Senin, 10 November 2014

I always break the rules



Perasaan ini galau atau gemes, saya sendiri juga nggak tahu.
Intinya masih sama, saya resah dengan pendidikan kita saat ini

Atau saya resah sama diri sendiri ya...

Sejak tahun 2007 sampai sekarang masih sama, malah semakin mantap...
Sumpah saya beberapa bulan ini males ngomongin pendidikan kita,  pokoknya baru males aja, yang dibahas itu itu saja, kalau saya nulis sesuatu di sebuah grup guru, biasanya akan saya tinggal begitu saja, saya males baca komentar dibawahnya, daripada ilfill mending nggak deh...
Tapi, gara gara baca artikel pak Rhenald juga buku 30 paspor, juga diskusi sedikit sama Irma kemarin, kayak ada yang narik...heeey jalur mu udah bener terusin aja. Apalagi pak Rhenald yang Professor saja juga mengalami hal yang sama seperti saya, dikucilkan dan dimarah sana sini


Saya guru yang tidak bisa memaksakan materi yang saya ajarkan dikuasai murid murid saya. Sekarang bayangkan saja, gimana bisa saya ngajar, jika pikiran anak anak di kelas baru kalut karena akan menghadapi ujian pertama mereka dengan guru yang galak, mereka takut salah, takut dimarah dan takut nilainya jelek. 
Gimana saya bisa ngajar, jika anak anak baru kalut karena tugas setumpuk, yang harus selesai hari itu, gimana saya bisa ngajar, jika anak anak kelaparan karena nggak sempet sarapan dari rumah.

Suasana seperti itu biasanya akan saya beri waktu mereka full  dijam pelajaran saya, saya akan terima berbagai keluh kesah dan curhatan mereka, saya berusaha membesarkan hati mereka dan menguatkan mereka, demikian pula mereka bisa mengikuti pelajaran saya dengan makan pagi dulu di kelas.

I always break the rules

Saya pernah juga berpikir gimana jika suatu saat pengawas tiba tiba masuk kelas, dan melihat bahwa saya mengajar tidak sesuai silabus dan RPP. Itulah mengapa kadang saya berpikir, saya nih pantes nggak sih jadi guru

Tapi di sisi yang lain, saya juga dihadapkan pada kenyataan bahwa, anak anak itu memang harus ditempa menghadapi berbagai kesulitan dan kita tidak boleh dengan mudah membantu dan melindungi mereka, nanti mereka jadi manja dan tidak mandiri. Oke tapi dilihat dulu konteksnya.Worth it nggak?...
Jika mereka dimarah dan dipermalukan Cuma gara gara sepatu atau ikat pinggang, ya percuma – bisa nggak kasih alasan masuk akal kenapa semua itu harus seragam? Penting gak sih? TAPI saat mereka curang, mencontek, buang sampah sembarangan, didiemin aja, gak ada solusi yang berarti untuk membuat mereka tidak mencontek atau merubah kebiasaan mereka untuk tidak buang sampah sembarangan?

Kebetulan materi saya di kelas X usia (14-15 th) adalah otoritas jasa keuangan, saya minta mereka di 3 jam pelajaran hanya mencari tiga hal, sejarah OJK atau apa yang melatar belakangi pemerintah mendirikan OJK, kemudian tujuan dan tugas OJK, mereka boleh mencari jawabannya dimanapun dengan cara apapun. Minggu berikutnya berdasarkan apa yang mereka temukan saya minta mereka untuk retell dengan kata kata mereka sendiri artikel berita tentang OJK yang saya ambil dari internet, Cuma retell doang pake kata kata mereka sendiri, terus apa yang mereka tuliskan berdasarkan artikel tersebut secara bergiliran dibaca oleh teman yang lain

Tahu nggak sih setelahnya kok malah kita diskusi seru tentang berbagai macam investasi dan rencana mereka saat tabungan mereka sudah terkumpul nanti, oya anak anak ini sejak awal tahun pelajaran sudah nabung pakai sistem my money trip

Tahu nggak sih siapa yang nggak haru mereka mulai mau merencanakan perjalanan uang mereka, apa investasi mereka dan apa usaha mereka nanti. Rinci lho sampai tahun dan umur mereka juga tertera disana. Satu hal yang tidak pernah kepikir sama saya pas SMA dulu, ngerti juga nggak
Kalau seperti ini mereka akan melakukannya dengan rela hati, karena mereka tahu itu worth it buat mereka, mereka nggak akan lagi melakukannya karena nilai semata
Saya juga nggak perlu mengancam mereka menakut nakuti dengan nilai raport de el el
Demikian pula dengan materi pelajaran saya yang lain, saya membuat mereka memahami manfaat dari apa apa yang mereka pelajari kelak, walau ada sih yang tetep susah karena terlalu abstrak

Itulah kelemahan saya, saya tidak bisa memaksa anak selalu on mengikuti pelajaran saya, pun setelah saya jelaskan manfaatnya, jika ada tugas saya akan memberi kebebasan buat mereka untuk memutuskan untuk mengerjakan atau tidak, nggak, juga nggak papa bangett. Saya mau semua yang mereka pelajari worth it dan motivasi mereka memang untuk tahu ilmunya bukan nilai. Saya mau mereka tahu, saya menghargai apapun keputusan mereka

Saya mau mereka belajar gagal, dan salah dari situ

Demikian pula dengan soal ujian tengah semester, saya ingin mereka beropini, soal saya cuma tiga artikel pendek pendek sesuai dengan materi yang saya ajarkan, kemudian saya minta mereka beropini tentang permasalahan yang ada di artikel tersebut dengan kenyataan yang mereka hadapi. Mereka sih seneng seneng aja walau sulit karena ini pertama kali mereka dapet soal yang membuat mereka sungguhan berpikir, nggak ngapal dan yang pasti nggak mungkin mencontek kan?

semua yang saya lakukan di kelas nggak sesuai dengan aturan silabus, juga aturan pembuatan soal, karena soal UTS harusnya 10 soal essay, sehingga nggak bisa dipakai untuk isi form analisis soal.

Gitu deh, karena kalau saya sesuai aturan, nggak sesuai dengan hati nurani, gimana doong
Kalau saya dipecat, padal saya cinta banget jadi guru

4 komentar:

  1. ... kalau ada pengawas masuk kelas ? Itu adalah saat yang saya tunggu2 :) Saatnya untuk menjelaskan kpd otoritas yg konon 'mengawasi' proses pendidikan. Kalau dia pengawas pendidikan betulan, maka saya pede abis, dia akan mengerti. Kalau dia cuma tukang baca buku manual, maka saatnya bagi dia utk mendapatkan pengetahuan baru ;) Jika pengawas ini ngeyel, maka saya akan menjelaskan dgn cara yg beliau pahami (semoga). Kalau dia mengancam, maka ini bagian yg paling HOT .. saya akan rekam ancamannya, lalu saya akan sebar via medsos.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siyaaaappp... terimakasih :)
      Semangaaattt!!...(^.^)/...

      Hapus
  2. Mbak Amel, sungguh senang bisa mengenal seorang guru yang kreatif dan inovatif seperti Anda. Saya rasa Anda harus mulai menjadi gurunya guru dengan mulai menyebarkan semangat 'out of the box' Anda ini. Sampeyan ditunggu guru-guru di Aceh Timur. Sediakan waktu ya...!

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...