Sebelumnya, Alhamdulillah akhirnya saya masuk di kuota 5% Beasiswa 5000 Doktor - Alhamdulillah kuliah semester ini sudah mulai sejak 3 September 2018, dan ada satu mata kuliah Filsafat Pendidikan yang membuat saya ingin menulis disini. Matkul ini diampu Prof. Marsigit, MA, sekaligus Direktur Pasca UNY.
Sebenernya kami ditugasi untuk membaca dan komen di blog beliau, trus nilai matkul berdasarkan komen terbanyak. Tulisan di blog Prof. Marsigit lebih dari 800an dengan berbagai genre, dan bahasa - tapi seru - banyak judul tulisan yang menarik, beberapa sudah saya baca, beberapa juga hal hal yang tidak pernah terpikirkan, terutama yang berhubungan dengan pendidikan Indonesia. Beberapa juga bikin saya surprise - pemikiran kritis prof. Marsigit tentang sistem pendidikan kita, setuju pake banget pokoknya - dan yang di lapangan yang mesti terbang melewati tembok tebal (karena kalo nabrak sakit hehe).
Saya ingin menulis tentang makalah yang disampaikan beliau di seminar nasional di Univ PGRI Yogyakarta 18 Juni 2013, - Tantangan dan Harapan Kurikulum 2013 - yang intinya betapa kurikulum 2013 terlalu terburu buru diterapkan, dari sudut filsafat dan psikologis, pendekatan sains untuk seluruh mata pelajaran tidak dapat dipertanggungjawabkan, belum dari sisi pedagogis, ontologis dan empiris.
Saat kurikulum 2013 mulai diterapkan, dengan keterbatasan pengetahuan saya tentang berbagai ilmu pendidikan, psikologis, pedagogis. Saya melakukannya dengan semangat - ada aura yang berbeda di sekolah - teman teman guru mulai kuatir, berpikir, deg deg an, bingung mesti melakukan apa di kelas, dengan pendekatan sains yang saya singkat SATUS (See, Ask, Try, Use dan Say) - terus kami jadi semangat belajar dan mencari tahu, metode metode apa yang bisa diterapkan yang memenuhi syarat kurikulum 2013.
Nah setelah dikaji dikritisi oleh pakar dan akademisi, termasuk tulisan Prof. Marsigit ini - kurikulum 2013 perlahan mulai berbenah terus berubah, dan kamipun tambah gerah kurikulum gonta ganti - format gonta ganti, susunan materi dibolak balik - dalam proses mencari pola tersebut, oke.. kemudian akhirnya saya sadari kurikulum memang harus berubah dan update, karena perkembangan jaman sangat cepat, namun seharusnya whole scope, nggak sepotong potong - itu juga yang dilakukan oleh Finlandia, kurikulum mereka berubah 10 tahun sekali, cuma yang terakhir kurikulum dirancang sejak 2012, terus dikaji lagi 2014, kemudian fix tahun 2016 langsung diterapkan, itupun hanya core curricullum saja, kurikulum seutuhnya diserahkan ke sekolah masing masing, karena semua harus disesuaikan dengan subyek dan lingkungan belajar siswa siswi sekolah tersebut.
Kembali lagi - terus bagaimana saya bisa survive selama 12 tahun mengajar - dengan sistem pendidikan Indonesia yang tidak pasti, yang nggak punya blue print, yang nggak sustainable - satu satunya ya guru harus belajar - saya sekarang berada di jaman jahiliyah 5, stay hungry, stay foolish -
Dan yang mulanya tidak pernah membaca kurikulum 2013 secara utuh, beberapa waktu lalu saya "terpaksa" harus membacanya, kurtilas revisi terakhir - dan Alhamdulillah ada banyak sisi positif dari permendikbud 22 - 24 http://untukanakbangsa.blogspot.com/2018/05/permendikbud-20-24-tahun-2016.html cuma ntah mengapa yang terjadi di lapangan berbeda dengan yang diharapkan permen-permen ini. Satu kutipan tulisan tentang permendikbud ini :
Sepulang dari Finland kemarin, saya lebih concern tentang core curricullum mereka yang membahas tentang transveral competencies sebagai bekal anak bangsanya menghadapi abad 21. Pas searching ternyata transveral ini udah dibahas di level UNESCO lengkap, sampai guru yang seperti apa, yang dibutuhkan untuk membekali anak anak di dunia ini, untuk memiliki kecakapan transveral. Kompetensi transveral adalah kompetensi yang menitikberatkan pada skills seperti interpersonal skills, intrapersonal skills, media and information literacy, critical and innovative thinking, global citizenship, respect for religioan values dan apreciation of healthy lifestyle.
Nah waktu saya mempelajari permendikbud itu, walo dengan bahasa yang berbeda, semua kompetensi transveral sudah diterjemahkan disana Lebih sederhana tetapi mencakup semuanya, standard kompetensi lulusan, setiap lulusan memiliki tiga dimensi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, walau entah mengapa yang terjadi penekanan dimensi pengetahuan lebih heboh dari dua dimensi yang lain.
dan intinya kurtilas yang tercakup di permendibud 22-24 ini insyaAllah cukup bagus jika bisa diterapkan. Update harus - harapannya terus memikirkan nasib anakbangsa, dan memberikan bekal untuk menghadapi hidup mereka di abad 21 ini.
Bismillah, Semangaaaattt ... (^.^)/...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menjadi Instruktur
Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...
-
Saya meminta seorang teman sariorange@gmail.com untuk menerjemahkan artikel yang berharga ini, supaya lebih banyak teman guru yang bisa ter...
-
Tahun 1998 - 2005 saya adalah guru paling kejam di dunia, saya sering menyakiti anak-anak saya sebagai dalih untuk melecut semangat mereka, ...
-
Mereka yang ada di Jaman Jahiliyah 3 Saya... :) Saat ini saya membagi perjalanan saya menjadi guru, menjadi tiga jaman jahiliyyah. Pili...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar