Selasa, 11 Oktober 2011

Mereka Bosan--Need Space to SIT and DREAM


Betapa santainya Eko si calon walikota
Jangan dikira semua pembelajaran yang saya lakukan bersama anak-anak, membuat mereka betah di kelas bersama saya—di satu saat mereka menyukainya, namun hal tersebut tidak membuat mereka antusias di saat yang lain.

Walau sedih, itulah kenyataannya, saya harus terus mencari cara untuk membuat mereka nyaman. Kadang saat di kelas mereka sudah kelelahan dan tidak mau berbuat apapun, tidak mau bermain, tidak mau jalan-jalan keluar sekolah apa lagi mengerjakan sesuatu yang pake harus mikir.
Kalau sudah begini saya mati kutu, biasanya terus saya tanya mau mereka gimana?, baru deh ada yang pingin tidur, ada yang pingin ngobrol, atau jalan-jalan sana sini atau sekedar melamun.

jadi inget kata-kata AS. Neill, need space to sit and dream...

Sabtu kemaren, karena tipikal kelas XI IS ini sukanya bermain, maka saya buatkan permainan kwartet sesuai materi pelajaran. Pertama kali mereka bermain, mereka terlihat sangat antusias, bahagia, tertawa-tawa karena berhasil mengalahkan temannya, kelas serasa hidup, tak satupun dari mereka yang nggelosor di meja tidur.

Ulya yang pingin tiduran aja daripada bermain

Atau Anggi yang lagi pingin sendiri di pojok sana
Hari ini karena saya  lihat anak-anak belum berubah, sebagian besar dari mereka ingin bermain, namun ada beberapa anak yang tidak mau, baru bermain sekali namun sudah bosan. Ada Ulya yang pingin tidur saja, ada Anggi yang melamun di pojok kelas, ada Fajar yang katanya nggak mau ngapa-ngapain tapi malah bantuin saya gunting-gunting kartu.


Fajar yang katanya tidak mau ngapa2in hari ini

Di kelas yang satu lagi kelas XII, hal serupa saya temui juga, semester ini mereka belajar akuntansi usaha dagang. Saya tidak pernah pakai LKS buatan orang lain, semua worksheet saya buat sendiri. Hari ini malah kompak ada empat anak yang nggelosor di meja, tidur diatas worksheet posting buku besar yang seharusnya dikerjakan hari ini.
Empat anak-anak saya ini tidur di depan meja guru


 Mereka semua kelelahan dengan beban mata pelajaran yang mesti dikuasai, kelelahan mentoleransi dan menyesuaikan diri dengan berbagai macam karakter guru yang berbeda-beda, kelelahan dengan bertumpuknya tugas dan pekerjaan rumah, masihkah kita harus memaksa mereka untuk memahami kita, memahami mata pelajaran yang belum tentu worth it bagi mereka, memaksa mereka untuk mendengarkan celoteh kita, memaksa mereka untuk menghargai dan menghormati kita, memaksa mereka untuk belajar???

2 komentar:

  1. Menarik ..,

    Apakah ada program belajar akuntansi yg yang langsung implementasi ..

    Misal, dibuat tim lima orang, mereka membuat bisnis2 kecil2-an, katakanlah jualan es krim hangat.

    Banyak bisnis kecil yg tidak butuh modal besar bisa diuji coba ...

    BalasHapus
  2. Saya mencoba menjelaskan makna transaksi dengan permainan accounting game atau bermain peran jadi penjual dan pembeli.
    http://untukanakbangsa.blogspot.com/2010/11/belajar-itu-menyenangkan.html
    Kalau yang seperti itu belum saya coba..., sepertinya sangat menarik. Terimakasih idenya...:)

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...