Permasalahan yang dihadapi oleh sekolah adalah mengintegrasi sistem pendidikan yang ada dengan persepsi masyarakat tentang apa dan bagaimana sekolah yang baik. Persepsi masyarakat sekolah yang baik dilihat dari sisi akademis, prestasi belajar siswanya dan sarana prasarana yang lengkap. Sehingga kepentingan sekolah cenderung pada pemenuhan harapan masyarakat.
Pemenuhan harapan masyarakat ini yang kemudian membuat
tujuan pendidikan menjadi kabur, karena kepentingan anak banyak yang
terabaikan, kepentingan untuk beropini, kepentingan untuk berkreasi sesuai
dengan bakat, minat dan potensinya, kepentingan untuk dihargai, kepentingan
untuk dihormati haknya, kepentingan untuk diakui proses pembelajaran hidupnya. Sebagian
besar sekolah tidak dapat mengakomodasi kepentingan anak anak tersebut.
Hingga kini, persepsi saya tentang sekolah tidak berubah, “penjara” dan “pembunuh”.
Penjara dengan dalih pembentukan moral dan akhlak, harus seragam, ikat pinggang tidak boleh lebih 3cm, kaos kaki putih tidak lebih 10 cm, sepatu hitam, duduk rapi, tangan di depan, dengarkan guru, guru tidak pernah salah, sekolah pasti benar, pasti membuat sukses.
Hingga kini, persepsi saya tentang sekolah tidak berubah, “penjara” dan “pembunuh”.
Penjara dengan dalih pembentukan moral dan akhlak, harus seragam, ikat pinggang tidak boleh lebih 3cm, kaos kaki putih tidak lebih 10 cm, sepatu hitam, duduk rapi, tangan di depan, dengarkan guru, guru tidak pernah salah, sekolah pasti benar, pasti membuat sukses.
Pembunuh kreatifitas dan potensi murid-yang dipelajari sama,
cara berpikir dibatasi, tidak boleh memiliki persepsi sendiri, tidak boleh
berbeda, semua sesuai buku dan kunci jawaban
Berapa persen dari seluruh murid kita yang menjadi orang
yang sungguh tulus, baik hati, sehat jasmani dan rohani, manusia percaya diri
dan bisa menemukan lentera jiwanya? Atau jika ukurannya keberhasilan olimpiade
tingkat internasional berapa persen dari mereka yang seperti itu? Tidak sampai 20%?- pendidikan untuk siapa?
Pemerintah? Guru? Partai politik? Orang Tua? Berapa persen orang yang merasa
“sukses” karena sekolah?
Nyatanya
pengangguran terus meningkat, ada yang bilang karena manusianya saja yang nggak
kreatif nah siapa yang membunuh kreatifitas mereka? Sekolah juga kan,..
Apa buktinya? Sekolah tidak pernah menghargai PROSES pembelajaran, maunya instant, langsung baik, langsung bisa, langsung top,
Sekolah tidak pernah memahami keunikan setiap muridnya
Sekolah tidak pernah menghargai perkembangan cara berpikir setiap muridnya
Sekolah masih menggunakan teorinya John Locke "tabularasa" bahwa setiap murid adalah botol kosong atau ember kosong yang harus diisi oleh guru….
Apa buktinya? Sekolah tidak pernah menghargai PROSES pembelajaran, maunya instant, langsung baik, langsung bisa, langsung top,
Sekolah tidak pernah memahami keunikan setiap muridnya
Sekolah tidak pernah menghargai perkembangan cara berpikir setiap muridnya
Sekolah masih menggunakan teorinya John Locke "tabularasa" bahwa setiap murid adalah botol kosong atau ember kosong yang harus diisi oleh guru….
Sekolah semestinya berani
berbeda, sungguh-sungguh memahami PROSES pendidikan dan pembelajaran hakiki,
pendidikan tidak bertujuan ANGKA atau IJASAH, pendidikan merupakan proses
pematangan diri murid untuk menghadapi kehidupan nyata, pendidikan merupakan
proses menuju jiwa sehat jasmani dan rohani.
Sekolah yang dapat menumbuhkan motivasi belajar sepanjang
hayat, bukan untuk ANGKA dan IJASAH namun sungguh ingin memperoleh ilmu bagi
diri dan lingkungannya.
Saya bermimpi semua sekolah umum di Indonesia menjadi
sekolah yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar setiap anak Indonesia tanpa
terkecuali, sekolah yang membuat anak anak bersemangat untuk datang karena
selalu ada hal baru dan menyenangkan mereka setiap hari. Sekolah yang selalu
dirindukan anak anak.
Jika sekolah umum di Indonesia seperti ini, saya jamin tidak
ada anak yang terlambat masuk, tidak ada anak yang bolos, tidak ada anak yang
ogah ogahan belajar.
Sekolah yang saya impikan ini adalah sekolah umum, sekolah
pemerintah bukan sekolah eksklusif, bukan sekolah alternative, bukan sekolah
khusus.
Guru
Sekolah yang saya impikan bukan sekolah yang memiliki sarana
dan prasarana yang lengkap, bukan sekolah megah dengan SPP selangit, namun
sekolah dengan guru guru yang mendidik dengan hati. Guru guru yang
berintegritas tinggi, bukan hanya kompetensi yang memadai namun loyalitas yang
tinggi untuk mendidik anak bangsa menjadi anak anak yang sehat jasmani dan
rohaninya
Guru adalah kunci, mereka adalah garda terdepan pendidikan
anak bangsa ini, saya tahu peran orang tua sangat penting, lingkungan rumah
mereka juga penting, namun posisi guru tetap diatas semua itu.
Karena masyarakat kita dibagi menjadi dua golongan, kaya dan
sibuk, miskin juga sibuk, dan payahnya jumlah miskin yang sibuk lebih banyak,
buat nafkah hidup sehari hari saja mereka pusing apalagi mesti belajar parenting. Itulah mengapa Guru memiliki
posisi penting dalam kelangsungan hidup anak anak bangsa ini.
Guru mengajarkan
kedisiplinan tetapi sering terlambat masuk kelas, guru melarang muridnya
merokok, namun guru tersebut merokok, guru bicara kejujuran, namun ia mengatur
strategi untuk bermain cantik ketika ujian nasional, guru minta dihargai tapi
mereka mencemooh dan mempermalukan muridnya, guru diskriminatif, melakukan
kekerasan dan lain lain. Jika ingin memperbaiki dan membuat anak anak itu
menjadi anak anak yang berkepribadian dan berkarakter yang baik, guru harus
memulainya, karena mereka teladan bagi muridnya. (Wahyono, 2012)
Sebuah riset yang
dilakukan oleh S. Paul Wright, Sandra Horn dan Wilillam Sanders (1997) dalam
Wahyono 2012, terhadap enampuluh ribu siswa memberi pelajaran berharga kepada
semua yang terlibat dalam dunia pendidikan mengenai betapa pentingnya
memperhatikan sosok guru yang mengajar anak anak. Hasil riset yang mereka
lakukan menunjukkan bahwa faktor paling penting yang berpengaruh secara
langsung terhadap kegiatan belajar murid adalah guru. Oleh karenanya jika anak
anak kurang bergairah saat belajar, pertanyaan pertama yang harus dijawab
secara tuntas sebelum memanggil orang tua adalah bagaimana guru mengelola kelas
dan menjalin hubungan dengan murid muridnya. Di samping itu ada pertanyaan lain
yang harus dijawab, yaitu apakah guru memiliki integritas pribadi atau tidak.
Ini berarti kompetensi saja tidak cukup.
Wuih yuuuk refleksi,
tidak ada anak bodoh, tidak ada anak nakal, yang ada kita yang belum bisa
memahami anak anak itu. Kita guru dan orang dewasa yang berada di sekitar anak
anak itu, yang semestinya memahami proses tumbuh kembang anak anak kita. Dalam
memahami proses ini semestinya kita memandang mereka dengan kacamata mereka,
menempatkan diri kita sebagai mereka, untuk kemudian kembali ke kedewasaan kita
untuk dapat berpikir bijak mencari cara mendampingi mereka dengan tepat
Sekolah yang saya impikan memiliki guru guru yang
berdedikasi, berintegritas dan loyal kepada murid muridnya. Apa yang mereka
lakukan bertujuan dan berdasar, bukan hanya sekedar bertujuan menjadikan murid
murid berperilaku baik, percaya diri, mampu melejitkan potensi dirinya, namun
yang dilakukan oleh guru guru tersebut memiliki dasar yang jelas. Mereka guru
guru pembelajar yang terbuka dan terus berdiskusi bagaimana mengatasi
permasalahan murid muridnya. Mereka guru guru yang menyenangkan, ramah, dan
menyayangi murid muridnya dengan tulus.
Saya bermimpi, di sela sela istirahat mengajar, para guru
berkumpul, mendiskusikan berbagai masalah anak anak dan penyelesaiannya dengan
referensi referensi terbaru, kami sudah klik memiliki pandangan yang sama
tentang berbagai ilmu mendidik, juga masalah psikologi pendidikan, kami juga
sudah klik, dengan berani mencoba metode metode baru dalam menghadapi
problematika anak anak di kelas.
Saya bermimpi, setiap seminggu sekali, para guru berkumpul
mendiskusikan buku buku terbaru yang sudah mereka baca, menghubungkan dengan
pengetahuan yang lalu, berani mengakui kekeliruan masa lampau dan berani juga
untuk merubahnya.
Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan Konseling yang masuk kelas satu
minggu minimal dua jam pelajaran. Guru BK memiliki semacam secret book, yang berisi curhatan anak anak setiap hari atau setiap
minggunya, buku ini merupakan buku pribadi rahasia antara guru BK dengan
mereka. Sehingga jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan guru BK dapat
dengan cepat mengetahui latar belakang perbuatan anak tersebut, dan dapat
segera memperoleh pemecahan permasalahan dengan tepat.
Tentu saja guru BK juga bergabung dengan guru guru yang lain
saat diskusi mengenai permasalahan anak anak juga saat diskusi buku terbaru.
Perpustakaan
Sekolah impian saya harus memiliki perpustakaan dengan
banyak buku buku menarik, bermutu dan up
to date, tidak perlu biaya mahal untuk itu, cukup dengan Rp.200.000 per
bulan sekolah dapat membeli buku buku terbaru secara kontinyu. Ruang
perpustakaan seadanya juga oke, rak rak di tata meninggi kalau perlu, desain
ruang perpustakaan dibuat nyaman dengan warna warna cerah. Perpustakaan ini
memiliki computer yang tersambung internet, jadi kapan saja anak anak
membutuhkan informasi mereka dapat mengaksesnya dengan mudah.
Perpustakaan merupakan aspek vital dalam sebuah institusi
pendidikan, oleh karena itu di perpustakaan sekolah harus lengkap, bersih dan
menarik. Perpustakaan sekolah tidak melulu berisi buku buku pelajaran namun
buku buku “pengaya” pelajaran. Buku buku pelajaran hanya disusun sebagai
sampel, dan lainnya di simpan dalam almari khusus, jadi jika anak anak
membutuhkannya mereka tinggal mengambil dari petugas perpustakaan. Jadi rak rak
di perpustakaan bersih dari tumpukan buku pelajaran. Rak rak perpustakaan
berisi buku buku yang menarik minat anak anak untuk membaca, ada bagian buku
sastra tersendiri, buku sastra modern, novel teenlit, novel Islami, novel novel
best seller, bacaan remaja. Perpustakaan yang penuh buku-buku dari buku Pramodya
Ananta Toer, HB Yassin, Mohammad Hatta, NH. Dini, Andreas Harefa, hingga
Raditya Dika, Enyd Blyton, Astrid Lingren, Lousia may Alcott, JK Rowling, buku
buku inspiratif seperti biografi tokoh tokoh nasional maupun internasional,
buku buku motivasi, buku buku lain dengan berbagai genre, untuk memperkaya pengetahuan murid murid dan memotivasi
mereka agar menyukai membaca.
Di bidang kesiswaan
Sekolah yang saya impikan hanya melaksanakan upacara bendera
setiap tanggal 17, selebihnya setiap hari Senin anak anak berkumpul di Aula
dipimpin oleh ketua OSIS membahas segala permasalahan yang terjadi di sekolah,
dari ketidaknyamanan belajar, di kantin, masalah kamar mandi, mushola,
perseteruan antar teman, apa saja, mereka bebas mengeluarkan uneg uneg yang
berhubungan dengan proses belajar mereka di sekolah. Ketua OSIS kemudian
memimpin Rapat Besar ini untuk mencari pemecahan permasalahan yang terjadi.
Guru bahkan kepala sekolah ikut sebagai peserta rapat, dan mereka memiliki hak
suara sama dengan murid yang lain, misalnya jika dibutuhkan voting dalam
penyelesaian masalah. Cool…
Di bidang kurikulum
Jam belajar di sekolah ini tidak banyak, satu hari anak anak
hanya belajar wajib dari jam 7 – 11.30, selebihnya setelah sholat luhur anak
anak boleh belajar bebas sesuai dengan minat dan bakatnya, mereka juga bebas
memilih guru pembimbing untuk mendampingi mereka belajar. Mereka boleh
menjahit, boleh membaca buku, main bola, main musik (gamelan, keroncong,
angklung, band, symphony), di bengkel belajar mesin motor, membuat perabot,
melakukan percobaan sains, mereka boleh menulis,
menonton film, bahkan mereka boleh sekedar duduk, atau pulang ke rumah.
Dengan
demikian sekolah dapat mengetahui bakat siswa siswinya untuk selanjutnya terus
memberi fasilitas dan dukungan
Sekolah ini juga tidak ada jadwal penerimaan rapor hasil
belajar, hasil belajar hanya dimiliki oleh guru dan sifatnya rahasia, anak anak
boleh mengetahuinya setelah mereka lulus dari sekolah ini. Pekerjaan anak anak
hanya melakukan semuanya dengan sebaik baiknya. Hal ini dilakukan dalam usaha
untuk mengalihkan tujuan belajar anak anak dari nilai rapor ke kebutuhan mereka
untuk tahu, kebutuhan mereka untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Tentu saja
ada ujian akhir, namun semua ujian di sekolah ini berwujud proyek dan
portofolio
Sekolah
yang saya impikan ini memiliki jumlah mata pelajaran maksimal 12 mata
pelajaran, meliputi agama, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
seni budaya, ketrampilan dan olah raga
Sekolah
yang saya impikan merupakan, tempat dimana siapapun dapat terlibat
didalamnya tanpa ada seleksi kaya miskin pintar bodoh.
Tempat untuk anak-anak bermain sepuas
mereka, bermain bersama ulat, kupu-kupu, ayam, bebek, semut, mengamati bunga,
daun, buah-buahan, menanam tanaman, memanjat pohon, berenang di mata air,
hujan-hujanan, mencari ikan dan menikmati ikan hasil perburuannya, tanpa
khawatir kotor, tanpa kuatir sakit dan menikmati semuanya sampai puas, tertawa
lepas bahagia tanpa tekanan.
Tempat untuk remaja mengekspresikan
semua potensi yang ada di dalam dirinya hingga mereka menemukan konsep diri
mereka dan melakukan semuanya dengan sepenuh hati, jujur dan tepat. Bermusik,
melukis, berkuda, sepak bola, volley, balap motor, mobil, modifikasi motor atau
mobil, menulis, menjahit, membaca, bersenda gurau, atau merenung– bebas
mencurahkan segala idenya tanpa campur tangan orang dewasa disekitar
mereka—sehingga kita akan mendengar dan melihat ide-ide brillian mereka
terwujud dengan sempurna dan menakjubkan.Tempat pararemaja itu melalui step
kehidupannya sebagai diri mereka sendiri—Anak-anak itu, para remaja itu tumbuh
alami, indah, dan menyenangkan…
Kita orang dewasa di sekitarnya ADA
hanya jika dibutuhkan, kita hanya wajib memberi saran tanpa mempengaruhi,
keputusan akhir tetap ada pada mereka.
Alangkah hebatnya sekolah
apabila tidak memberikan penilaian kepada anak didik di depan anak didik atau
diketahui oleh anak didik.
Sekolah akan lebih hebat lagi
apabila mampu menghindar dari kegiatan mengarah-arahkan dan mencap anak didik
sebagai ini atau itu.
Sekolah akan lebih hebat lagi
jika mau “membebaskan” anak didik untuk mengeluarkan pendapatnya
sendiri-meskipun pendapat tersebut sangat subyektif- tentulah sekolah tersebut
menjadi salah satu tempat yang sangat menyenangkan bagi mereka.
Mengubah Sekolah – Hernowo
Hasyim
*Asal kata sekolah adalah scholae–tempat untuk
bersenang-senang–
*Asal kata murid, murid itu merupakan ism faail dari kata أراد – يريد – إرادة , maknanya memiliki keinginan, berkeinginan, berkehendak, memiliki minat, jika menjadi ism faail berarti seseorang yang memiliki keinginan dan minat yang tinggi untuk mengetahui sesuatu.
(http://dadanggani.blogspot.com/2009/04/quo-vadis-koalisi-sby.html)
*Asal kata murid, murid itu merupakan ism faail dari kata أراد – يريد – إرادة , maknanya memiliki keinginan, berkeinginan, berkehendak, memiliki minat, jika menjadi ism faail berarti seseorang yang memiliki keinginan dan minat yang tinggi untuk mengetahui sesuatu.
(http://dadanggani.blogspot.com/2009/04/quo-vadis-koalisi-sby.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar