Martin Heddeger 1889 - 1976 |
Di dalam bukunya Being and Time, Heidegger memahami ada daris eluruh realitas yang paling dinamis dengan perkembangan dan perubahan realitas itu sendiri. Konsep ruang dan waktu sangat terkait dengan ada itu sendiri, dan yang mampu memahami dan menanyakan ada adalah manusia itu sendiri, karena manusia memiliki pikiran dan hati untuk mengolah ada.
Konsep Ada menurut pendahulu Heidegger, yaitu Aristoteles, melibatkan dua hal dalam diri seorang yaitu kemampuan berabstraksi, memaknai tentang persamaan diantara perbedaan realitas dan kemampuan berefleksi pada diri sendiri. Pemikiran Heiddeger banyak berpijak pada pemikiran Aristoteles bahwa seluruh sejarah pemikiran manusia adalah sejarah kelupaan akan ada (forgetfulness of being).
Demikianlah cara saya memahami setiap kuliah Prof. Marsigit - saya harus mencari tahu lebih detail terlebih dahulu mengenai materi diskusi diskusinya di dalam kelas. Semakin banyak membaca, semakin banyak yang saya tidak tahu, semakin sering berdiskusi dengan beliau di kelas, semakin saya tidak paham - jadi saya harus terus mencari dan berpikir makna makna yang terkandung dalam setiap diskusi. Tidak di mata kuliah prof saja, tetapi juga saat belajar dengan dosen dosen yang lain.
Diskusi dengan prof. Marsigit tentang konsep Ada ini, bahwa Ada apa = ada, karena yang kita bicarakan yang Ada, apakah Ada itu, yang dimaksud Ada adalah pikiran. Luas dan sempitnya, Ada yang dimaksud adalah ada yang di dalam pikiran, kalau kita tidak menyadarinya, atau dalam keadan tidur, maka tidak ada. Ada yang ada dalam pikiran
Prof. Marsigit - Universitas Negeri Yogyakarta |
Karena sebenar benar yang anda alami dalam pikiran itu yang anda pikiran, tingkatkan dalam spiritualitas, Ada dalam hati, kalau diturunkan, Ada dalam kenyataan atau realitas. Realitas anda dan saya tidak sama, juga realitas Anda dengan realitas Anda sendiri tidak akan pernah sama, karena hidup didunia, terikat dengan ruang waktu yang terus berjalan. Kita dapat memahami Ruang, karena Waktu, memahami Waktu karena Ruang, sehingga dalam filsafat kiamat dikiaskan sangat mudah, hilangkan saja ruang atau waktu
Ada mengapa = adanya mengapa adalah Ada, mengapa Ada karena adanya sesuatu karena Ada, maka Ada yang disebut harus berhenti. Sebagai seseorang yang memiliki keyakinan harus berhenti, ke depan atau ke belakang – ke belakang kiamat, ke depan awalannya. Jadi beriman sangat penting, bahwa dunia ada awalan dan akhiran. Supaya berhenti di awal Ada pertama dan utama yaitu Tuhan
Sebenar benar hidup adalah Ada, Ada di pikiran, karena filsafat adalah olah pikir. Tetapi jika bicara bisnis maka Ada dalam bisnis adalah modal, ada di dalam bisnis, adanya dalam berfilsafat berpikir
Ada bagaimana, bagaimana itu proses, Ada, mengada dan pengada. komponen struktur hidup yang paling sederhana adalah Ada, Ada kalau sudah ditimpa dengan Ada yang lain menjadi Mengada, Mengada kalau sudah menghasilkan Ada yang lain menjadi Pengada – jika diturunkan dalam ilmu industri menjadi input- proses-output. Jarak antara sebab dan pengada, bisa antara ada, pengada, kalau ada ada ada berarti awalnya, jika sebab sebab berarti prosesnya, sebab jika adalah Ada.
Ada atau Being merupakan dasar pemikiran refleksi para filsuf dari jaman
Aristoteles. Saat membaca Novel Filsafat "Dunia Sophie" oleh Jostein
Gaarder - pertanyaan pertama yang diajukan adalah Siapakah kamu? Darimana
datangnya dunia? yang membuat Sophie berpikir darimana dia berasal - bagaimana
dia menjadi Ada.
Dasar Filsafat adalah berpikir, olah pikir yang timbul dari pertanyaan pikir. Demikian pula dengan Ada - banyak Ada yang harus dipikirkan dan direfleksikan bagaimana bisa kita Ada. Namun ujungnya tetap harus berbatas IMAN dan Keyakinan.
Ada bagaimana mengada pengada dijadikan tulisan dialogis elegi di blog Prof. di link berikut:
https://powermathematics.blogspot.com/2010/07/elegi-menggapai-mengada-dan-pengada.html
Sumber pendukung :
https://rumahfilsafat.com/2009/09/02/fenomenologi-ontologi-martin-heidegger/
oleh Reza AA Wattimena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar