|
charlottemasoncollege.freeservers.com |
Menggabungkan apa yang sudah ada di kepala tentang pembelajaran di kelas dan pendidikan karakter anak bangsa ini dengan kurikulum sesuai Standar Isi yang telah ditetapkan Pemerintah memang bukan hal yang gampang.
Banyak keluhan yang saya baca baik di milis guru maupun di grup guru, mengenai pertentangan antara nilai akademik dengan soul atau Jiwa dari mata pelajaran yang diampu. Ada lagi kendala tentang banyaknya jumlah mata pelajaran dan materi yang harus tersampaikan, juga target Ujian Nasional yang harus dicapai.
Saya ingat beberapa postingan Ellen Kristi mengenai metode Charlote Mason. salah satu metode charlote mason adalah konsepnya tentang
habit training sebagai teknik praktis pendidikan karakter.
Education is a discipline,
kata Charlotte. Disiplin itu berarti orangtua secara terencana dan
sistematis melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik ke dalam hidup
sehari-hari anak. Seorang anak yang telah terbiasa memikirkan
perkara-perkara mulia dan luhur, sampai kebiasaan itu terbentuk sebagai
karakternya, akan lebih sulit mengubah dirinya menjadi pribadi yang suka
berpikir jahat. Charlotte mengumpamakan
habit training
ini seperti proses memasang rel-rel kereta api. Sudahkah orangtua
secara serius memikirkan jalur mana yang musti ditempuh anak agar
gerbong-gerbong kehidupannya bisa sampai ke stasiun tujuan? Maka ke
sanalah sepatutnya mereka
secara konsisten memasang
lintasan-lintasan yang nyaman untuk dilewati agar “si pelancong kecil
bisa melaju dengan kecepatan penuh”. Yang tak kalah penting adalah
prinsip
Education is an atmosphere,
anak menyerap pengaruh lingkungan sama seperti ia menghirup udara untuk
bernafas, maka orangtua dan guru musti bertindak selaras dengan
perannya sebagai pemberi inspirasi bagi anak-anak. Seperti kata Naomi
Aldort,
raising children is raising ourselves, mendidik anak-anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri. (source :
http://www.cmindonesia.com/1/post/2011/11/10-karakteristik-pendidikan-charlotte-mason.html)
Charlote Mason adalah seorang guru inspiratif buat saya, membaca ringkasan-ringkasan Ellen Kristi di Group CM membuat saya menyadari betapa pentingnya menumbuhkan kesukaan belajar pada anak-anak saya (baca: murid-murid) secara alami, berikut beberapa ringkasan itu :
Menyalahgunakan
salah satu dari hasrat alami anak lebih dari porsi yang semestinya
berisiko melumpuhkan hasrat akan pengetahuan, yang harus menjadi
motivasi utama dari proses belajar. Sistem peringkat, nilai, dan
sejenisnya membuat anak hanya mau belajar jika ada hadiah atau hukuman
(reward and punishment). Para siswa cuma tergerak untuk membaca kalau
diberitahu bahwa bahan bacaan itu akan keluar waktu
ujian. Pikiran mereka dangkal dan pasif, menunggu guru mengunyahkan
pelajaran bagi mereka. Guru terpaksa harus bekerja keras menyajikan
pelajaran yang menghibur supaya mereka mau tetap memperhatikan. Nanti
setelah lulus sekolah, mereka cenderung menjadi pekerja tanpa motivasi,
sekedar melewati hari demi hari dalam pekerjaan yang sebetulnya tidak
memuaskan batin mereka. Mereka orang-orang yang penurut dan baik hati,
tapi tanpa kebesaran karakter; mereka tak punya dan tak berani mengejar
cita-cita yang lebih mulia. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of
Education, pp. 80-93 (10)
[Mempermainkan
Hasrat Alamiah] Sekolah dan guru acap memupuk hasrat yang salah dalam
diri anak demi mencapai target dan tujuan mereka, khususnya hasrat untuk
menonjol, bersaing, dan memperoleh pujian. Hasrat alamiah ini
dimanfaatkan habis-habisan supaya anak mau bekerja lebih keras. Ketika
siswa-siswa itu mencetak nilai tinggi atau menjadi juara di berbagai
perlombaan, nama sekolah makin harum, makin
banyak orangtua yang tertarik untuk mendaftarkan anaknya ke sana, tapi
semua itu harus dibayar dengan padamnya hasrat alami anak untuk belajar.
Semua ini berujung pada “pemelaratan kepribadian” ketika selera
intelektual anak menjadi sempit, sebab ia tidak lagi mengejar
pengetahuan semata-mata karena ia cinta belajar, melainkan tujuan-tujuan
pragmatis yang lebih rendah. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of
Education, pp. 80-93 (6)
Sejak lama saya mempunyai keinginan untuk membuat materi dalam mata pelajaran saya seringan kapas sehingga pembelajaran di kelas bisa menyenangkan, sehingga lagi anak-anak menyukai proses belajarnya. Banyak cara saya lakukan namun menurut saya semua belum pas mengena sasaran Standar Isi yang ditetapkan oleh Pemerintah--saya ingin anak-anak paham betul dan terinspirasi, saya ingin membuat link antara pembelajaran yang menyenangkan dan alami dengan kurikulum pemerintah.
Menurut saya inovasi pembelajaran yang selama ini saya lakukan, yang pernah menang beberapa kali dalam perlombaan tingkat nasional sekalipun, masih terasa dangkal dan belum tepat mengena sasaran--misalnya tentang accounting game, meskipun anak-anak dapat memahami apa itu transaksi dan pencatatannya, namun mereka tetap kesulitan ketika memasukkannya ke dalam jurnal umum dst hingga laporan keuangan--saya masih belum bisa menemukan metode yang pas untuk akuntansi--yang bisa menumbuhkan hasrat alami mereka mempelajari ini
Namun untuk materi yang lain seperti Uang dan Bank menurut saya cukup berhasil dengan mengajak mereka mengelola keuangan sendiri seperti yang pernah saya tulis disini , model pembelajaran ini sangat pas dan menyenangkan, secara tidak sadar anak-anak banyak belajar tentang uang, transaksi di Bank dan juga bagaimana mengelola uang mereka--mereka tahu apa yang saya ajarkan pasti tidak keluar di test tengah semester, test akhir semester bahkan Ujian Nasional--tapi mereka semua dengan senang hati mau melakukan, karena mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan akan berguna bagi kehidupan mereka kini dan kelak
Tapi
apa yang akan terjadi jika ceramah bertele-tele dibuang, bersama
buku-buku teks dan modul-modul membosankan, lalu di tangan anak-anak itu
ditaruh buku-buku terbaik, baik dari segi daya inspirasi gagasan di
dalamnya maupun keindahan literer cara bertuturnya? Selera belajar anak
akan segera bangkit, segenap daya pikirnya dikerahkan, anak mendidik
dirinya sendiri, jiwanya diberi makan, karakternya bertumbuh. -
Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (11)
Sekolah
akan menjadi berkat bagi anak jika di dalamnya anak berkenalan dengan
buku-buku yang penuh ide berharga dan dilatih menarasikannya, sehingga
ia memperoleh bukan hanya pengetahuan tetapi juga keterampilan
mengungkapkan pendapat. Dengan cara ini, sekolah tidak akan sekedar
menjadi tempat menjejalkan hafalan supaya anak lulus ujian. Jika sekolah
menjalankan metode pendidikan yang benar, anak akan kembali pada
fitrahnya: mencintai proses belajar demi kesenangan belajar itu sendiri.
- Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (7)
Kemudian saya coba menggabungkan materi Manajemen, Kewirusahaan dan Koperasi (yang seharusnya diajarkan dalam waktu satu bulan ini, karena februari dan maret waktunya drill soal untuk Ujian Nasional. Beberapa guru lain bahkan sudah memulainya awal semester ini )
Anak-anak saya bagi kelompok kemudian saya minta untuk membaca buku yang berbeda, Kepemimpinan dan Manajemen nabi
Muhammad karya Muhammad Antonio, Steve Job-Isaacson, 10 Pengusaha Sukses Berbisnis dari Nol, Rahasia Bisnis Orang Cina, dan Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank, banknya orang miskin di Bangladesh--tiap kelompok saya
minta menarasikan apa isi buku-buku itu--anehnya mereka nggak menolak,
padahal jelas-jelas gak bakal keluar di Ujian Nasional-
Baru kali ini mereka membaca buku yang agak serius, sebelumnya tentu saja, saya menceritakan sedikit isi buku-buku itu dan apa yang menarik dari buku itu--sampai seorang anak nyeletuk--"pantes jadi sales buku.." hehe
Untuk cerita yang ini nanti akan saya tulis di thread tersendiri..*sabar ya masih ongoing soalnya
Lesson Plan saya selanjutnya, hampir sama, saya akan mengajak mereka jalan-jalan, nonton film dan baca buku yang nyata, yang bisa mereka lihat dan rasakan yang berhubungan dengan materi pelajaran saya tentunya, ada kemiskinan, ada pengangguran, ada produksi, konsumsi, distribusi, ada pendapatan nasional, APBN, indeks harga, inflasi, pasar modal, pasar uang, pasar input, pasar output, sistem ekonomi dan masih banyak lagi yang jelas bukan hal-hal abstrak yang banyak ada di textbook-textbook wajib yang menumpuk di perpustakaan.
Semangaatt!!...(^.^)/...
mba salam kenal ya , saya banyak terinspirasi dari blog mba, dan Blog Irma,
BalasHapus