Kereenn!!
Alhamdulillah
ya Allah, telah mempertemukan saya dengan seseorang yang keren seperti pak Joko
Wahyono. Buku nya keren sekali, buku ini sangat sangat mewakili apa yang saya
rasakan selama ini, tapi saya tak berdaya untuk merubahnya, buku ini dengan
humble mengajak pembacanya untuk merubah paradigma yang sudah ada tentang
bagaimana berada bersama anak anak eh murid murid kita
Menurut saya
guru itu mau tidak mau merupakan seorang penentu masa depan murid muridnya, terus dimana tanggungjawab
orang tua?....
Persepsi ini terbentuk karena masih banyak orang tua yang tidak
mampu mengatasi perkembangan anak anak mereka. Ada yang memang sibuk dan tidak
menyempatkan,ada yang memang tidak mampu. Tidak mampu karena keadaan yang
membuat mereka seperti itu, bagaimana tidak? memenuhi kebutuhan makan setiap
hari saja mereka pusing apalagi harus belajar parenting.
By the way
persepsi saya ini diluar beberapa fenomena keluarga homeschooling yang mulai
banyak tumbuh beberapa tahun belakang ini, dimana orang tua yang menyadari
bagaimana peran mereka dalam pendidikan anak, mau untuk kembali dan terus
belajar bersama anak anak mereka hingga mencari pola yang tepat untuk belajar bersama
putra putri mereka.
Itulah
mengapa saya berpikir, guru memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan
anak didiknya.
Buku cara AMPUH merebut hati murid dibagi menjadi empat
bagian, bagian pertama adalah bagaimana guru menjadi harapan murid muridnya,
jadi ingat ungkapan William Arthur Ward-The mediocre teacher tells. The good
teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher
inspires. Bagian kedua berisi penjelasan apa itu cara AMPUH (Asertif,
Menghargai Murid, Pandai membina hubungan baik, Usaha Optimal, Hindari
Kekerasan dan Rasa takut) . Bagian tiga cara AMPUH dalam kisah kisah Inspiratif
dan Bagian Terakhir Profil Guru Ampuh yang menjadi Magnet para siswanya
(dibagian ini ada sedikit sharing dari saya lho…)
Di bagian satu ada yang bikin saya mak deg, di
halaman 25 dituliskan Hasil survey yang dilakukan UNICEF pada tahun 2006, 90%
guru di Indonesia menghukum murid muridnya dengan cara menyetrap dan membentak,
sedangkan 47% menghukum murid untuk membersihkan WC. Penelitian ini relevan
dengan hasil penelitian saya tahun 2008 walau skopenya tidak sebesar penelitian
UNICEF, hasilnya sama 90% menghukum secara fisik dan psikis.
Alasan guru
menghukum sebagian besar adalah karena murid tidak disiplin, malas belajar,
menunda tugas, lamban, bolos, merokok, mengobrol saat pelajaran, tidak patuh
aturan. Tapi pernahkah guru bertanya mengapa murid bertindak tidak disiplin?
Di halaman
berikutnya juga disampaikan guru mengajarkan kedisiplinan tetapi sering
terlambat masuk kelas, guru melarang muridnya merokok, namun guru tersebut
merokok, guru bicara kejujuran, namun ia mengatur strategi untuk bermain cantik
ketika ujian nasional, guru minta dihargai tapi mereka mencemooh dan
mempermalukan muridnya, guru diskriminatif, melakukan kekerasan dan lain lain.
Jika ingin memperbaiki dan membuat anak anak itu menjadi anak anak yang
berkepribadian dan berkarakter yang baik, guru harus memulainya, karena mereka
teladan bagi muridnya. (p.27)
Sebuah riset
yang dilakukan oleh S. Paul Wright, Sandra Horn dan Wilillam Sanders (1997)
terhadap enampuluh ribu siswa memberi pelajaran berharga kepada semua yang
terlibat dalam dunia pendidikan mengenai betapa pentingnya memperhatikan sosok
guru yang mengajar anak anak. Hasil riset yang mereka lakukan menunjukkan bahwa
faktor paling penting yang berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan belajar
murid adalah guru. Oleh karenanya jika anak anak kurang bergairah saat belajar,
pertanyaan pertama yang harus dijawab secara tuntas sebelum memanggil orang tua
adalah bagaimana guru mengelola kelas dan menjalin hubungan dengan murid
muridnya. Di samping itu ada pertanyaan lain yang harus dijawab, yaitu apakah
guru memiliki integritas pribadi atau tidak. Ini beranti kompetensi saja tidak
cukup. (p.37-38)
Wuih yuuuk
refleksi, tidak ada anak bodoh, tidak ada anak nakal, yang ada kita yang belum
bisa memahami anak anak itu. Kita guru dan orang dewasa yang berada di sekitar
anak anak itu, yang semestinya memahami proses tumbuh kembang anak anak kita.
Dalam memahami proses ini semestinya kita memandang mereka dengan kacamata
mereka, menempatkan diri kita sebagai mereka, untuk kemudian kembali ke
kedewasaan kita untuk dapat berpikir bijak mencari cara mendampingi mereka
dengan tepat
Jreng jreng
jreng mau tau caranya jadi guru efektif, guru “magnet” bagi anak anak, ada cara
AMPUH untuk itu di bagian 2 dari bab 3 – bab 7 dituliskan langkah demi langkah
jitu. Bagaimana kita Asertif dalam bertindak, bagaimana kita menghargai murid,
bagaimana membina hubungan dengan mereka, bagaimana berkomunikasi efektif
dengan murid murid kita, bagaimana membangun keyakinan diri untuk selalu
berpikir positif dan yakin terhadap murid murid kita dan yang terakhir bagaimana
melakukannya tanpa kekerasan dan rasa takut.
Guru yang
pengertian bukanlah guru yang membawa setumpuk peraturan untuk ditaati para
murid, tetapi yang selalu berdialog untuk membuat kesepakatan tentang cara
menjalankan kelas dengan baik dan lancar. (p.76)
Betapa
banyak batasan yang membelenggu pikiran dan sikap manusia. Keyakinan negative,
rasa takut dan cemas yang dialami pada masa lalu sering membuat mereka terjebak
dalam akuarium ganda. Begitu banyak peluang yang datang, tetapi karena
rasa takut mereka tidak segera menangkapnya. Begitu banyak anak anak cerdas
yang tidak diupayakan secara maksimal karena mereka terbelenggu oleh rasa
cemas, kurang percaya diri, rendah diri dan merasa kurang berarti di lingkungan
mereka, anak anak itu tidak mau keluar dari batas batas itu, mereka tidak
sanggup menabraknya, bahkan terus dipertahankan hingga dewasa. Sekalipun
batasan itu menghancurkan kehidupan mereka, sehingga banyak juga yang bahagia
dalam kesengsaraan dan kebodohan (p.106)
Satu paragraf yang cukup membuat saya terhenyak…
Satu paragraf yang cukup membuat saya terhenyak…
Ada lagi yang disebut dengan Sekolah Ramah Anak, Konferensi Segi Tiga, wah yang ini bener bener keren, mau tahu bagaimana
mewujudkan sekolah ramah anak dan yang dimaksud dengan konferensi segi tiga baca
yuuk buku worth it ini, inspiratif!!, semuanya disajikan dengan terinci, mudah
dipahami dan juga mudah dipraktekan. Kuncinya hanya satu, buka hati anda, buka
pikiran anda untuk dapat menerima sesuatu hal yang mungkin baru dan
bertentangan dengan paradigm lama kita. Yuuuk berubah untuk lebih baik, untuk
menjadi guru guru anak bangsa ini, guru guru yang menginspirasi mereka menjadi
manusia manusia yang lebih baik untuk Indonesia yang lebih baik.
Semangaaaattt!!...(^.^)/..
daaaaan sedikit sharing saya ada di bab terakhir hihihi numpang beken.. :) |
sy telah membaca buku ini sy tertarik setelah ketemu Bp. Djoko Wahyono sendiri di Balikpapan ternyata memang bagus dan perlu dibaca oleh para guru di Indonesia supaya mereka benar2 menjadi guru yang dirindukan murid lalu dengan sendirinya murid akan menyukai mata pelajarannya dan akan menguasai pelajaran tersebut
BalasHapus