Jumat, 13 April 2012

Ceritaku tentang--Cinta Yang Berpikir--

Tahun 1998 - 2005 saya adalah guru paling kejam di dunia, saya sering menyakiti anak-anak saya sebagai dalih untuk melecut semangat mereka, menyakiti mereka tanpa tahu latar belakang mengapa mereka melakukan kesalahan, menyakiti mereka tanpa tahu beban belajar mereka yang banyak, menyakiti mereka tanpa tahu liku-liku kehidupan mereka.

Titik balik saya, saat saya berkeluh kesah dengan seorang teman, pak Mahfudz (beliau ini orang tua Muhammad Izza Ahsin pengarang buku Dunia Tanpa Sekolah), karena nilai anak-anak jauh dibawah KKM bahkan setelah remidi. Apa jawab beliau "Caramu salah"--teman yang selalu mendukung apa yang saya lakukan, mendukung model pembelajaran yang saya gunakan, tega bilang saya salah?....*lebay ah
Kemudian beliau menyarankan saya untuk membaca buku-bukunya, adalah Summerhill School AS Neill, Menjadi Manusia Pembelajar - Andrias Harefa, Sekolah saja tidak pernah cukup- Andrias Harefa, Bebaskan Masyarakat dari Belenggu Sekolah-Ivan Illich, Sekolah itu Candu-Roem Topatimasang, Belajar Sejati VS Kurikulum Nasional Y Pradipta (penelitiannya tentang sekolah Mangunan) dan seabrek buku lainnya yang pada akhirnya merubah cara pandang saya tentang belajar dan mendidik. Bahwa belajar itu sepanjang hayat dan guru di sekolah seperti saya harus tahu bagaimana menumbuhkan kesukaan belajar yang lama padam di hati anak-anak saya, bahwa mendidik tidak memaksa, mendidik itu belajar bersama anak-anak, saya hanya fasilitator, mendidik itu memunculkan kemudian menguatkan potensi yang sudah ada dalam diri anak-anak.

Sejak saat itu saya berubah, tidak ada lagi PR dan tugas, tidak ada lagi beban belajar yang sok sulit dan sok canggih, tidak ada lagi paksaan harus menguasai bidang studi saya secara sempurna, hingga sekarang banyak eksperimen model pembelajaran yang saya terapkan di kelas, dicoba, dikaji, ditulis, jadi penelitian dan kadang dapet juara (eh yang ini mah bonus aja, bukan tujuan akhir)

Di perjalanan saya mencari metode yang bisa menumbuhkan minat belajar sepanjang hayat ke anak-anak saya, yang umumnya berusia antara 15-18 tahun, saya bertemu dan sharing dengan banyak teman, baik guru maupun orang tua juga praktisi homeschooler. Saya bertemu dengan banyak buku, dan yang masih anget baru 11 hari saya baca adalah buku Cinta Yang Berpikir --sebuah manual pendidikan karakter Charlotte Mason--by. Ellen Kristi--yang banyak menambah wawasan berpikir saya, tepatnya menginspirasi..:)

Membaca sesuatu yang seiman memang enak, mudah dan tidak membuat kepala panas. Buku ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian pertama terdiri 10 Bab berkisah tentang filosofi Charlotte Mason, bagian kedua lebih teknis mengenai kurikulum CM dan bagian ketiga sekilas komparasi perbandingan CM dengan metode metode lain seperti Uniet Studies, Unschooling, Classical Education, Montessori dan Waldorf.

Charlotte Mason (1842-1923) juga seorang guru sama seperti saya (saya bangeett kalau boleh sedikit ge er) --...beda dengan banyak guru lain, charlotte tak pernah sigap meraih tongkat rotan dan memukul anak sesuai dengan buku panduan disiplin sekolah: anak laki-laki di pantat, anak perempuan di tangan atau kaki telanjang. beda dengan banyak guru lain, di kelasnya tidak pernah ada topi kurcaci kerucut dengan tulisan besar-besar DUNGU untuk dipakaikan kepada muridnya yang gagal mengeja dengan benar..
Apa yang diyakini Charlotte sama dengan apa yang saya yakini, seperti anak bukan ember kosong atau ranting pohon yang bisa dibengkokkan kemana-mana, bahwa setiap anak memiliki potensi, tidak ada PR, saya juga tidak menyetujui sistem rangking, nilai, jam belajar terlalu lama juga hafalan.

Yang berbeda dari Charlotte adalah saya masih belum menemukan cara yang pas mensiasati sistem pendidikan kita dengan semua yang saya yakini ini. Jika memang sistem pendidikan yang menggunakan ujian, nilai evaluasi pembelajaran sebagai tujuan akhir pendidikan di sekolah, dan materi pelajaran yang garing makna ini tidak dapat dirubah. Harus ada satu cara yang pas menjembatani itu semua, tapi apa? mungkinkah???

Kembali pada buku indah ini..
mengapa Cinta yang Berpikir?.. Cinta saja tidak cukup dalam mendidik anak-anak kita, karena ia harus dilengkapi dengan kesadaran dan pengetahuan (p.11), karena mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri-Naomi Aldort (p.14)
Pada intinya yang saya tangkap dari buku ini ada 2 hal penting yang berhubungan dengan teknik yang digunakan oleh Charlotte, mengenai narasi dan akar. Sepertinya semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah ambleside ada narasi dan ada akar, narasi maksudnya setiap anak dibiasakan dengan buku-buku sastra yang outstanding, yang disebut dengan living books, setelah membacanya dengan teknik slow reading (ini juga dapat melatih kedisiplinan anak-anak untuk menguatkan karakter p.90) kemudian anak-anak diminta untuk menarasikan bisa  secara lisan maupun tulisan tergantung kematangan si anak, tujuannya adalah agar anak terbiasa menangkap makna yang ada di dalam buku dus mereka jadi terbiasa dengan tata bahasa dan cerita yang indah, yang tersirat dalam setiap buku-buku livingbook. Pada prinsipnya berikan apa-apa yang terbaik dan karya-karya masterpiece, karena apa yang kurang dari itu tidak layak untuk anak-anak (p.92)
Berikutnya adalah akar, maksud dari akar adalah untuk mempermudah pemahaman anak dan pemaknaan suatu hal atau peristiwa, anak dibiasakan untuk mengetahui latar belakang si penulis atau tokoh-tokoh yang ada. Seperti misalnya untuk memahami puisi seorang maestro seperti Chairil Anwar, anak terlebih dahulu harus tahu sejarah hidup Chairil Anwar. Ini sangat menarik, karena saya mengalaminya sendiri, akan mudah bagi saya memahami tulisan seseorang jika saya tahu terlebih dahulu siapa orang yang menulisnya. Hal ini bisa diterapkan juga pada karya lukisan, novel, lagu dan lain-lain. Atau ketika saya membaca Al Qur'an saya suka membaca azbabun nuzul atau cerita dibalik turunnya ayat-ayat Allah itu, dan ini sangat membantu saya memahami ayat-ayat Allah.

Dua hal diatas bertujuan untuk mewujudkan 3 prinsip pendidikan menurut Charlotte, bahwa Education is an athmosphere, karena yang pertama kali di serap anak adalah atmosfir kehidupan alamiahnya sehari-hari, pertama, kehidupan keluarga dan kedua, kehidupan di tengah masyarakat. Anak-anak itu jenius dalam hal menjalin keakraban dengan siapa saja (p.41). Sehingga orang tua dan anak mestinya menjadi kawan seperjalanan yang menyenangkan dalam proses membangung karakter ideal dan mengejar pengetahuan.(p.45). Education is a dicipline prinsip ini menegaskan bahwa kebiasaan-kebiasaan baik bukan hanya harus diteladankan tetapi juga dilatihkan kepada anak-anak-habit training(p.46), sehingga anak akan menuai kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir dan bertindak tanpa harus lagi bersusah payah mengupayakannya secara sadar (p.47) dan Education is a life, pendidikan adalah kehidupan dan kehidupan jiwa yang terpelihara oleh asupan gagasan-gagasan atau ide. Tugas pendidik dan orang tua adalah memelihara kehidupan jiwa anaknya dengan gagasan sebagaimana ia memelihara kehidupan jasmaninya dengan makanan (p.54).

Ada hal yang awalnya saya tidak tahu, bahwa anak harus memperoleh kurikulum yang kaya, 3 anak kandung saya homeschooler, saya kemarin berpikir, ketika kecil anak-anak perlu dikenalkan dengan banyak hal sampai mereka menemukan satu hal yang mereka sukai atau aha moment, setelah itu sudah pekerjaan orang tua selesai, tinggal mensuport habis-habisan apa yang sudah jadi pilihan anak. Namun menurut Charlotte, anak anak harus mengenal A Generous Curricullum, sajikan di hadapan mereka gagasan-gagasan terbaik, terhebat, terluhur, terunggul, termulia, terluarbiasa, segala aspek kekayaan hikmat yang tersedia di alam semesta dalam riwayat bangsa kita serta sejarah umat manusia. Hanya kurikulum seperti ini yang mampu memenuhi kebutuhan pribadi anaks ecara utuh dan menyeluruh (p.56). Ide atau gagasan mana yang ia pilih sebagai inspirasi hidupnya itu urusan anak-anak.(p.59)--minat anak akan terus berubah, jadi terus isi mereka dengan berbagai ide atau gagasan. Karena sesuai perkembangannya minat itu bisa berubah.

Berikut ini khusus bab 9 tentang --belajar seni mendampingi belajar--dan menurut saya penting sekali untuk guru seperti saya :
1. Jika kita meyakini bahwa anak-anak bukan ember kosong, terlahir sebagai pribadi yang utuh, jiwa hidup yang bertumbuh, maka peran utalam dalam proses pendidikan ada di tangan mereka sendiri. Benak anak harus mengerjakan sendiri proses mencerna ide itu, jika kita tidak mau ia melemah dan berhenti berfungsi (p.61)
2. Anak-anak sendirilah pribadi yang harus bertanggungjawab dalam proses belajar, biarkan mereka menggarap pelajaran mereka dengan upaya mandiri, para guru memberi simpati, SESEKALI menjernihkan, mengarahkan, atau memperluas sudut pandang, tetapi proses berpikir itu harulah menjadi bagian para pelajar (p.61) Hukum Emas Comenius: Biarlah guru mengajar lebih sedikit supaya siswa belajar lebih banyak!! (p.62)
3. Proses belajar baru berhasil jika anak memiliki relasi-relasi yang menyenangkan dan intim dengan sebanyak mungkin bidang yang layak untuk ia minati--Education is a science of relation (p.64)


4. BERBAHAYA Modus yang membuat anak tidak pernah memperoleh makna dari apa yang dipelajarinya alih-alih memperoleh relasi yang menyenangkan dari apa yang dipelajarinya (p.64):
a. Membanjiri anak dengan buku teks, dan kuliah yang bertele-tele--akan lebih baik jika anak mencari sendiri langsung dari sumbernya
b. Mengkudeta hasrat alami anak lewat iming-iming nilai, hadiah, rangking, pujian atau ancaman hukuman dan sikap menyalahkan--
5. Apa gunanya lembar ijasah bertabur nilai menakjubkan jika setelah lulus pun anak tidak tahu bidang apa yang ia minati? Lebih penting memastikan bahwa anak menjadi pembelajar mandiri, sesseorang yang memiliki persahabatan yang menyenangkan dan intim dengan pengetahuan. itulah relasi yang akan memberinya kecintaan serta kegembiraan untuk terus belajar sepanjang hayat (p.67)

Buku 258 halaman ini sueeerr mencerahkan, lengkap dengan teknik-teknik di dalamnya, juga list daftar buku-buku living book baik yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, maupun yang masih asli dari sananya, serta jadwal belajar mingguan..:)

Setiap Bab disajikan pendek-pendek sekitar 3-4 halaman, memberikan ruang pembaca untuk bernapas dan merenung khusus di bab 1 -10, bab-bab selanjutnya lebih mudah dicerna.

Terimakasih Cinta Yang Berpikir, terimakasih inspirasinya Ellen Kristi ♥♥♥

Catatan : Buku ini hanya bisa didapat secara online disini http://www.facebook.com/notes/cinta-yang-berpikir/harga-buku-cara-pemesanan/105861419545735 atau dengan cara email ke athinkinglove@gmail.com dengan menyertakan data:
Nama penerima
Facebook ID
Jumlah buku
Alamat lengkap
No HP yang bisa dihubungi/dicantumkan di paket kiriman buku

website CM Indonesia ada disini : http://www.cmindonesia.com/

2 komentar:

  1. Keren mbak Lea!

    Kita butuh banyak guru2 revolusioner yg menularkan cara pandang atas pendidikan yg inspiratif seperti ini.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mas Aar...:)..semangaatt!!..(^.^)/..

      Hapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...