Selasa, 21 Juli 2015

Sejuta Tapak Andaliman - Mencari Serpihan Akulturasi


Kejutan Danti ini beneran membuat saya amaze..
anak anak Andaliman bisa lanjut nih jadi petualang seperti di 30 Paspor - eh ini kesan awal baca buku itu -

Tapi semakin kesini, eeeeh 30 Paspor kalah sama anak anak SMP ini - maaf ya Prof. Rhenald :)

adalah 16 remaja usia rata rata 15 tahun, melakukan perjalanan besar nya ke dua kota Lasem dan Semarang selama satu minggu, tidak hanya sekedar perjalanan, namun mereka berinteraksi dengan kedua kota tersebut, mereka korek sejarahnya, budaya, kuliner, arsitektur, gaya hidup, agama, bahasa, seni kriya dan juga musik
16 remaja ini didampingi 3 kakak, berpisah dengan orang tuanya, melakukan perjalanannya dengan kendaraan umum dari kota Bandung

celotehan anak remaja, yang polos, jujur dan segar ditulis di buku ini


Mereka menulis kisah perjalanannya dari awal hingga akhir ke dalam semacam buku harian, setiap pengalaman dan rasa baru yang mereka temui dalam perjalanan, mereka ungkapkan kedalam tulisan

Anak anak Andaliman, remaja itu, menulis - ah udah biasaaa- tidaaak itu keren, tidak mudah mengungkapkan perasaan dalam sebuah tulisan

Setiap tugas yang diberikan kakak pendamping, juga menantang mereka, untuk menggali lebih jauh seluk beluk kedua kota tersebut, remaja yang biasanya cuma tahu main game dan sinetron cinta cintaan, sekarang belajar sejarah, berinteraksi dengan orang orang asing, dengan budaya, agama, bahasa dan makanan yang berbeda

Awalnya 16 remaja ini, setiba di lasem menginap di sebuah pondok pesantren - mereka langsung bertemu dengan perbedaan dari makanan (pecel yang nikmat), kamar tidur sederhana, kamar mandi yang baknya ada ikannya, bangun jam 4 pagi tiap hari, berinteraksi dengan santri santri yang ada disana, mereka belajar menghargai perbedaan, karena tidak semua dari mereka Muslim, mereka belajar bersosialisasi, belajar arti kesederhanaan, belajar peduli juga disiplin. Belum fakta yang mereka temui tentang perpaduan tiongkok, belanda dan jawa, juga fakta uniknya batik Lasem
...*mereka jadi "kaya" dan saya iri se iri irinya

demikian pula saat mereka di Semarang - gak cerita ah, biar kepo... -

Saya yang orang Solo dan lama tinggal di Salatiga, beneran tidak tahu betapa kaya nya Lasem dan Semarang.........*malu bangett


yang keren lainnya lagi adalah, mereka tidak sekedar melakukan perjalanan, namun juga riset tentang arsitektur, kuliner, gaya hidup, pakaian, agama, bahasa, seni kriya dan musik di kedua kota tersebut, keren dobel lagi, hasil riset mereka tidak disajikan ke dalam tulisan tulisan berat karya ilmiah namun dalam bentuk fiksi yang ringan dan bermakna - dan saya nggak heran kalau pak Anies-Mendiknas mengapresiasi dengan memberi kata pengantar pada  buku ini

Iri saya pertama adalah, 15 tahun?... saya umur 15 tahun ngapain??... hiks
Iri kedua saya nggak se "kaya" remaja 15 tahunan itu
Iri ketiga adalah ide kreatifitas kakak kakak Andaliman....*mupeng belajar banyak dengan mereka

tapi lho tapi, setelah baca buku ini, galau saya banyak berkurang, saya dua hari lagi akan hijrah, di tempat yang bener bener baru, baru segalanya - saya merasa lebih mantap akan bisa menikmatinya, seperti anak anak Andaliman menikmati perjalanan besar mereka

Terimakasih inspirasinya ya Andaliman, saya banyaaaak belajar dari kalian

Semangaaatt!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...