by Lea Kesuma on Wednesday, March 10, 2010 at 3:08pm
Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti seminar nasional mengenai sistem pendidikan yang membelenggu anak kreatif, saya juga mendapatkan pin yang menarik, dalam pin tersebut digambarkan dua buah tangan seorang anak yang memegang jeruji ruang penjara. *pin tersebut langsung saya sematkan di tas ransel yang selalu saya bawa kemanapun saya pergi*..
Pembicara dari seminar ini adalah para pelaku pendidikan yang berbeda kalau boleh dibilang ”nyleneh’ dan ”gila”
Pembicara pertama ibu Diana, beliau pembina di SKB sebuah institusi informal milik pemerintah, yang mendidik anak-anak dari 0 tahun sampai para orang tua buta aksara.
Disini beliau banyak berbicara mengenai pendidikan anak usia dini, intinya pelajaran yang disampaikan semestinya student center bukan teacher center, sistem pendidikan kita terbukti kurang memberikan peluang anak-anak didik menjadi forever learner, prestasi bukan angka, namun bagaimana anak mendapatkan suatu makna dari pembelajarannya tanpa tekanan dari orang dewasa di sekitarnya, tidak possesif dan lebih memberi kebebasan kepada anak.
Pembicara kedua adalah seorang kepala sekolah yang inspiratif, bapak Hengky Kusworo, beliau memiliki sekolah dari pre-school hingga SMA dengan jumlah peserta didik kurang lebih 3000 anak. Sekolah ini memiliki lapangan bola standar internasional dan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Yang menarik adalah, sekolah Terang Bangsa ini menerima murid-murid dari segala latar belakang, sepertinya sekolah ini ingin mematahkan pendapat ”orang miskin dilarang sekolah”, karena biasanya sekolah ”bagus” pasti mahal. Beliau memberikan beasiswa bahkan bebas SPP dan pungutan apapun bagi anak-anak jalanan, pemulung, pengemis dan lain sebagainya.
Yang membuat saya amaze adalah, bagaimana beliau dapat mencampur dengan indah murid kaya yang kalau sekolah naik Harrier dan murid miskin yang ibunya sehabis mengantar anaknya sekolah, memulung sampah di sekolah itu.
Mereka bermain bersama, belajar bersama dengan indah tanpa rasa iri dan minder, semua sejajar, semua memiliki hak yang sama dan saling menyayangi.
Sekolah ini juga menerima anak cacat, down sindrom dan autis. Prinsipnya semua manusia sungguh-sungguh memiliki hak yang sama untuk belajar.
Statement beliau terakhir, lakukan semua dengan sepenuh hati dan tulus, maka segala kemudahan akan mengikuti kita.
Nah pembicara ketiga ini, Bapak Bahruddin, pendiri komunitas belajar Qaryah Thayyibah.
Ada yang menarik, yang baru menurut saya, bahwa guru hanya memfasilitasi dan mendukung potensi yang ada dalam diri anak. Guru DILARANG mengarah-arahkan dan memberi bimbingan, sebaiknya guru hanya menyampaikan gagasan atas suatu masalah, dan keputusan terakhir diserahkan pada anak, dan jika anak tersebut menolak gagasan guru, justru hal tersebut yang diharapkan.
Beliau mengambil kata-kata Romo Mangun – semua anak cerdas, semua anak memiliki keingintahuan, dalam diri anak sudah ada MAHAGURU, maka jangan bunuh MAHAGURU itu, wahai guru.
Anak tidak boleh dibentuk dan dicetak, jika demikian ini dilakukan berarti kita telah membunuh hak anak untuk berkembang, yang boleh dibentuk dan dicetak adalah batu bata hehe..
Saya tahu bahwa apa yang dikemukakan Bahruddin adalah sesuatu yang berbeda, namun itulah hakikat pendidikan dan belajar yang sesungguhnya. Yang membuat saya heran adalah, ternyata sebagian besar peserta seminar masih belum memahami semua yang dikatakan Bahruddin, mereka masih terbengong dan bertanya-tanya, belajar kok seperti itu, gimana dengan Ujian Nasional, gimana dengan Ijasah, gimana kita nanti cari pekerjaan, apa misi sekolah, ’sekolah kok bebas’, gimana menerapkan budaya Jawa dan Tata krama, juga sopan santun anak-anak kalo sekolah aja gak pake baju seragam, boleh pake sendal, sampai statement beliau jika anak ngantuk di kelas, berilah bantal, ”kok seperti itu, masak gak ada punishment?”. Moderator berkali-kali mengatakan ”wah, masih gelap nih saya menangkap pernyataan-pernyataan bapak”
Yang berhubungan dengan ujian nasional, mungkin perlu membaca disertasi anak-anak QT yang berjudul ”Lebih Asyik Tanpa UAN” sudah diterbitkan oleh LkiS. Oya istilah disertasi juga menarik, disertasi adalah karya ilmiah yang biasanya ditulis oleh mahasiswa S3. Bahruddin sengaja menyebut karya tulis anak sebagai disertasi, untuk memberikan penghargaan tertinggi terhadap apapun hasil tulisan anak-anak QT. Dan kenyataannya hasil tulisan tersebut diterbitkan dan bisa dibaca orang banyak. Bagaimana dengan disertasi anda?
Kemudian mengenai ijasah dan mencari pekerjaan, ada seorang anak QT yang mempunyai hobi corat-coret dimana-mana bahkan di buku temannya, Bahruddin memfasilitasi corat-coret anak tersebut namanya Luluk, hingga akhirnya dia bisa membuat sebuah komik bersambung. Sekarang Luluk disewa oleh lembaga swadaya masyarakat dari Amerika untuk memberi pendampingan terhadap anak-anak korban gempa di Padang.
Misi sekolah jelas, putus sekolah boleh, tapi jangan putus belajar. Belajar bisa dimana saja, menggunakan resource yang ada di daerah masing-masing. Belajar tidak perlu mahal. Eya anak-anak QT juga membuat SMU Sekolah Menengah Universal, dari kurikulum hingga struktur organisasi semua dilakukan oleh anak-anak sendiri.
Mengenai Budaya, hati-hati dengan kata Budaya karena membuat kita jadi feodal. Sesungguhnya budaya jawa itu sama, contohnya bahasa, bahasa jawa yang asli tidak mengenal tingkatan, kita bisa mengetahui bahasa jawa asli di Suriname. Bahasa Jawa mulai mengenal tingkatan sejak jaman Amangkurat II, dari ngoko, alus dan kromo inggil, semakin tinggi tingkatannya semakin sedikit kosa katanya-hal ini bertujuan agar rakyat tidak bisa menyalahkan Raja jika kebijakan Raja dirasa tidak adil oleh rakyat. *saya baru tahu nih, menarik*.
Ketika ditanya batas kebebasan yang bisa diberikan kepada anak adalah ketika anak mulai mengarah pada tindak kriminal atau membahayakan dirinya atau orang lain. Namun perlu diingat tindakan yang diambil kepada anak-anak tersebut harus penuh pertimbangan dan tidak sampai merampas hak anak untuk berkembang juga tidak boleh menjatuhkan harga diri mereka.
Ketika ditanya mengenai punishment, beliau mengatakan bentuk punishment sebaiknya adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban dari apa yang telah mereka lakukan. Seperti misalnya ketika anak-anak didik beliau sepakat, jika ada yang membolos atau meninggalkan jam belajar, anak tersebut diberi tugas untuk menulis apapun yang mereka peroleh pada saat membolos. Tulisan-tulisan anak anak yang membolos tersebut pada akhirnya dibukukan dan menjadi cerita yang menarik dan inspiratif, jadi semakin banyak yang membolos semakin bagus.
Kesimpulan sementara saya adalah, biarkan anak berkembang secara alami, yang boleh kita lakukan adalah memberi dukungan dengan tulus, tanpa mengarah-arahkan dan mencap ini itu. Jadi inget pernyataan Hernowo di bukunya ”Mengubah Sekolah” - Alangkah hebatnya sekolah apabila tidak memberikan penilaian kepada anak didik di depan anak didik atau diketahui oleh anak didik. Sekolah akan lebih hebat lagi apabila mampu menghindar dari kegiatan mengarah-arahkan dan mencap anak didik sebagai ini atau itu. Sekolah akan lebih hebat lagi jika mau “membebaskan” anak didik untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri-meskipun pendapat tersebut sangat subyektif- tentulah sekolah tersebut menjadi salah satu tempat yang sangat menyenangkan bagi mereka.
Betul saja, sekolah yang tanpa gedung, tapi memiliki fasilitas lengkap seperti di QT sangat dirindukan anak-anaknya. Fasilitas QT murah meriah, internet 24 jam, kolam renang ada di mata air dekat sekolah, wall climbing dirubah jadi Tree climbing hehe, ada bendungan kecil, sawah, kebun, lapangan bola dekat sekolah-fasilitas komplit dengan SPP Rp.10.000,- per bulan?.. Hmmm...Siapa mau membuat komunitas belajar seperti ini? Bahruddin siap membantu lho..
dimana komunitas QT itu, Lea?
BalasHapusdi deket rumahku Ifah--
BalasHapusDimana ya alamat jelasnya sekolah Terang Bangsa? Ada web resminya? trima kasih...
BalasHapusIni alamatnya..:)
HapusSekolah SMA Kristen Terang Bangsa Semarang
Alamat: Arteri Utara, Grand Marina Area, Semarang 50144, Central Java, Indonesia
Nomor Telepon: (024) 70677000, 76631722, 76632222
No Fax : (024) 76632233, 76631723
SMS : 085740740744
E-Mail : info@smaterbang.sch.id; smaterbang@gmail.com
Website: www.smaterbang.sch.id.
e-learning www.terbang.org