Selasa, 28 Desember 2010

La Tahzan For Teachers


Kalau saya bilang buku ini bagus, biasa ya…
Tapi buku ini memang bagus, maksud saya, cerita asli seorang guru yang mendidik dengan HATI. Tidak melulu mengejar materi dan angka raport, serta target kelulusan UN, namun selalu sepenuh jiwa dan suka cita membantu muridnya yang kesulitan, yang dianggap “aneh”, yang dianggap “bodoh”.
Biasanya ketika saya baca buku-buku tentang pendidikan, penulisnya adalah kepala sekolah, atau muridnya, atau mantan guru. Seperti AS. Neill, Thomas A hoer, Munif Chatib, Tetsuko Kuroyanagi, Andrea Hirata dan Hernowo.
Baru kali ini saya membaca buku, yang menulis adalah seorang guru yang masih aktif. *mungkin sayanya yang kuper.
Saya suka sekali buku ini, pengalaman Irma ditulis dengan detail dengan ulasan ahli psikologi serta pemecahan masalahnya. Hmm kekurangannya mungkin kisah lanjutannya, bagaimana akhirnya dengan Doni, Arlan, Rahmi, Herman dan Ferro.
Namun hal itu tidak menjadi penting, karena cerita-cerita nyata yang dikisahkan ibu guru Irma, juga banyak dialami di banyak sekolah lain di Indonesia. Perbedaannya, banyak sekolah lain yang mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan permasalahan anak-anak tersebut. Sedangkan di tangan ibu guru Irma dan teman-teman yang berada di SMA YAPERA, anak-anak ini ditangani dengan bijak, dianalisa dengan sungguh-sungguh dan diapreasi perubahannya. I LOVE THIS
Buku ini sangat penting dimiliki, dibaca, dipahami dan diterapkan oleh semua guru di seluruh Indonesia, Indonesia sangat membutuhkan guru-guru seperti ibu Irma, dan guru BK seperti Gita—andai Gita mau jadi guru BK di sekolah  hehe—

Berbagai cara dilakukan oleh ibu Irma untuk membuat murid-murid nyaman dan menyenangi belajar, bahkan beliau berani menyelingkuhi kurikulum. (Tenang ma, yang ini aku dukung 100%), karena menurut Irma, pendidikan karakter sangat penting, porsi pendidikan ini mestinya memiliki prosentase lebih banyak diatas pendidikan akademik.
Pada bahasan pekerjaan yang baik Irma bertemu mantan muridnya yang malu bertemu dirinya karena sekarang bekerja menjadi waitress dan troller boy. Tulisan di halaman 73 ini mengingatkan saya pada buku Summerhill School – AS Neill, ketika Neill bertemu mantan muridnya yang tukang batu namun sangat bahagia, bangga dengan pekerjaannya dan menikmati hidupnya, muridnya ini juga dipuji atasannya sebagai pegawai yang handal, berdedikasi dan jujur. Irma menekankan pada murid-muridnya untuk bekerja sesuai minat dan apa yang disukainya, karena bekerja karena suka dan seusai minat hasilnya akan lebih baik daripada bekerja karena terpaksa, apapun pekerjaan itu.
Di bagian guru harus lapang dada, Irma merasa belum berhasil menerapkan metode moody yang pernah saya gunakan di kelas. Sebetulnya sudah berhasil ma, pada taraf Irma menghargai perasaan murid-murid Irma pada proses belajar. Mereka ingin dihargai, didengarkan dan diperhatikan dan itu sudah diberikan Irma saat menanyakan siapa yang moody siapa yang tidak, dan menghargai murid yang sedang tidak mood.
Jika yang saya lakukan dulu, membuat teman lain yang semula tidak mood menjadi mood di jam berikutnya, bisa dilihat disini. Yang saya dapatkan kemarin ketika mengajar kelas X, tidak sama, mereka malah mencoba menarik perhatian saya dengan bercanda dan tertawa keras. Sedangkan anak mood yang duduk melingkar di meja depan, semakin meningkatkan konsentrasinya untuk mengerjakan dan memperhatikan materi yang saya ajarkan. Situasi ini sangat lucu dan sengaja saya biarkan demikian. Bisa dilihat disini.  Minggu berikutnya anak-anak mood yang sudah memperoleh materi pelajaran dari saya, saya minta maju ke depan, dan anak-anak yang minggu kemaren tidak mood saya minta memilih salah satu dari mereka untuk menjadi tutor mereka. Setelah itu mereka boleh keluar kelas, memilih tempat dimana saja untuk belajar bersama.
Buku ini sangat tepat dijadikan bacaan wajib para guru untuk merubah persepsi mereka mengenai pembelajaran di kelas. Merubah persepsi bahwa belajar itu menyenangkan, bahwa tidak ada anak bodoh, tidak ada anak bermasalah-yang bermasalah justru kita yang tidak dapat memahami anak tersebut.
Hari ini saya bertemu dengan dua penulis yang guru hebat dan psikolog hebat ini. Di tengah pembicaraan kami ada yang membekas di kepala saya. Metode pembelajaran yang diterapkan tetep mentok dengan materi dan kurikulum dari DIKNAS. Jika menuruti kurikulum seringnya tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan anak-anak, masak kelas 2 SD harus kenal KTP dan anak kelas 4 SD harus tahu sistem parlementer, anak SMP harus tahu emiten, saham dan obligasi??
Kalau menurut Yohanes Surya, semua tergantung bagaimana metode penyampaiannya di kelas. Namun kalau menurut saya jika anak-anak tumbuh alami, melalui proses dan step yang mereka harus lewati, maka kelak mereka akan tumbuh menjadi jiwa yang sehat jasmani dan rohani serta berkarakter.
Lalu bagaimana mengakali kurikulum?
Mungkin ini jawaban putus asa, karena saya juga Guru. Prosentase terbesar tetap pendidikan karakter dan menumbuhkan gairan belajar sepanjang hayat. Materi  dibuat senyata mungkin dan melihat anak sebagai seorang pribadi yang unik, sehingga seberapapun kemajuan yang mereka peroleh kita dapat menghargainya secara maksimal.
Bukan karena saya kenal Irma dan Gita, namun buku ini sangat bagus, saya tahu bagaimana Irma bergelut dengan hati dan kenyataan, dan pada akhirnya bisa dia curahkan dalam buku ini.
Saya ingat sekali nasihat Irma ke saya,
Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya
...Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan

Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup
...Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik

Ketahuilah, pada akhirnya
Sesungguhnya ini semua adalah antara engkau dan Tuhan
Tidak pernah antara engkau dan mereka
Semangaaattt bu Guru Irma!!...\(^.^)/...

5 komentar:

  1. Gimana? bisa dipesan online dak ya? tq.

    BalasHapus
  2. Pertamax? Atau ketigax?
    Trims infonya Bu... Mau cari nih bukunya.. Ada promo ke kota2 untuk signing nggak?

    BalasHapus
  3. bisa langsung ke penulisnya saja, di irmayanti@gmail.com atau gita19@gmail.com, harga bukunya murah kok hanya Rp.37.000,-, tapi manfaatnya insyaAllah luar biasa...:)

    BalasHapus
  4. ato ke bukabuku.com, dan inibuku.com

    BalasHapus
  5. Sudah beli dari Bu Guru Irma. Menurut saya bukunya sangat menarik, insyaa Allah bermanfaat dan menginspirasi buat para guru di sekolah yang menghadapi "murid-murid bermasalah".

    BalasHapus

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...