Pertama saya tertarik membaca buku ini karena tidak beda jauh dengan keadaan saya saat ini....*nggak bermaksud curcol
Anna Farida mengisahkan Ibu Dewi Trenggono sebagai wanita yang tangguh dengan sangat "enak"--gaya bahasa tulisannya mengalir, mudah dipahami dan bagus. Tulisan dalam buku ini tidak menggurui tapi cukup mengena, ada juga tambahan semacam catatan yang berisi puisi, ayat Al Qur'an juga do'a-do'a. yang sesuai dengan keadaan ibu Dewi dalam cerita itu
Dikisahkan bahwa pengusaha sukses sekaliber Heppy Trenggono pernah mengalami pailit, terlilit hutang hingga 62 miliar, yang pada akhirnya bisa kembali normal dalam empat tahun dan membukukan aset tak kurang dari 4 Triliun. Apa pasal?
Ada seseorang yang bisa menyelesaikan permasalahan keuangan perusahaan tersebut, seseorang yang belum pernah belajar formal, mengenai keuangan dan pembukuan, seseorang itu adalah Dewi Trenggono yang tak lain istrinya sendiri.
Jumat, 27 Januari 2012
Minggu, 22 Januari 2012
Charlotte Mason di Kelasku - 2
Charlotte Mason Method
Namun metodenya banyak digunakan oleh para homeschooler karena dirasa lebih mudah diterapkan di lingkukan HSer daripada di sekolah.
Menurut saya sayang sekali jika metode ini tidak bisa dinikmati oleh anak-anak sekolah--Tujuan utama pendidikan adalah pembangunan karakter yang luhur dalam diri anak. "Bakat, IQ, kejeniusan, banyak terkait faktor genetik; namun karakter adalah prestasi, suatu pencapaian nyata yang terbuka kemungkinannya bagi siapa saja, baik bagi kita orang dewasa maupun bagi anak-anak kita; dan kehebatan sejati dalam sebuah keluarga atau seorang individu dinilai dari karakternya. Orang-orang besar kita anggap besar semata-mata karena kekuatan karakter mereka." (Charlotte Mason, vol. 2 p. 72)
http://www.cmindonesia.com/1/post/2011/11/10-karakteristik-pendidikan-charlotte-mason.html
Belakangan ini pendidikan karakter mulai digaungkan, bahkan lesson plan atau RPP yang dibuat oleh guru harus menyertakan instrumen-instrumen karakter yang akan dicapai. Namun menurut saya itu tidak cukup, pada kenyataannya TETAP guru masih saja mengejar target kurikulum dan ANGKA raport, dan masih saja mengesampingkan perasaan anak-anak alih-alih membangun karakter mereka.
pernyataan tentang CM yang menguatkan metodenya adalah
The only means a teacher may use to educate children are the child's natural environment, the training of good habits and exposure to living ideas and concepts. This is what CM's motto "Education is an atmosphere, a discipline, a life" means.
If we can't use suggestion, affection or influence to motivate children to learn, what can we use? Three things--atmosphere, discipline and life. That may sound limiting, but those three things are more vast than we suppose!
http://www.design-your-homeschool.com/Charlotte_Mason_Your_Design.html
Saya masih belajar mengenai metode ini, banyak trial error dalam pembelajaran, namun untuk menyajikan sebuah lingkungan belajar dan menumbuhkan kebiasaan yang baik, saya mulai berpikir dan mencoba menggunakan metode Charlotte Mason ini, yang sampai sekarang masih digunakan di sekolah-sekolah Ambleside di seluruh dunia.
Berikut adalah yang saya coba lakukan di kelas beberapa waktu lalu :
Saya mencoba menggabungkan materi di kelas XII, Manajemen, Kewirausahaan dan Koperasi (yang seharusnya diajarkan dalam waktu satu bulan ini, karena februari dan maret waktunya drill soal untuk Ujian Nasional. Beberapa guru lain bahkan sudah memulainya awal semester ini )
- A method of education popular with homeschoolers in which children are taught as whole persons through a wide range of interesting living books, firsthand experiences, and good habits.the Charlotte Mason method, is centered around the idea that education is three-pronged: Education is an Atmosphere, a Discipline, a Life.
- http://simplycharlottemason.com/basics/what-is-the-charlotte-mason-method/
Namun metodenya banyak digunakan oleh para homeschooler karena dirasa lebih mudah diterapkan di lingkukan HSer daripada di sekolah.
Menurut saya sayang sekali jika metode ini tidak bisa dinikmati oleh anak-anak sekolah--Tujuan utama pendidikan adalah pembangunan karakter yang luhur dalam diri anak. "Bakat, IQ, kejeniusan, banyak terkait faktor genetik; namun karakter adalah prestasi, suatu pencapaian nyata yang terbuka kemungkinannya bagi siapa saja, baik bagi kita orang dewasa maupun bagi anak-anak kita; dan kehebatan sejati dalam sebuah keluarga atau seorang individu dinilai dari karakternya. Orang-orang besar kita anggap besar semata-mata karena kekuatan karakter mereka." (Charlotte Mason, vol. 2 p. 72)
http://www.cmindonesia.com/1/post/2011/11/10-karakteristik-pendidikan-charlotte-mason.html
Belakangan ini pendidikan karakter mulai digaungkan, bahkan lesson plan atau RPP yang dibuat oleh guru harus menyertakan instrumen-instrumen karakter yang akan dicapai. Namun menurut saya itu tidak cukup, pada kenyataannya TETAP guru masih saja mengejar target kurikulum dan ANGKA raport, dan masih saja mengesampingkan perasaan anak-anak alih-alih membangun karakter mereka.
pernyataan tentang CM yang menguatkan metodenya adalah
The only means a teacher may use to educate children are the child's natural environment, the training of good habits and exposure to living ideas and concepts. This is what CM's motto "Education is an atmosphere, a discipline, a life" means.
If we can't use suggestion, affection or influence to motivate children to learn, what can we use? Three things--atmosphere, discipline and life. That may sound limiting, but those three things are more vast than we suppose!
http://www.design-your-homeschool.com/Charlotte_Mason_Your_Design.html
Saya masih belajar mengenai metode ini, banyak trial error dalam pembelajaran, namun untuk menyajikan sebuah lingkungan belajar dan menumbuhkan kebiasaan yang baik, saya mulai berpikir dan mencoba menggunakan metode Charlotte Mason ini, yang sampai sekarang masih digunakan di sekolah-sekolah Ambleside di seluruh dunia.
Berikut adalah yang saya coba lakukan di kelas beberapa waktu lalu :
Saya mencoba menggabungkan materi di kelas XII, Manajemen, Kewirausahaan dan Koperasi (yang seharusnya diajarkan dalam waktu satu bulan ini, karena februari dan maret waktunya drill soal untuk Ujian Nasional. Beberapa guru lain bahkan sudah memulainya awal semester ini )
Selasa, 17 Januari 2012
Charlotte Mason di Kelasku - 1
charlottemasoncollege.freeservers.com |
Banyak keluhan yang saya baca baik di milis guru maupun di grup guru, mengenai pertentangan antara nilai akademik dengan soul atau Jiwa dari mata pelajaran yang diampu. Ada lagi kendala tentang banyaknya jumlah mata pelajaran dan materi yang harus tersampaikan, juga target Ujian Nasional yang harus dicapai.
Saya ingat beberapa postingan Ellen Kristi mengenai metode Charlote Mason. salah satu metode charlote mason adalah konsepnya tentang habit training sebagai teknik praktis pendidikan karakter. Education is a discipline, kata Charlotte. Disiplin itu berarti orangtua secara terencana dan sistematis melatihkan kebiasaan-kebiasaan baik ke dalam hidup sehari-hari anak. Seorang anak yang telah terbiasa memikirkan perkara-perkara mulia dan luhur, sampai kebiasaan itu terbentuk sebagai karakternya, akan lebih sulit mengubah dirinya menjadi pribadi yang suka berpikir jahat. Charlotte mengumpamakan habit training ini seperti proses memasang rel-rel kereta api. Sudahkah orangtua secara serius memikirkan jalur mana yang musti ditempuh anak agar gerbong-gerbong kehidupannya bisa sampai ke stasiun tujuan? Maka ke sanalah sepatutnya mereka secara konsisten memasang lintasan-lintasan yang nyaman untuk dilewati agar “si pelancong kecil bisa melaju dengan kecepatan penuh”. Yang tak kalah penting adalah prinsip Education is an atmosphere, anak menyerap pengaruh lingkungan sama seperti ia menghirup udara untuk bernafas, maka orangtua dan guru musti bertindak selaras dengan perannya sebagai pemberi inspirasi bagi anak-anak. Seperti kata Naomi Aldort, raising children is raising ourselves, mendidik anak-anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri. (source : http://www.cmindonesia.com/1/post/2011/11/10-karakteristik-pendidikan-charlotte-mason.html)
Charlote Mason adalah seorang guru inspiratif buat saya, membaca ringkasan-ringkasan Ellen Kristi di Group CM membuat saya menyadari betapa pentingnya menumbuhkan kesukaan belajar pada anak-anak saya (baca: murid-murid) secara alami, berikut beberapa ringkasan itu :
Menyalahgunakan salah satu dari hasrat alami anak lebih dari porsi yang semestinya berisiko melumpuhkan hasrat akan pengetahuan, yang harus menjadi motivasi utama dari proses belajar. Sistem peringkat, nilai, dan sejenisnya membuat anak hanya mau belajar jika ada hadiah atau hukuman (reward and punishment). Para siswa cuma tergerak untuk membaca kalau diberitahu bahwa bahan bacaan itu akan keluar waktu ujian. Pikiran mereka dangkal dan pasif, menunggu guru mengunyahkan pelajaran bagi mereka. Guru terpaksa harus bekerja keras menyajikan pelajaran yang menghibur supaya mereka mau tetap memperhatikan. Nanti setelah lulus sekolah, mereka cenderung menjadi pekerja tanpa motivasi, sekedar melewati hari demi hari dalam pekerjaan yang sebetulnya tidak memuaskan batin mereka. Mereka orang-orang yang penurut dan baik hati, tapi tanpa kebesaran karakter; mereka tak punya dan tak berani mengejar cita-cita yang lebih mulia. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (10)
[Mempermainkan Hasrat Alamiah] Sekolah dan guru acap memupuk hasrat yang salah dalam diri anak demi mencapai target dan tujuan mereka, khususnya hasrat untuk menonjol, bersaing, dan memperoleh pujian. Hasrat alamiah ini dimanfaatkan habis-habisan supaya anak mau bekerja lebih keras. Ketika siswa-siswa itu mencetak nilai tinggi atau menjadi juara di berbagai perlombaan, nama sekolah makin harum, makin banyak orangtua yang tertarik untuk mendaftarkan anaknya ke sana, tapi semua itu harus dibayar dengan padamnya hasrat alami anak untuk belajar. Semua ini berujung pada “pemelaratan kepribadian” ketika selera intelektual anak menjadi sempit, sebab ia tidak lagi mengejar pengetahuan semata-mata karena ia cinta belajar, melainkan tujuan-tujuan pragmatis yang lebih rendah. - Ringkasan Vol. 6 A Philosophy of Education, pp. 80-93 (6)
Senin, 16 Januari 2012
[KLIPING] Guru Amateur vs Guru Professional
Apa yang ada di benak kita bila mendengar kata Amateur? Pasti sesuatu
yang tidak professional, kualitas rendah, dikerjakan oleh mereka yg
tidak kompeten dstnya, bahkan dikesankan sebagai sesuatu yang tidak
Ihsan alias dikerjakan tanpa metode dan teknik yang benar.
Dalam arena olahraga juga demikian, secara "common sense", amateur pasti
sesuatu yg identik dengan pemula, "amatiran", jam terbang bertanding
yang sedikit, bahkan secara komersial, adalah sesuatu yg tidak layak
untuk "dijual" dan "ditonton".
Inilah kaprah yang salah.
Padahal para olahragawan yang mengharumkan nama bangsa dengan kecintaan
dan perjuangan yg luar biasa di pertandingan non-professional adalah
para Amateur. Jadi Amateur tidak identik dengan sesuatu yg tidak
berkualitas.
Bicara soal ini pada guru konservatif, tentu saja
memang susah dimengerti, "Lho kalau gurunya amatir, gak profesional
terus nanti siswa-siswanya gimana?"
Amatir (amateur)
sederhananya dari kata “Amor” yang artinya cinta, kalau aktivitas kerja
didasarkan pada Amatirisme maka ia didasarkan pada kecintaan, ketulusan
dan pengabdian. Dengan demikian kerja Amateur adalah kerja yang
dilandasi keikhlasan, kecintaan dan kualitas yang tinggi.
Sedangkan “Professional” adalah kata sifat dari “profesi” yang artinya
secara ringkas adalah “pekerjaan” (kalau dikaji dari akar katanya,
“profession” dari kata “profess” yang artinya “menunjukkan pada
publik”), jadi: professional adalah bersifat pekerjaan. Pekerjaan itu
apa? Pekerjaan adalah aktivitas yang tujuannya untuk menghasilkan produk
atau mencapai tujuan tertentu, dan dari aktivitas itulah seseorang yang
melakukannya mendapatkan bayaran. Dengan demikian, kerja professional
adalah kerja untuk mendapatkan untung profit (profitable)bukan
profesionalisme yang didasarkan pada spesialisasi kerja dan hasrat
memperoleh profit.
Dalam perspektif ini, profesionalisme itu
tidak ada kaitannya dengan kualitas guru yang baik, ini berbeda bab dan
berbeda bahasan, tapi memang kita yang merunduk pada the dominant
culture akhirnya sekadar merunduk pada "common sense" itu dan menganggap
sama antara profesionalisme dan kualitas yang bagus. Entah darimana
common sense ini muncul, bisa jadi karena kualitas dikaitkan dengan
uang, jadi para professional pencari uang tanpa sadar diidentikkan
dengan kualitas.
Jadi kalau untuk menaikkan kualitas guru, maka
inisiatif program Pendidikan Profesi Guru (PPG) atau Pendidikan Latihan
Profesi Guru (PLPG) dengan sertifikasi adalah sesuatu yang tidak
relevan dengan kualitas. Pertanyaan bahwa peningkatan mutu/kualitas guru
lewat sertifikasi (lewat portofolio & PLPG) yang telah berjalan
saat ini, apakah cukup efektif sebagai alat peningkatan profesionalisme
guru, adalah ambigu.
Namun pertanyaan besarnya adalah: apakah
cukup guru menjadi professional? Tepat atau tidakkah guru menjadi
professional? Kalau Anda menjawab “iya”, maka Anda berada pada posisi
yang bersebarangan dengan saya yang mengatakan “tidak”.
Mengapa?
Karena bagi saya yang lebih penting dari profesionalitas dan
profesionalisme adalah kualitas guru itu sendiri, kualitas tentu di sini
dalam arti kualitas yang bagus berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman
dan pengamalan nilai, konstruksi kultural yang ia bawa dan sejenisnya.
Kualitas tidak ada hubungannya dengan professional, itu sekali lagi
sudah beda bahasan.
Selasa, 10 Januari 2012
Menulis adalah bekerja untuk keabadian \(^.^)/...
Pram... |
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan
hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja
untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer--
Menulis karangan adalah hal yang paling saya benci di sekolah, karangan saya selalu dinilai jelek, tidak menuruti kaidah bahasa Indonesia yang benar, tidak berurutan SPOK nya--
Demikian juga membaca, saya sudah bisa membaca saat masuk SD, dan saya sangat bangga akan hal itu--setiap pelajaran menyimak-- saya sangat ingin diberi kesempatan untuk membaca cerita juga, sampai-sampai buku yang dibaca saya berdirikan dan covernya saya tutup dengan komik, supaya guru mengira saya tidak menyimak dan akan diberi kesempatan untuk membaca, tapi usaha saya ini Gatot, Gagal Total--saya tidak pernah diberi kesempatan untuk membacakan cerita ke teman-teman..:(
Enyd Blyton..:) |
dari membaca berbagai buku itu saya jadi mengenal gaya bahasa dan soul dari setiap tulisan, soalnya saya juga baca novel habiburrahman, yang terasa jomplang sekali dengan novel andrea hirata, walau sama-sama best seller, demikian juga buku-buku dengan bahasa terjemahan yang tidak bagus
Minggu, 01 Januari 2012
[KLIPING] Kuliah Gratis di Universitas Mancanegara
By. Ines Puspita
source : http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/31/kuliah-gratis-di-universitas-mancanegara
Pernahkah kita membayangkan bisa kuliah dengan gratis atau biaya sangat minim tanpa beasiswa? Banyak dari kita merasa ini hanya mimpi kosong di tengah semakin maraknya komersialisasi pendidikan dan semakin melambungnya biaya kuliah akibat pernah diberlakukannya UU Badan Hukum Pendidikan. Meskipun UU BHP ini sudah dicabut saat ini, biaya belajar di perguruan tinggi sudah terlanjur mahal dan menciptakan lebih dalam lagi jurang kesenjangan dan diskriminasi belajar. Apa yang bisa dilakukan apabila semua universitas di Indonesia menutup pintu karena kita memiliki keterbatasan dana dan hambatan birokratis untuk bisa kuliah di Indonesia?
source : http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/31/kuliah-gratis-di-universitas-mancanegara
Pernahkah kita membayangkan bisa kuliah dengan gratis atau biaya sangat minim tanpa beasiswa? Banyak dari kita merasa ini hanya mimpi kosong di tengah semakin maraknya komersialisasi pendidikan dan semakin melambungnya biaya kuliah akibat pernah diberlakukannya UU Badan Hukum Pendidikan. Meskipun UU BHP ini sudah dicabut saat ini, biaya belajar di perguruan tinggi sudah terlanjur mahal dan menciptakan lebih dalam lagi jurang kesenjangan dan diskriminasi belajar. Apa yang bisa dilakukan apabila semua universitas di Indonesia menutup pintu karena kita memiliki keterbatasan dana dan hambatan birokratis untuk bisa kuliah di Indonesia?
Banyak jalan yang bisa kita lakukan untuk
mengenyam pendidikan tinggi meskipun memiliki berbagai keterbatasan.
Jalan tersebut bisa disesuaikan dengan tujuan kenapa kita ingin
mengenyam pendidikan tinggi. Apakah tujuan kita masuk universitas untuk
menuntut ilmu yang kita minati setinggi-tingginya? Untuk modal mencari
kerja? Untuk bisa berhubungan dan berjejaring dengan para akademisi di
kampus?
Apapun tujuan kita berpendidikan tinggi,
akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut secara terjangkau bisa
didapat lewat teknologi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
yang pesat dalam 1 dekade terakhir telah memungkinkan seseorang belajar
dari jarak jauh sebaik belajar di kelas tatap muka. Inovasi-inovasi
teknologi tersebutlah yang kemudian mendorong banyak universitas membuat
Open Course Ware (OCW), yaitu sistem yang memungkinkan dibagikannya
secara gratis materi kuliah yang dibuat oleh berbagai universitas via
internet. Gerakan ini dimulai tahun 1999 oleh University
of Tübingen di Jerman dan kemudian diikuti oleh puluhan universitas di
46 negara (data Open Course Ware Consortium tahun 2011).
Berbagai universitas telah
membuka akses perkuliahan mereka. Sebut saja Tokyo Institute of
Technology di Jepang, Taipe Medical School di Taiwan, University of
Notre Dame di Belanda, King Khalid University di Saudi Arabia, Yale di
Amerika Serikat dan masih banyak lagi. Mata kuliah yang ditawarkan di
setiap universitas jumlahnya beragam dari puluhan hingga ribuan mata
kuliah, dari mata kuliah yang umum dipelajari di universitas-universitas
di Indonesia sampai yang tidak ada di Indonesia seperti mata kuliah
Satellite engineering, Computer Games and Simulations, Lego Robotics,
Digital Anthropology, 20th Century Art, The Ancient City, Reading Poetry, dan lain-lain.
Langganan:
Postingan (Atom)
Menjadi Instruktur
Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...
-
Saya meminta seorang teman sariorange@gmail.com untuk menerjemahkan artikel yang berharga ini, supaya lebih banyak teman guru yang bisa ter...
-
Tahun 1998 - 2005 saya adalah guru paling kejam di dunia, saya sering menyakiti anak-anak saya sebagai dalih untuk melecut semangat mereka, ...
-
Mereka yang ada di Jaman Jahiliyah 3 Saya... :) Saat ini saya membagi perjalanan saya menjadi guru, menjadi tiga jaman jahiliyyah. Pili...