Judul Asli: Die Schule, die nie aus ist oleh Der Spiegel
Diterjemahkan oleh : Novel Meilanie <novelmeilanie@seamolec.org>
Diterjemahkan oleh : Novel Meilanie <novelmeilanie@seamolec.org>
At the new schools in Holland there will be no blackboards, chalk or classrooms, homeroom teachers, formal classes, lesson plans, seating charts, pens, teachers teaching from the front of the room, schedules, parent-teacher meetings, grades, recess bells, fixed school days and school vacations. Here, German high-school students using tablet computers in class sumber : http://www.spiegel.de/fotostrecke/photo-gallery-learning-from-a-tablet-fotostrecke-98547-3.html |
Setiap anak belajar, kapan saja dia mau, di mana saja dia mau, dan apa saja yang dia mau. Tidak ada lagi buku-buku tapi juga bukan berarti sedang berlibur. Sekolah i-Pad pertama telah dibuka Di Belanda.
Think different. Bagi Steve Jobs- Pimpinan Apple- kata-kata ini bukan sekedar slogan melainkan ide-ide yang ada di kepala mengenai industri komputer, cabang-cabang musik, dan telepon seluler. Ke depan digital visioner ini ingin mengubah sekolah dan buku dalam bentuk-bentuk digital, sayang penyakit kanker datang terlebih dahulu.
Apa yang dulu dicita-citakan oleh Steve Jobs, kini bisa disaksikan di Belanda. Bulan Agustus telah dibuka sebelas “Sekolah Steve Jobs”, antara lain di Amsterdam, Almere, Sneek, dan Emmen. Ribuan anak-anak yang bersekolah di sana berusia 4-12 tahun, tanpa kertas, tanpa buku dan ransel, tapi iPad dalam genggaman.
Papan tulis, kapur, dan kelas-kelas ditiadakan, begitu juga dengan guru kelas, OSIS, pelajaran, peraturan tempat duduk, pena, pembelajaran frontal, jadwal pelajaran, perkumpulan orangtua, nilai, bel istirahat, kalender sekolah, dan liburan sekolah. Tidak masalah jika anak-anak lebih ingin bermain dengan iPad nya dibanding belajar, karena apa yang dia ingin pelajari tergantung dari rasa penasarannya sendiri.
Di kota Breda, dekat Rotterdam calon Direktur Sekolah Steve Jobs, Gertjan Kleinpaste, 53, tengah mempersiapkan revolusi di bidang pendidikan tersebut. Sekolah iPad-nya yang terletak di Schorsmolenstraat dalam waktu dekat akan menjadi pereformasi pedagogi yang kemungkinan besar akan diikuti oleh seluruh negara-negara di dunia.
Sayangnya bangunan bekas TK yang menyenangkan tidak dalam kondisi yang bagus. Daun-daun menutupi taman setebal lutut. Dinding-dindingnya harus segera diberi lukisan. Bahkan urusan kontrakpun masih belum jelas. Klainpaste meyakinkan bahwa sampai tanggal 13 Agustus semuanya sudah selesai, katanya walaupun dia tetap terlihat stres.
Tahun lalu dia masih menjadi Kepala Sekolah yang memiliki tiga buah computer. Hal ini membuat dia frustasi, “sudah tidak jamannya lagi”, katanya. Ke depan Kleinpaste adalah bagian dari digital avant-garde. “apa yang kita lakukan saat ini, di tahun 2020 akan terlihat normal-normal saja”, lanjutnya meyakinkan.
Setiap hari kerja, Sekolah Steve Jobs dibuka dari pukul 7.30-18.30. Para siswa datang dan pergi, kapanpun mereka suka, asal masih di rentang waktu antara pukul 10.30-15.30. Hanya ketika Natal dan tahun baru sekolah ditutup. Liburan dilakukan oleh keluarga kapanpun mereka mau. Tidak ada seorangpun siswa yang takut akan ketinggalan pelajaran, karena toh memang tidak diberikan.
Pelajaran akan secara langsung disampaikan oleh guru di kelas sebagai pengecualian. Normalnya siswa-siswa belajar melalui iPad- -kapan pun mereka mau- dengan memilih pelajaran di App, sejenis buku multimedia yang interaktif.
Pelajaran diprogram seperti permainan, termasuk dengan suara dan animasi. Dalam setiap latihan, para siswa akan dikoreksi seperti dalam permainan computer. Mereka tidak harus menyelesaikan satu bab dalam dalam satu waktu seperti dulu. Hal ini disebabkan, karena tiap anak memiliki temponya sendiri-sendiri untuk mencapai level berikutnya. Dalam hal tersebut, guru akan membantu, tidak sebagai pengajar melainkan sebagai teman belajar. “Interaksi antara murid dan guru adalah pondasi pengajaran”, jelas Kleinpaste.
Sekolah-sekolah seperti ini tidak pernah usai. Tidak penting, apakah siswanya belajar melalui iPad di rumah, pada akhir pekan, atau pada saat liburan. Semakin besar kebebasan yang diberikan, sebaliknya semakin besar kontrol terhadap mereka. iPad akan memberi informasi kepada guru dan orangtua secara terus-menerus, apa yang anak-anak lakukan, apa yang dia bisa kerjakan, dan seberapa menguasai. Apabila aplikasi matematika tidak memberikan kesenangan dan hasil yang bagus, guru akan menyediakan pilihan lain yang lebih baik. Dalam hal ini Apples App-Store tidak akan kehabisan persedian program pelajaran.
Menghitung, membaca, dan pengertian membaca adalah pengetahuan inti dalam pendidikan dasar. Tulisan yang bagus adalah kebutuhan nomor dua, baik bagi mereka yang rajin, tapi bukan merupakan isu penting.
Setiap enam minggu sekali guru, orangtua, dan murid menentukan bersama-sama apa yang akan dicapai pada periode berikutnya. Untuk itu mereka bisa bertemu di sekolah atau secara maya melalui skype. Era sepuluh menit sekali setahun diskusi bersama orangtua telah berlalu.
Dan ketika anak-anak tidak sedang sibuk dengan iPad, mereka masih bisa melakukan hal-hal normal layaknya anak-anak. Menggambar, merangkai, bermain, olahraga adalah keseharian bagi anak-anak Sekolah Steve Jobs.“Di sekolah ini tidak dimaksudkan, bahwa anak-anak hanya duduk di depan layar,” jelas Kleinpaste.
Debbie Hengeveld, 41, berpendapat bahwa konsep sekolah ini sangat meyakinkan. Dia telah mendaftarkan kedua anaknya, Freeke usia tujuh tahun dan Joep sepuluh tahun ke sekolah ini. “Anak-anak ingin belajar dari kemauannya sendiri, dengan cara ini mereka bisa tetap menjadi diri mereka sendiri tanpa campur tangan berlebihan dari guru dan jadwal pelajaran”, kata Hengeveld.
Inisiator dari Sekolah iPad adalah seorang peneliti, Maurice de Hond, 65, dari Amsterdam. De Hond adalah seorang pengagum digital yang bangga terhadap programnya, yang telah dijalankannya sejak tahun 1965. Anak perempuannya, Daphne, yang lahir tahun 2009 lah memberinya petunjuk.
Daphne belajar menggambar pada usia tiga tahun dengan bantuan karakter dari iPad-App. Dia melakukan hal tersebut dengan senang hati dan tanpa kesulitan, suatu hal yang selalu mencengangkan de Hond setiap harinya. “Kita sedang mengalami revolusi anak-anak”,katanya. Generasi ini mengetahui kehidupan nyata dan maya secara bersamaan sebagai satu kesatuan.
“Di rumah Daphne belajar multimedia dengan ritmenya sendiri secara alamiah”, kata de Hond. “Kenapa dia harus pergi ke sekolah seperti halnya ke museum, dengan papan tulis, kapur dan guru. Itu namanya kita mempersiapkan anak-anak untuk dunia yang sudah tidak ada lagi” katanya agak marah.
Oktober 2011 bersamaan dengan meninggalnya Steve Jobs di California, de Hond memutuskan melakukan sebuah revolusi di Belanda. Dalam beberapa minggu, guru-guru yang frustasi, para professor pedagogi dan lusinan orangtua murid membuat afiliasi dengan de Hond. Mereka bersama-bersama membentuk Sekolah iPad. Dalam waktu yang bersamaan mereka juga membentuk grup-grup di banyak kota untuk membangun Sekolah iPad, hal yang relatif mudah dilakukan di Belanda.
Partai-partai di parlemen, disebutkan oleh Koran “De Volkskrant” dalam sebuah polling, mendukung ide pembuatan Sekolah iPad. Hanya Geert Wildert dari Rechtspopulist yang menentang. Mereka menginginkan sekolah yang” lebih terstruktur”.
“Gerakan ini tidak bisa dihentikan”, kata de Hond. “Saya akan sangat kecewa, apabila Agustus tahun depan tidak bisa mendirikan minimal empat puluh Sekolah Steve Jobs”. Masing-masing Sekolah Steve jobs akan dibiayai oleh pemerintah dan terbuka untuk semua anak-anak. Orangtua yang tidak bisa membeli iPad bisa mendapatkan bantuan dari Dana Solidaritas.
Apakah sekolah tersebut akan benar-benar bernama Sekolah Steve Jobs, masih dipertanyakan. “Kami ingin menghormati Steve Jobs dengan cara seperti ini”, kata de Hond. Sampai saat ini de Hond belum memberitahu Apple maupun istri Steve Jobs mengenai sekolah tersebut.
Versi Bahasa Inggris :http://www.spiegel.de/international/europe/new-ipad-schools-in-holland-hope-to-revolutionize-education-a-907936.html
Versi Bahasa Inggris :http://www.spiegel.de/international/europe/new-ipad-schools-in-holland-hope-to-revolutionize-education-a-907936.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar