Selasa, 10 Januari 2012

Menulis adalah bekerja untuk keabadian \(^.^)/...

Pram...
Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak terpisahkan, seperti kutipan Pram
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya Ananta Toer--
Menulis karangan adalah hal yang paling saya benci di sekolah, karangan saya selalu dinilai jelek, tidak menuruti kaidah bahasa Indonesia yang benar, tidak berurutan SPOK nya--
Demikian juga membaca, saya sudah bisa membaca saat masuk SD, dan saya sangat bangga akan hal itu--setiap pelajaran menyimak-- saya sangat ingin diberi kesempatan untuk membaca cerita juga, sampai-sampai buku yang dibaca saya berdirikan dan covernya saya tutup dengan komik, supaya guru mengira saya tidak menyimak dan akan diberi kesempatan untuk membaca, tapi usaha saya ini Gatot, Gagal Total--saya tidak pernah diberi kesempatan untuk membacakan cerita ke teman-teman..:(

Enyd Blyton..:)
Pengalaman buruk ini tidak bisa menyurutkan kesukaan saya membaca, kebetulan orang tua saya juga mendukung, ada Bobo, ada Ananda, ada komik-komik seperti Asterix, Tintin--yang boleh saya baca kapan saja--kesukaan ini kemudian berkembang saat SMP hingga kuliah, saya suka buku-buku Enyd Blyton, Agatha Christie, Novel-novel Mira W, Shidney Sheldon, dan selanjutnya saya baca apa saja seperti Stephenie Meyer, JK Rowling, Dan Brown, Pram, Tetsuko Kuroyanagi,Tere liye kemudian buku-buku yang agak serius seperti Paulo Freire, Ivan Illich, Roem Topatimasang, Andrias Harefa, Hernowo Hasim dan masih banyak lagi

dari membaca berbagai buku itu saya jadi mengenal gaya bahasa dan soul dari setiap tulisan, soalnya saya juga baca novel habiburrahman, yang terasa jomplang sekali dengan novel andrea hirata, walau sama-sama best seller, demikian juga buku-buku dengan bahasa terjemahan yang tidak bagus


dari situ kemudian saya mulai berani menulis, yang baru saya lakukan sejak 3 tahun yang lalu--mengungkapkan perasaan, dan beropini, walau dalam proses beropini ini ternyata banyak sekali benturan yang saya dapatkan terutama dari teman sejawat--*wah heboh deh..

Tapi semua ada hikmahnya, saya jadi bisa memahami orang lain, dan masih terus berusaha untuk itu, saya jadi menyadari akan selalu ada perbedaan pendapat dan paradigma sampai kapanpun...

Kemudian terbetiklah keinginan untuk mendukung anak-anak saya (baca: murid-murid) untuk membaca dan menulis bebas sesuai kesukaan mereka--
mereka bisa bebas mengekspresikan segala resah, asa dan rasa mereka di setiap karya mereka, tidak perlu dipusingkan dengan tata bahasa dan tetek bengek yang lain-just write it down--

Tujuan saya lebih pada menumbuhkan rasa percaya diri mereka, bahwa mereka bisa menulis, bahwa mereka bisa beropini dan bahwa mereka bisa menumpahkan segala hal di tulisan mereka...
Kemudian hadirlah blog ini http://kemerdekaanmenulis.blogspot.com/ yang lebih sebagai tempat untuk menumpahkan segala ekspresi mereka jika ada penerima award sebenarnya hanya sebagai penyemangat dan merasakan betapa nikmatnya membaca dan menulis, juga advertise buat yang lain bahwa ada lho tempat berekspresi bebas di sini...


Nha setelah mereka tahu kesukaan mereka, dan percaya diri karena itu, perlahan saya akan mulai mengajak mereka membaca buku-buku yang outstanding seperti buku-buku Pram serta buku-buku Klasik versi Living Book, dan mencari ahli untuk mengajari mereka cara menulis yang benar dan indah

Semangaaattt!!...(^.^)/..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...