Ketika list kehadiran dishare di dua grup - grup Komunitas Guru Belajar (KGB) Salatiga dan grup Alumni MMP UKSW - banyak yang daftar mulanya dibatasi 20 akhirnya mbludak sampai 40 peserta
Peserta diskusi ini adalah KaDinas yang keren ibu Yuni Ambarwati, karena semangat sekali mengikuti diskusi dari awal hingga akhir, ada Dr. Bambang Ismanto dari UKSW, selaku inisiator dan wakil dosen, Bahruddin - anggota BAN PT juga founder Qaryah Thayyibah sekolah alternatif yang sudah berdiri 16 tahun, juga temen saya curhat pas peristiwa 10 tahun lalu itu, berbagai komunitas juga hadir selain KGB Salatiga tentunya, ada komunitas kampung juara, ada komunitas belajar ruang bintang, beberapa kepala sekolah dan guru dari TK - SMA juga hadir
Berikut resume dari diskusi kemarin - tapi insyaAllah tidak mengurangi makna dari pembicaraan teman teman narasumber, dan peserta diskusi. Narasumber diskusi ini adalah KaDinas, Bahruddin - QT dan Andy - dari KGB Salatiga, dengan moderator bapak Bambang Ismanto.
Ahmad Bahruddin - Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Salatiga
Guru bukan pembimbing tapi pembombong, karena pembimbing cenderung teacher center, menurut prof Muhtar Bukhori - Itu yang saya rasakan betul bagaimana situasi dari i menjadi o, bimbing jadi bombong
Prinsip pembelajaran konstruktvitis- pembelajar yang melakukan konseptualisasi pengetahuan, konstruksi pengetahuan sehingga anak anak menjadi subyek dan pembelajar.
Pengaruh dari merdeka belajar adalah anak menjadi subyek dari pembelajaran bukan dampak dari pembelajaran – menjadi murid -ar-rad – memiliki kemauan, memiliki inisiatif
Dalam keseharian kami cenderung ekstrim – larangan seorang guru adalah mengajar – yang kami praktikan adalah anak kita posisiskan sebagai pembelajar, memiliki inisiatif, pemrakarsa untuk meningkatkan kapasitas dirinya.
Kita ada istilah perumusan ide – tiap hari senin mereka upacara – karena serba keterbatasan upacara di dalam kelas – tapi tetep nyanyi lagu Indonesia raya berdiri – kemudian lesehan melingkar – tiket mengikuti upacara adalah menulis Ide – bergabung dalam proses pembelajaran menulis ide tentang apapun. Ide itu kemudian dibahas bersama – atau bedah ide, Ide dibahas bareng – kami menggunakan istilah tawashi – saling mengingatkan dan berbagi – tentang kebaikan kesabaran keuletan dll Ini menjadi keseharian anak sehingga betul betul berpusat ke anak – jangan lagi teacher center – yang sampe warna kaos kaki saja udah dipilihkan – kemudian anak anak membuat perencanaan pembelajaran dan itu perencanaan mingguan – jadi satu minggu ini saya mau apa.
Semakin macem macem semakin bagus – seperti yang dipikiran Gardner – yang kuat di kinestetis misalnya merancang koregrafi dance, Kami di komunitas belajar sudah 16 tahun karya yang sudah diterbitkan banyak sekali – yg kuat kinestetis jadi atlit PON - Perencanaan itu misalnya – hari ini belajar tentang food combining – saya menyelesaikan 4 chapter komik saya – mau bikin koregrafi dance dibagi ke semua, sehingga semua tau semua. Misalnya ada satu kelompok nanti semua tahu semua, ada judul ide masuk di kolom. Karena pertemuan sudah – apa yang saya targetkan minggu kemarin apa – ada yang bikin komik, lagu macem macem – lalu capaiannya sperti apa, mereka melakukan evaluasi setiap saat, jadi bukan korban dari evaluasi. Kemarin merencanakan ini menyelesaikan ini, ada kendala apa rencana berikutnya apa – dan itu tahu semua, kita sorot pakai LCD dll semua terangkum semua, semua harus menyalin dengan tulisan tangan – nggak boleh copypaste – biar membaca, dari situ satu sama lain bisa saling berbagi itu yang dimaksud konsep tawashi
Keberhasilan Pendidikan yang utama adalah ketika terjadi kolaboratif learning satu dengan yang lain bekerjasama – tidak dibikin persaingan satu dengan yang lain – kompetisi yang tidak benar membuat semua jadi musuh – harapannya menjadi produktivitas, tapi dampaknya jadi serius. Kalo kolaborasi semua saling membantu – seperti misalnya kalau novel saya diwarnai lukisan dari teman saya – misal lagi aransemen lagu, kolaborasi dengan teman yang bikin puisi atau lirik.
Guru berkabar bukan maido – misal maido adalah "udah dikerjakan belum PR nya", akan lebih baik encourage mbombong seperti misalnya gimana perkembangan aransemen lagumu? Selalu apresiatif dengan apa yang dilakukan anak – kehadiran tidak hanya di ruang kelas tapi bisa di WA - "Misal semangat pagi teman teman anak anak yuk kita nulis ide bikin perencanaan yang menantang, harus jadi orang yang bermanfaat – orang bermanfaat adalah orang yang berkontribusi yang punya karya untuk meningkatkan kualitas dirinya di bumi ini – SAYA BERKARYA SAYA ADA -
Di QT dari sisi input hampir semua aanak anak buangan sampai ayah ibunya aja nggak ngerti – sekarang baik baik saja, bisa usaha mandiri, sablon bahkan suka music – anak anak selalu tampil
Oke itu secara umum, konsep proses dan implementasi Medeka belajar
Anak yang baik dan cerdas adalah yang punya gagasan solutif atas persoalan kehidupan
Andy Hermawan seorang fasilitator sekolah SALAM Yogyakarta - tapi kali ini mas Andy mewakili KGB Salatiga - asli Salatiga soalnya
mas Andy sudah mempraktikan merdeka belajar, saat belajar bersama anak anak dampingannya di Salam -
Proses pembelajaran berbasis research berdasar
pada satu kerangka besar yang sudah kami buat, dengan tema besar, mengenai
pangan, kesehatan, lingkungan hidup serta social budaya, ini yang menjadi empat
pilar tema besar dalam perencanaan research kami.
Jadi mulai kelas 4 hingga kelas 12, sudah dibiasakan
melakukan research pribadi, sesuai dengan apa yang diminati, mereka sendiri yang menentukan tujuan cara bahkan narasumber – karena mereka tidak hanya, belajar pada fasilitator yang
mendampingi mereka di dalam kelas, tapi juga pada narasumber. Semua sesuai kebutuhan, kemampuan dan kebermanfaatan research yang mereka buat.
Misal research tentang lumba lumba, kami
memperdalam lagi dengan pertanyaan kira kira – research tentang lumba lumba
dapat nggak dilakukan disini, jika dirasa tidak mungkin boleh disimpan dulu dan
dapat dilakukan setelah siap
Kami belajar dengan skema yang disebut
dengan daur belajar – yaitu seperti daur kehidupan, ada proses kelahiran, telur
lavar pupa imago dsb. Kami mengawali dengan suatu peristiwa – apa itu
peristiwanya boleh tentang tema research – apa yang dihadapi sehari hari – dari
peristiwa ini aka nada peristiwa kecil yang muncul saat berproses. Dari peristiwa itu tekumpul data, apa yang
kira kira mendukung peristiwa ini – misal belajar tentang kopi, data
pendukungnya, narsum sapa, sisi apa dari kopi, mau budidaya, penyajian, atau
pengolahan kemudian atau trendingnya – masuk kedalam pengumpulan data. Setelah data terkumpul tentunya harus olah
data itu – penyajian yang menarik seperti apa- prosesnya seperti apa – harus
dengan takaran berapa gram, airnya berapa mili, pada suhu berapa kopi ini
nikmat untuk disajikan, setelah data kita oleh itu yang akan menjadi satu
kesimpulan
Ternyata terhadap si A kopinya enak ketika
disajikan dengan cara seperti ini
Setelah kesimpulan diperoleh masuk ke
penerapan demikian seterusnya
Hal ini akan mengajak kita semua untuk,
berpikir atau belajar secara holistic, bukan opini, asumsi atau bahkan hoax –
yang membuat pembelajaran tidak bermakna
Dari proses ini harapannya kedepan generasi
kita – kedepan bukan sekedar niteni nirokke nambahi bukan ATM – tapi bisa
berinovasi atau menciptakan sesuatu
Pada Pendidikan formal setiap semester ada
ulangan umum, kami dengan presentasi hasil belajar, tidak ada tes kenaikan
akhir semester, tidak pakai angka – kami mengevaluasi berdasar tahap tumbuh
kembang berdasar proses yang dialami setiap hari. Saat review atau presentasi ada
banyak pertanyaan, disitulah cara kami untuk memperluas dimensi belajar kami/ Dimensi belajar bisa diperluas dengan
dpertanyaan – misal pulpen kira kira apa yang bisa dilakukan pulpen sebagai
bahan belajar – apa yang akan mengantar misal terbuat dari apa, Panjang pulpen,
dibuat dimana, cara buatnya, warnanya apa – dari satu tema saja bisa diperluas
dimensi belajar kita dengan pertanyaan pertanyaan yang ada, kemudian dimensi belajar akan kita perluas dengan diskusi atau tanya
jawab.
Ibu Yuni Ambarwati, KaDinas - lebih menekankan pada 4 program Merdeka Belajar mas Mentri - tapi yang bikin saya ayem adalah pernyataan beliau ini
Pada dasarnya manusia dilahirkan memiliki
kelebihan dan kekurangan – beri ruang bagi anak anak lebih kritis, inovatif,
komunikatif harus dapat bombongan sejak dini.
Kebijakan dibatasi dengan regulasi – satu
sisi akan memerdekakan tapi regulasi membelenggu
regulasinya jangan terlalu ketat –
Program pendidikan seyogyanya bisa membantu anak dan melayani anak didik
kita bagaimanapun kompetensinya – anak anak bisa mandiri, dan bersosialisasi
Selanjutnya diskusi diwarnai dengan sharing dan beberapa pertanyaan dari peserta
ibu Yuliati Eko - seorang kepala SMAN mengungkapkan tentang liberal learning, ibu Muji kepala SMPN, menyatakan pernah melakukan merdeka belajar di kelas akselerasi, ibu Dewi dari Kampung Juara - komunitas anak anak homeschooler di Salatiga yang menekankan pada adab terhadap ilmu dan kurikulum yang customized, bu Esther guru sebuah SDN yang sangat concern terhadap ABK, menemukan semakin banyak siswa kelas 1 SD yang berkebutuhan khusus - Memahami merdeka belajar, setiap anak
berbeda, lahir dengan bawaannya masing masing, darisana belajar sesuai dengan kompetensi anak sehingga mereka tahu apa yang
harus dilakukan – jangan dipagari dengan KKM. bu Esther sekarang guru kelas 1- Kelas 1 dari 29 siswa ada 13 anak berkebutuhan khusus, segitu anak jika tidak dimerdekakan trus gimana, ada yg IQ 53, catatan pentingnya dia bisa kok, saya punya video bagaimana dia menolong SDHD, mengenal bangun ruang, bagi saya merdeka belajar memberi ruang kepada anak anak -
pak Arif - dosen sekaligus pimpinan yayasan pendidikan terkemuka di Salatiga -
ada pesan Willy Toisuta (mantan Rektor UKSW) tentang telaah, teliti, tata dan tutur – tata menggabungkan data yang dikumpulkan menjadi satu, untuk disampaikan, dalam tutur - yang kemudian menjadi pedoman para guru di yayasan tersebut.
Pernyataan tambahan dari peserta, mengenai berbagai hal yang sudah dilakukan di sekolah mereka berkenaan dengan merdeka belajar, juga kendala yang dihadapi - yang sebagian besar kendala itu berasal dari miskonsepsi merdeka belajar
ada pernyataan tambahan dari
Bahruddin tentang - pernahkah bapak ibu guru bertanya apa sih keresahan murid murid kita? coba bikin satu guru membombong 15 murid untuk dijadikan teman, ngobrol mengenai apa yang mereka pikirkan, apa keresahannya, coba jadi teman mereka---biasanya akan jadi banyak karya kejutan yang lahir dari sini.
btw ini yang dilakukan di MAN IC ada guru asuh istilah kami - jadi setiap guru ada 10 - 15 murid asuh, kami berkumpul seminggu sekali untuk membicarakan apa saja, curhat, mimpi, sekedar bercanda apa saja.
Andy - guru adalah insan yang paling adaptif untuk menerjemahkan itu semua menjadi pembelajaran yang menarik.
dari moderator pak Bambang kata kata jleb dari beliau adalah jadilah pendidik yang inklusif – kalau kita
eksklusif merdeka belajar tidak bisa diwujudkan
pertanyaan renungan buat saya adalah bagaimana caranya murid yang sudah belasan tahun jadi robot tidak dibiasakan memiliki inisiatif dan berpikir - bisa memiliki ketrampilan merdeka belajar ini. Bagaimana dengan guru yang hanya bekerja berdasarkan regulasi, terbiasa jadi robot, bisa memiliki skill merdeka belajar ini? -
adalah sebuah penelitian dari Boekaerts dan Niemvirta tahun 2000 yang menyatakan bahwa merdeka belajar akan sulit dilaksanakan di kelas tradisional - kelas dimana anak anak terbiasa menanti perintah guru, mengharapkan feedback dari guru, mengharapkan diawasi oleh guru - solusi mereka adalah beri anak anak itu keleluasaan untuk menentukan apa yang ingin mereka pelajari-
pertanyaan selanjutnya adalah - ketika anak diberi keleluasaan - yang dipenjara keluar dari penjaranya - reaksi mereka adalah seenaknya sendiri tidak terarah tidak mau diatur - terus ngetes gurunya dengan bertingkah laku yang biasanya dilarang - mereka akan liar berpendapat berargumentasi - siapkah guru dengan PROSES ini??? pertama gelagepan, selanjutnya ngakak bareng, penderitaan berikutnya konfrontasi dengan lingkungan sekitar, tapi itu dulu - sekarang udah jadi program mas Mentri
Jadiii Bismillah ayuk berubah - untuk Indonesia yang lebih baik - Semangaattt...
pak Arif - dosen sekaligus pimpinan yayasan pendidikan terkemuka di Salatiga -
ada pesan Willy Toisuta (mantan Rektor UKSW) tentang telaah, teliti, tata dan tutur – tata menggabungkan data yang dikumpulkan menjadi satu, untuk disampaikan, dalam tutur - yang kemudian menjadi pedoman para guru di yayasan tersebut.
Pernyataan tambahan dari peserta, mengenai berbagai hal yang sudah dilakukan di sekolah mereka berkenaan dengan merdeka belajar, juga kendala yang dihadapi - yang sebagian besar kendala itu berasal dari miskonsepsi merdeka belajar
ada pernyataan tambahan dari
Bahruddin tentang - pernahkah bapak ibu guru bertanya apa sih keresahan murid murid kita? coba bikin satu guru membombong 15 murid untuk dijadikan teman, ngobrol mengenai apa yang mereka pikirkan, apa keresahannya, coba jadi teman mereka---biasanya akan jadi banyak karya kejutan yang lahir dari sini.
btw ini yang dilakukan di MAN IC ada guru asuh istilah kami - jadi setiap guru ada 10 - 15 murid asuh, kami berkumpul seminggu sekali untuk membicarakan apa saja, curhat, mimpi, sekedar bercanda apa saja.
Andy - guru adalah insan yang paling adaptif untuk menerjemahkan itu semua menjadi pembelajaran yang menarik.
Ngilmu iku kelakone kanti laku – ilmu bisa
dirasakan ketika dilakukan
Lekase lawas tegese kan ngantosani – cara
penyampaian dengan banyak manfaat – ketrampilan tidak menjanjikan kita kaya
raya, tidak menyerah pada kekurangan dan kemiskinan
Konsep Pendidikan merdeka bisa merespon
peristiwa supaya tidak kagetan latah dan kepo – apa yang bisa dilakukan dengan
sebaik mungkin cipta rasa dan karsa mencoba menginovasi supaya pembelajaran
lebih menarik dan bermakna
pak Bambang, bu Yuni dan kang Bahruddin |
pertanyaan renungan buat saya adalah bagaimana caranya murid yang sudah belasan tahun jadi robot tidak dibiasakan memiliki inisiatif dan berpikir - bisa memiliki ketrampilan merdeka belajar ini. Bagaimana dengan guru yang hanya bekerja berdasarkan regulasi, terbiasa jadi robot, bisa memiliki skill merdeka belajar ini? -
adalah sebuah penelitian dari Boekaerts dan Niemvirta tahun 2000 yang menyatakan bahwa merdeka belajar akan sulit dilaksanakan di kelas tradisional - kelas dimana anak anak terbiasa menanti perintah guru, mengharapkan feedback dari guru, mengharapkan diawasi oleh guru - solusi mereka adalah beri anak anak itu keleluasaan untuk menentukan apa yang ingin mereka pelajari-
pertanyaan selanjutnya adalah - ketika anak diberi keleluasaan - yang dipenjara keluar dari penjaranya - reaksi mereka adalah seenaknya sendiri tidak terarah tidak mau diatur - terus ngetes gurunya dengan bertingkah laku yang biasanya dilarang - mereka akan liar berpendapat berargumentasi - siapkah guru dengan PROSES ini??? pertama gelagepan, selanjutnya ngakak bareng, penderitaan berikutnya konfrontasi dengan lingkungan sekitar, tapi itu dulu - sekarang udah jadi program mas Mentri
Jadiii Bismillah ayuk berubah - untuk Indonesia yang lebih baik - Semangaattt...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar