bukan dibunuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...