Kamis, 07 Februari 2013

Homeschooling BUKAN hanya School at Home

Kegiatan interaksi dengan alam dan anak anak - hujan hujan :D
Ada banyak, latar belakang mengapa anak anak dan orang tua memilih jalur pendidikan informal ini, pendidikan informal termaktub dalam UU Sisdiknas pasal 27
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1)  Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
(2)  Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.



Beberapa kali saya bertemu orang, teman, membaca dan melihat, dan akhirnya menyimpulkan bahwa anggapan sebagian masyarakat tentang homeschooling sekarang bergeser bukan lagi masalah sosialisasi namun, masalah metode yang dipergunakan, biaya yang dikeluarkan, dan trend

Beberapa waktu lalu, sempat diadakan semacam audiensi dengan pihak diknas mengenai keberadaan homeschooler

Kesimpulan saya saat audiensi ini adalah, seperti anggapan masyarakat tadi bahwa homeschooling adalah lembaga dan metode yang digunakan adalah school at home atau memindahkan semua pelajaran di sekolah ke rumah. Ada kekhawatiran beliau bahwa kami orang tua tidak berkompeten mendidik anak anak kami sendiri. Mereka khawatir bahwa kami mendidik mereka dengan sembarangan, karena keterbatasan kemampuan dan pemahaman kami mengenai parenting, dan berbagai ilmu pengetahuan dasar, seperti math, fisika, biologi, kimia. Homeschooling mahal, karena homeshcooling dianggap sebuah lembaga, mungkin semacam lembaga kursus kali ya.

Hal ini membuat saya lebih memahami lagi, persepsi pihak diknas akan keberadaan keluarga homeschooling.

Perlu diketahui bahwa metode homeschooling sangat beragam, latarbelakang keluarga memilih jalur pendidikan informal ini untuk anak anak mereka pun beragam. Berdasar yang sering saya diskusikan bersama teman teman selama ini, latar belakang mereka memilih homeschooling antara lain adalah
1. Mereka tidak menemukan sekolah yang pas dengan visi misi pendidikan keluarga mereka
2. Mereka tidak ingin diatur dalam pendidikan anak anak mereka, karena mereka menganggap bahwa anak adalah subyek pendidikan
3. Mereka ingin anak anak mereka mencintai belajarnya
4. Mereka ingin anak anak mereka menjadi anak yang mandiri dan percaya diri atas apapun kebisaan mereka, yang kadang di sekolah kebisaan tersebut tidak bisa dihargai
5. Mereka ingin membentuk karakter anak anak terlebih dahulu, biasanya pembentukan karakter ini menjadi terabaikan karena tuntutan sistem di sekolah
6. Keunikan setiap anak lebih dapat dapat diakomodir di rumah

dan masih banyak lagi, karena setiap keluarga memiliki karakter dan tujuan masing masing mengenai visi pendidikan untuk anak anak mereka

Demikian pula dengan metode homeschool, metode yang diterapkan di setiap keluarga berbeda beda disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi setiap anak
1. School at home, memindahkan semua pelajaran sekolah di rumah
2. Unschooling, menurut Carol; Griffith 1998; Kristi 2012 adalah belajar apa yang anak mau, ketika dia mau, dengan cara yang dia mau, di tempat yang dia mau untuk alasan yang dia mau. Proses belajar sepenuhnya dikendalikan oleh anak. Bantuan dari orang lain, termasuk orang tua, hanya diberikan apabila dikehendaki olehnya. Tidak ada kurikulumm, lesson plan, jadwal atau agenda. Menurut Mary Griffith dalam Kristi 2012, Unschooling pada prinsipnya adalah sikap dan pendekatan belajar, yang memasrahkan tanggung jawab belajar sepenuhnya kepada si pembelajar.
3. Classical Education, metode ini masih dibagi lagi menjadi berbagai versi, satu versi menurut Ellen Kristi dalam bukunya Cinta Yang Berpikir adalah The Well Trained Mind, bahwa kurikulum CE berpusat pada empat ketrampilan dasar yaitu membaca, menulis, tata bahasa dan matematika sesuai pola pendidikan klasik yaitu trivium, proses tiga tahap dalam melatih pikiran, ketiga tahap itu adalah grammar, logic dan retoric. Metode ini lebih strict sangat getol dengan bahasa dan sejarah, sistematis dan rigourus dan amat sangat akademis.
4. Metode Charlotte Mason, atau sering disebut Metode Living Books, anak anak dikenalkan dengan berbagai buku dan karya masterpiece, aktivitas kegiatan terstruktur sesuai perkembangan anak dari year 0 hingga year 12. Pembentukan karakter setiap anak lebih diutamakan disini.
5. Metode Waldorf adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudoplh Steiner, menciptakan setting sekolah mirip keadaan rumah
6. Metode Montessori, pendekatan ini menyiapkan lingkuangan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak anak dapat mengembangkan potesninya, baik secara fisik, mental dan spiritual.
*keterangan 5 dan 6 saya ambil dari buku Homeschooling, lompatan cara belajar, Sumardiono, 2007

dan masih banyak lagi metode yang digunakan oleh keluarga homeschooler yang ada di Indonesia.

Repotnya kami keluarga homeschooler,--dan kami menyukai itu-- adalah tantangan untuk bisa mengakomodasi keingintahuan setiap anak anak kami. Kami jadi ikut bekerja keras, belajar, berdiskusi dan menggali segala informasi untuk mencukupi kebutuhan anak anak kami.

Semangaaattt!!...(^.^)/..

Sumber :
Ellen Kristi, 2012, Cinta Yang Berpikir, Eins Institute
Sumardiono, 2007, Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, Elex Media Komputindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...