di kelas mereka, baru negosiasi perdagangan antar negara |
Kenapa juga harus marah, nilai raport mereka semua diatas kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. Saya katakan ke Orang Tua penilaian kita adalah penilaian proses, seluruh aspek potensi dan karakter setiap anak dilaporkan, tidak hanya kognitif, namun juga afektif dan psikomotor semua dilaporkan baik.
Ketika tanya berapa rangking nya, saya jawab semua anak kelas 11isX rangking SATU .. ;)
Kedua, saat saya harus melaporkan hasil nilai hasil PAS/UAS (ulangan akhir semester) murni, saya tunjukkan kepada orang tua untuk fokus pada nilai baik. "Putra/Putri Bapak Alhamdulillah nilai Baiknya ada 3, Nilai Cukupnya lumayan banyak. Kemudian saat ada nilai kurang, memang satu kelas nilainya kurang, anak anak sepertinya kesulitan pada satu mata pelajaran tersebut".
Sengaja sih, selama ini orang selalu dengan mudah melihat kejelekan orang lain dan dirinya, saya ingin orang tua dan anak anak saya melihat bahwa mereka juga ada baik nya, kemudian mereka juga sensitif melihat kebaikan dan kelebihan orang lain.
Biasa aja sih ya, menurut saya, namun ketika saya cerita apa yang saya lakukan dan katakan ke oarng tua siswa pas membagikan raport, sahabat saya tertawa terpingkal pingkal, dan itu membuat saya bingung, saya aneh katanya
Sekolah impian saya, raport versi pemerintah hanya dibagikan dan ditunjukkan kepada siswa saat mereka lulus, nilai mereka sifatnya rahasia, yang akan saya bagikan setiap semester adalah encourage report, berisi kelebihan mereka, minat mereka, potensi mereka dan bagaimana mengembangkannya.
Selama bersekolah, yang mereka lakukan adalah yang terbaik, tujuan mereka murni belajar menuntut Ilmu, bukan angka semata
Kalau saya bilang impian, berarti maksudnya untuk minimal semua sekolah negeri di Indonesia
bukan sekolah mahal atau sekolah gratis alternatif
supaya semua anak bangsa ini dapat menikmati pendidikan yang sesungguhnya, bukan pendidikan yang terselubung dengan ego orang dewasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar