Selasa, 30 Oktober 2018

Filsafat ala Prof. Marsigit

Prof. Marsigit, Selasa, 23 Oktober 2018
Satu mata kuliah yang membuat kepala panas adalah Filsafat Pendidikan, tiga kali quiz selalu dapat 0.
0 atau nulisasi adalah salah satu program pak Prof. - yang bermakna supaya kami khususnya saya, tidak jadi orang yang sombong, balik ke zero, untuk terus belajar, melihat dan merasa.

Sebenar benar filsafat adalah penjelasanmu, tapi tidak sekedar penjelasanmu, tapi harus merefer dengan pemikiran para filsuf, dari Aristoteles, Socrates, Descartes, Humm, sampai Immanuel Kant dst. Prof, diawal perkuliahan menekankan dan mengingatkan sebelum belajar filsafat dan memahami pendapat para filsuf, ingat kebenaran mutlak milik Allah, dan dasar kehidupan adalah keimanan Agama. Titik !!! -

Penjelasan yang merefer dari para filsuf dasarnya pikiran - kalau tidak berpikir bukan berfilsafat - maksudnya dasar filsafat adalah bagaimana kita berpikir, karena pikiran dan hati adalah batas filsafat.
----
Saya merasa kesulitan menulis sesuatu yang belum saya pahami seperti ini - kemudian saya mencoba untuk membaca beberapa referensi ketemulah artikel yang menjelaskan filsafat (walau sedikit) sepertinya yang di kepala ini mulai sambung menyambung perlahan dengan penjelasan Prof. Marsigit

Awalnya filsafat dibagi menjadi dua sisi - tetap dan berubah.
Tetap tokohnya Parmenides, "terus stabil", pemikirannya ditulis dalam bentuk puisi, lawannya Herakleitos, memiliki pemikiran mengenai perubahan pada alam semesta, tidak ada satupun di alam semesta yang sifatnya permanen, ia terkenal dengan quotenya "panta rhei kai uden menei" yang berarti, semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.

Dua aliran ini selanjutnya beranak pinak penganut aliran parmenides, koherentism, idealism, abstrak, teori, konsep, aksioma, logika, formalism, rasionalism, descartes analitik-apriori, konsisten, sintak, analitik, scepticism, demikian pula dengan penganut pemikiran aliran Herakleitos selanjutnya adalah realism-aristoteles, realitas, kontradiktif, kenyataan, intuitis, bayangan, pengalaman, model, pluralism, sintetik, naturalis (D.Hume)

Sekitar tahun 1600, terkistralisasi antara dua kutub - rasionalism, tiadalah ilmu tanpa logika, dan penganut herakleitos, tiadalah ilmu jika tidak berdasarkan kenyataan, lahirlah pemikiran Immanuel Kant tentang Sintetik Apriori - bukunya yang terkenal adalah The Critic Of Pure Reason, jadi kant mengkritisi dua aliran tersebut dengan pemahaman bahwa Kant ingin tetap mempertahankan objektivitas, universalitas, dan kenicayaan pengertian, namun bertitiktolak pada fenomena. Jadi pengetahuan dicapai lewat perpaduan antara konsep dengan pengalaman. Sintesis apriori, bermuara pada analisis transedental mengenai pengetahuan manusia. Penekanan Kant, pada pengandaian dalam akal budi manusia mesti diterima supaya simpulan ilmiah bisa dipertanggungjawabkan. Kant mendamaikan dua kutub, karena semua unsur penting menjadi ilmu, sehingga sebenar sebenar ilmu harus bersifat sintetik apriori.  Kajian dari filsafat adalah pemikiran para Filsuf. dan tahun 1600an ini kemudian disebut zaman modern menurut filsafat, terus post modern kalau sekarang kita sudah berada di jaman kontemporer

Setelahnya kemudian lahirlah pemikiran Aguste Comte - comte juga ingin mendamaikan perdebatan antara dua kubu tersebut - sekarang ini yang terpenting adalah apa kontribusinya untuk membangun dunia, yang gawat kliwat gawat, dan semuanya tergantung apakah manusia punya ilmunya atau tidak.Menurut Comte untuk membangun dunia tidak perlu agama, karena agama tidak logis.

Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang filsuf Perancis yang dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran. Comte juga merupakan Tokoh yang pertama memciptakan istilah sosiologi, sehingga ia mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi Dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/August_Comte)

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Auguste_Comte.jpg
Comte berpendapat jawaban tentang perkembangan sosial harus dicari dari karakteristik yang membedakan manusia dan binatang yaitu perkembangan inteligensinya. Comte mengajukan tentang tiga tingkatan inteligensi manusia, yakni teori evolusi atau yang biasa disebut hukum tiga tahap yaitu:
1) Tahap teologis 
Dimulai sebelum tahun 1300 dan menjadi ciri dunia. Tahap ini meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini dikendalikan oleh kekuatan supranatural yang dimiliki oleh para dewa, roh atau tuhan. Pemikiran ini menjadi dasar yang mutlak untuk menjelaskan segala fenomena yang terjadi di sekitar manusia, sehingga terkesan irasional.
Dalam tahap teologis ini terdapat tiga kepercayaan yang dianut masyarakat. Yang pertama fetisysme (semuanya) dan dinamisme yang menganggap alam semesta ini mempunyai jiwa. Kemudian animisme yang mempercayai dunia sebagai kediaman roh-roh atau bangsa halus. Yang kedua politeisme (memilih), sedikit lebih maju dari pada kepercayaan sebelumnya. Politeisme mengelompokkan semua dan kejadian alam berdasarkan kesamaan-kesamaan diantara mereka. Sehingga politeisme menyederhanakan alam semesta yang beranekaragam. Contoh dari politeisme, dulu disetiap sawah di desa berbeda mempunyai dewa yang berbeda. Politeisme menganggap setiap sawah dimanapun tempatnya mempunyai dewa yang sama, orang jawa mengatakan dewa padi yaitu yaitu dewi sri. Yang terakhir, monoteisme yaitu kepercayaan yang menganggap hanya ada satu Tuhan. Dalam tahap teologis kami dapat mencontohkannya sebagai berikut bergemuruhnya Guntur disebabkan raksasa yang sedang berperang.
2) Tahap metafisik
Tahap ini terjadi antara tahun 1300 sampai 1800. Pada tahap ini manusia mengalami pergeseran cara berpikir. Pada tahap ini, muncul konsep-konsep abstrak atau kekuatan abstrak selain tuhan yakni alam. Segala kejadian di muka bumi adalah hukum alam yang tidak dapat diubah. Contoh, pejabat negara adalah orang yang berpendidikan dan telah mengenal ilmu pengetahuan namun ia masih saja bergantung dan mempercayai kekuatan dukun.
3) Tahap positivisme 
Pada tahap ini semua gejala alam atau fenomena yang terjadi dapat dijelaskan secara ilmiah berdasarkan peninjauan, pengujian dan dapat dibuktikan secara empiris. Tahap ini menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dan segala sesuatu menjadi lebih rasional, sehingga tercipta dunia yang lebih baik karena orang cenderung berhenti melakukan pencarian sebab mutlak (Tuhan atau alam) dan lebih berkonsentrasi pada penelitian terhadap dunia sosial dan fisik dalam upayanya menemukan hukum yang mengaturnya. Contoh, tanaman padi subur bukan karena akibat kehendak dewi Sri melainkan akibat dari perawatan dan pemupukan yang baik.
Sumber: http://blog.unnes.ac.id/hafidsetiaji/2015/11/08/3/

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Stephen_Hawking_050506.jpg
Beberapa abad kemudian, pendukung pendapat Comte tentang Tuhan adalah Stephen Hawking, Hawking menyatakan bahwa ia "tidak setaat orang-orang pada umumnya" dan ia percaya bahwa "alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan". Hawking mengatakan: Ada perbedaan mendasar antara agama yang didasarkan pada perintah [dan] sains yang didasarkan pada pengamatan dan nalar. Sains akan menang karena selalu terbukti.
 "Hukum-hukum [sains] ini bisa jadi ditetapkan oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak campur tangan untuk melanggarnya," kata Hawking.
Dalam wawancara di The Guardian, Hawking memandang konsep surga sebagai mitos. Ia yakin bahwa "surga atau akhirat itu tidak ada" dan hal-hal seperti itu "hanyalah dongeng bagi orang-orang yang takut kegelapan".
Pada tahun 2011, ketika menarasikan episode pertama seri televisi Curiosity di Discovery Channel, Hawking mengatakan: Kita bebas percaya apapun, dan saya memandang bahwa penjelasan paling sederhananya adalah Tuhan itu tidak ada. Tidak ada sosok yang menciptakan alam semesta dan tidak ada pula yang menentukan nasib kita. Pandangan ini membuat saya sadar akan hal lain. Mungkin surga itu tidak ada. Demikian halnya dengan akhirat. Kita hanya hidup sekali untuk menikmati besarnya alam semesta ini. Saya sangat bersyukur atas nikmat tersebut.
Pada September 2014, ia hadir di Starmus Festival sebagai pembicara dan mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang ateis.Dalam wawancara dengan El Mundo, ia berkomentar: Sebelum kita paham ilmu pengetahuan, wajar saja kita percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Namun, sains kini memiliki penjelasan yang lebih meyakinkan. Ketika saya mengatakan 'kita akan mengetahui isi pikiran Tuhan', maksud saya adalah kita akan tahu semua hal yang diketahui Tuhan, itu pun seandainya ada Tuhan, dan memang tidak ada. Saya seorang ateis.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Stephen_Hawking

Istighfar ya...
Sementara ini *end dulu ...

Sumber : Kelas kuliah filsafat pendidikan oleh Prof. Marsigit, Selasa,  23 Oktober 2018 dan  https://powermathematics.blogspot.com/

1 komentar:

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...