Minggu, 17 Februari 2013

Dare to Dream... (^.^)/..



Anak ini tidur sepanjang pelajaran, dan yang lain duduk santai

Saya mengajar di 3 sekolah, yang kebetulan sangat berbeda karakteristiknya, SMK, MA, SMA, di sekolah yang terakhir ini, saya banyak menemukan hal yang menarik, seperti siswa yang cuek sama gurunya, berani membantah, sangat ketakutan dengan Ujian Nasional dan sangat sibuk dengannya, sering tidak mood belajar, hobi nggelosor di meja. Kebetulan yang saya sampaikan bukan mata pelajaran yang diUNkan yaitu Kewirausahaan. 

Program saya pertama adalah membangun mimpi dan memvisualisasikan mimpi mereka. Saya ingin membangunkan mereka bahwa dunia itu tidak selebar daun kelor, bahwa mereka memiliki banyak pilihan, bahwa mereka berhak membangun mimpi mereka, bahwa banyak hal yang menarik selain apa yang mereka peroleh di sekolah selama ini.

Anak anak memvisualisasikan mimpi mereka
Pertama kali untuk membangkitkan mereka, saya putar sebuah video tahun 2008 milik seorang mahasiswa IPB yang berhasil meraih mimpi-mimpinya. Oh Come on wake up, bukan hanya UN yang ada di dunia ini!!
Iya saya punya misi, membuat mereka "melek", untuk tidak terlalu khawatir tentang ujian nasional karena mereka memiliki banyak hal besar yang bisa mereka raih with or without UN

Setelahnya saya minta mereka untuk membuat list mimpi mimpi mereka dan memvisualisasikannya, di tempel di kertas dan nanti dikumpulkan untuk di scan, diset via corel terus print mmt besar, di tempel di kelas mereka.  Kertas mimpi mereka yang sudah di scan, di tempel di meja belajar atau kamar mereka, dan mimpi mimpi anak anak satu kelas ada di kelas mereka. 


Namun tetap saja ada beberapa anak yang tidak mau mengerjakan, ketika mereka minta syarat, jika mengerjakan mereka minta nilai mereka diatas KKM 75.  Hahahahaha.... (tertawa sedih dalam hati)
Saya katakan, yang mereka lakukan tidak akan saya nilai, terserah mereka mau membuat atau tidak, jika mereka merasa tidak ada manfaatnya untuk mereka, ya sudah tidak usah dibuat.

Dan ada sekitar dua kelas yang anak anaknya sebagian besar tidak mau mengerjakan. Cool paling tidak mereka berani mengungkapkan keberatan mereka. ya gak...  :)

Dari 6 kelas yang saya ajar tersebut, baru satu kelas yang menyelesaikan proyek mimpinya, yaitu kelas XII Bahasa. Kereen saya tidak menyangka mereka kreatif dan antusias, Apa yang mereka lakukan hasil karya ini, ternyata membuat panas kelas kelas yang lain, mereka jadi tambah antusias untuk segera membuat dan menempelnya di belakang kelas. By the way jadi sudah pada lupa sama permintaan "diatas KKM" nya hehehe
Di belakang itu, mimpi mereka. keren ya...
semua mereka buat sendiri lho :). Kata mereka
You will see this faces nine years later, becoming
What they was written in here

Proyek mimpi ini dilaksanakan di 6 kelas XII yang saya ajar. Hmm saya jadi berpikir untuk meminta space di sekolah itu, anak anak ini akan lulus 3 bulan lagi, MMT besar mimpi mereka ditempel di sebuah tembok mimpi di sekolah, jadi suatu saat jika mimpi mereka terwujud, mereka datang ke sekolah untuk menandatanganinya agar menginspirasi adik adik kelas dan orang orang di sekitar mereka TO DARE TO DREAM... :)

Setelah proyek pertama ini selesai, saya adakan "ulangan", ulangan versi saya adalah menulis opini tentang beberapa bacaan inspiratif, saya beri mereka tiga cerita tentang Dare to Dream by Andrie Wongso, Tukang Kayu dan Hidup tidak Linier-Bob Sadino, saya minta mereka untuk memilih salah 2 dari tiga cerita tersebut untuk kemudian menulis opini mereka setelah membacanya.
Dare to Dream, pada intinya bercerita mengenai mimpi besar seorang anak ingusan dan miskin
Someday when I grow up, I am going to have a big house up on the hill with beautiful scenery around, surrounded by small cottages for rest places. Among the house, there would be pine trees and the other shady trees. There would be a flower garden with various flowers and colors. There was also an orchard with all the most delicious fruits ever existing which could be plucked by the host and the people around. I will be a successful and happy man together with my big family and guest who go there, mimpi anak ini sempat dicemooh teman temannya termasuk gurunya, sampai guru ini mengancam tidak akan memberi nilai, jika minggu depan anak ini tidak mengubah mimpinya. Karena mereka hidup di desa yang sangat miskin, anak ini ada di sekolah miskin mimpi ini sungguh tidak masuk akal. 30 tahun kemudian, saat guru (masih jadi guru di sekolah desa) ini mengajak murid muridnya jalan jalan, beliau menemukan sebuah rumah besar a big house up on the hill with beautiful scenery around, surrounded by small cottages for rest places. Among the house, there would be pine trees and the other shady trees. There would be a flower garden with various flowers and colors. There was also an orchard with all the most delicious fruits ever existing which could be plucked by the host and the people around. Rumah milik anak ingusan itu ... :)

Cerita kedua tentang Tukang Kayu yang selama hidupnya selalu menghasilkan karya terbaik, hingga tiba di proyek terakhir yang ditugaskan perusahaannya untuk membangun sebuah rumah, karena sudah bosan dan tua, si Tukang Kayu mengerjakan proyek terakhirnya dengan asal asalan, dengan bahan yang murah dan jelek. Setelah selesai mengerjakan, ternyata perusahaan menghadiahkan proyek tersebut untuknya. Jadilah penyesalan yang sia sia ...

Cerita ketiga, saya ambil cerita wawancara Bob Sadino tentang hidup tidak linier, disitu diceritakan bagaimana kisah hidup om Bob, yang tanpa rencana, tanpa tujuan, mengalir saja dan juga pernyataannya tentang sekolah itu racun ... :)
Saya terharu membaca opini-opini mereka, ada yang mengatakan penyesalannya karena selama 17 tahun hidupnya, dia merasa menyianyiakan waktunya, ini disadarinya saat membaca kisah Tukang Kayu. Ada lagi yang merasa aneh dan bingung membaca cerita om Bob, -banyak yang seperti ini- rata rata mereka menyatakan cerita om Bob ini tidak masuk akal, masak sekolah itu racun? masak nggak punya rencana n tujuan?, namun banyak juga yang menyetujui pernyataan pernyataan om Bob, jika dihitung prosentase antara yang setuju dan tidak sekitar 70% dan 30%.
Yang menulis opini tentang Dare to Dream, kebanyakan membuat mereka yakin akan mimpi mimpi mereka yang sudah dibuat sebelumnya, bahkan ada seorang anak yang meyakinkan ibunya, bahwa mimpi besar yang disangsikan ibunya itu akan terwujud .. cool.. :)

Jadi ulangan mereka hampir semua dapet 100.... senangnya... hehe

Setahun kemudian....ini yang terjadi http://untukanakbangsa.blogspot.com/2014/08/bahagianya-jadi-guru.html

4 komentar:

  1. Sangat menginspirasi mbak, semangat dalam mendidik putra-putri bangsa ! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih... sama sama semangaaatt yaa..(^.^)/..

      Hapus
  2. Terima kasih atas sharenya,,, ternyata realita yg saya hadapi tidak jauh berbeda... semoga sukses selalu...

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...