Selasa, 01 Februari 2011

Mau kemana selepas SMA???

Ibu kalau masuk HI nanti jadinya apa?
Kalau Ekonomi bu?
Ibu kalau Antropologi?
Kalau sastra Prancis?
Kalau masuk LPK nanti kerjanya apa?

dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan murid-murid saya, yang biasanya pertanyaan tersebut diajukan pada saat mereka konsultasi di ruang BP.

kalau mau kuliah pilihlah jurusan yang kalian sukai, karena belajar karena suka dan belajar karena terpaksa *daripada nggak kuliah*, hasilnya akan jauuuh berbeda.

Menurut pendapat saya, posisinya semestinya sekarang dibalik, kalau jaman saya SMA sekitar 20 tahun yang lalu, saya pernah mendengar seorang pakar yang mengatakan bahwa, jika ingin memilih jurusan di universitas, lihat lowongan pekerjaan yang banyak di surat kabar, kemudian lihat jenis pekerjaan dan kualifikasi apa saja yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan saat ini. Nha pilihlah jurusan yang sesuai dengan kualifikasi tersebut.



Sekarang posisinya tidak bisa begitu, nyatanya 20 tahun kemudian tetap saja banyak sarjana menganggur dan tidak kreatif, serta lulus dengan nilai pas-pas an. Apa sebab?, karena mereka memilih jurusan yang belum tentu mereka sukai dan belum tentu sesuai dengan bakat dan potensi yang ada dalam diri mereka.

yang saya lihat, orang yang belajar karena dia suka dengan apa yang dipelajarinya, seolah menjadi serigala yang kelaparan, segala hal yang berhubungan dengan apa yang dia pelajari akan dilahapnya dengan mudah, dan biasanya orang-orang seperti ini otomatis akan menonjol dimanapun dia berada. Karena pengetahuan yang dia peroleh melebihi pengetahuan orang-orang di sekitarnya.
Dan masalah pekerjaan atau uang, akan mengalir dengan sendirinya…

Saya memiliki dua orang adik, yang satu sastra prancis, satunya lagi sastra jepang. Beruntungnya adalah waktu itu orang tua saya tidak pernah melarang anaknya untuk belajar apa saja sesuai yang disukainya. *biasanya orang tua akan berkata, mau jadi apa nanti kalo ambil jurusan sastra?
Alhasil sekarang yang sastra prancis, laki-laki, menyelesaikan kuliah S2 dan S3 nya dengan beasiswa penuh pada universitas no 44 terbaik di dunia, di Mexico City dan gelar Ph.d diraih sebagai lulusan terbaik, saat usianya baru 33 tahun.
Sedangkan yang sastra Jepang, perempuan, memilih bekerja freelance sebagai penerjemah Gramedia

Jadi kesimpulannya, mulailah memilih jurusan yang kalian suka, cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai mata kuliah yang akan di pelajari pada jurusan tersebut. Jangan pernah berpikir jadinya nanti apa, tapi berpikirlah untuk melakukan yang terbaik, dan pasti kalian akan terkejut dengan hasilnya nanti.

Semangaattt anak-anakku sayang…(^.^)/..

1 komentar:

  1. Setuju... jadilah luar biasa di bidang yang dinikmati. Buat apa menjadi payah atau biasa-biasa saja di bidang yang kata orang keren tetapi kita tidak suka... Pasti susah sekali hidup bahagia kalau kita setiap hari harus menjalani profesi yang kita benci.

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...