Minggu, 21 November 2010

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN: SEBUAH KENISCAYAAN

Saat bersih-bersih kemarin, saya menemukan artikel ini, saya tulis kembali di sini, untuk bahan refleksi saya..

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN: SEBUAH KENISCAYAAN
Oleh : Oen Toeng Wie
Lebih dari 2400 tahun silam, konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa
Yang saya lihat, saya ingat
Yang saya kerjakan,, saya pahami
Sungguh adalah satu kenyataan yang tidak isa dipungkiri bahwa keberhasilan pendidikan, diawali dari keberhasilan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peerta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik sebagai subyek belajar.
BERAPA JAUH KITA TELAH MELANGKAH
To say is easy
To do is difficult
To understand is more difficult
To make one understand is most difficult
(Sun yat sen)


Kata orang bijak, isilah hidup dengan penuh makna, tidak berbeda, pembelajaran di kelas pun demikian pula. Sebagaimana telah diamanatkan oleh Jerome Bruner dan Davi P Ausubel puluhan tahun silam
Pembelajaran menurut Bruner adalah pembelajaran yang memberi peran aktif kepada peserta didik dalam tujuan mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah
Sedangkan menurut ausubel, kegiatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan belajar yang bermakna (meaningful learning) dan kegiatan belajar yang tidak bermakna (role learning), dimana siswa hanya menghafal apa yang diajarkan guru tanpa memahami makna atau isi dari apa yang dihafalkan
Bruner dan Ausubel adalah guru-guru kita, yang memberi jalan utnuk melangkah menuju pembelajaran yang hidup sekaligus bermakna
Seberapa jauh kita telah melangkah?
BANYAK JALAN MENUJU ROMA
Dalam mengajar, orang bijaksana mebimbing murid-muridnya tetapi tidak menariknya.
Dia mendorongnya maju kedepan dan tidak menekannya
Dia membuka jalan tetapi tidak membawanya ke tempat yang dituju
Di mendorong murid-muridnya untuk berpikir mandiri

Mengetahui ada banyak jalan yang bisa dilalui, belumlah cukup. Kehidupan dan kebermaknaan terletak pada aksi, bukan dalam mimpi. Ada banyak tawaran yang bisa dipilih untuk kemudian diterapkan dan dikembangkan dalam kelas

Anak-anak kita punya hati, punya rasa, sebagaimana kita memilikinya
Membuat mereka senang dalam menemukan makna dan kehidupannya, adalah kewajiban kita.
Maka pembelajaran yang menyenangkan adalah sebuah keniscayaan. Siapa takut?

-------
Melihat perkembangan kepribadian murid-murid sekarang ini, sepertinya memang lebih mudah untuk belajar bersama mereka secara konstektual atau nyata, atau menggunakan analogi yang mudah dipahami bagi mereka.

Murid-murid saya bukan jenis konseptual artinya mereka sulit memahami tulisan yang ada di buku pelajaran. Mereka sulit belajar secara abstrak, membayangkan – karena terkadang kalimat-kalimat dalam buku jauh diluar jangkauan daya nalar mereka--. Tidak dapat dipungkiri bahasa buku pelajaran kita memang bahasa abstrak yang memusingkan…hehe, demikian juga dengan soal-soalnya yang seringnya menimbulkan banyak jawaban—seperti misalnya: Sebutkan masalah perekonomian di era modern sekarang ini!!—jawaban yang diharapkan oleh guru adalah barang apa yang diproduksi, bagaimana memproduksi dan untuk siapa di produksi--,namun jawaban murid-murid adalah pengangguran,kemiskinan, pembangunan yang tidak merata, inflasi dan masih banyak lagi jawaban yang keluar karena mereka melihat permasalahan yang ada di sekitar mereka. Dan tentu saja jawaban murid-murid ini sangat benar.

Murid-murid saya akan mudah memahami sebuah konsep jika saya bercerita terlebih dahulu atau menganalogikannya terlebih dahulu sesuai dengan perkembangan atau lingkungan sekitar mereka.

Saya pernah mencoba menjelaskan konsep uang dan bank dengan mengajak mereka mengelola uang jajan mereka dan mengajak mereka menyimpan uang mereka ke bank. Disini ceritanya


Atau ketika menjelaskan pencatatan transaksi usaha dagang, saya membagi mereka menjadi kelompok ada yang berperan menjadi pedagang, ada konsumen dan ada supplier atau pemasok. Disini ceritanya

Ada lagi ketika saya ingin menjelaskan konsep permintaan dan penawaran, saya bercerita mengajak jalan-jalan di gurun pasir, tersesat, kehausan dan hanya ada satu orang penjual minuman. Cerita ini saya kembangkan dari expernomics.

Saat menjelaskan perdagangan internasional, saya membagi mereka menjadi dua kelompok besar mewakili dua Negara, ini juga bermain peran, karena di tiap Negara saya minta mereka membentuk pemerintahan, jadi ada presiden, mentri perdagangan, mentri ekonomi—disana mereka juga saya minta mengenal resources di tiap Negara, apa yang dibutuhkan, melakukan pembelian dan penjualan antar Negara, belajar bernegosiasi dan yang tidak saya perhitungkan sebelumnya, mereka juga belajar nilai tukar uang.

Untuk konsep kewirausahaan, saya minta mereka membuat proposal usaha apa saja yang sesuai dengan apa yang mereka suka dan potensi daerah tempat tinggal mereka. Proposal tersebut dipresentasikan di depan kelas, seolah teman-teman mereka yang lain adalah para investor yang akan menginvestasikan uang mereka pada usaha yang menarik menurut mereka.
Proposal ini saya harap bisa menginspirasi mereka untuk nantinya berani untuk membuka usaha mandiri.
Yang menarik, jenis usaha yang mereka tawarkan dalam proposal sangat menarik dan beragam, ada warung Es Rapense singkatan dari Rawa Pening Segar, ada persewaan motor, ada warung sego jagung—yang intinya mereka ingin melestarikan makanan khas daerah di satu tempat, dan warung yang dibuat tetap tradisional, tetap menggunakan daun pisang, namun elegan dan lux, karena mereka ingin mengangkat kesejahteraan para pedagang sego jagung atau nasi jagung. Untuk diketahui sego jagung ini perbungkus hanya Rp.1000,- cukup kenyang sehat dan bergizi karena ada nasi dari jagung, sambal bawang, urap sayur dan gereh. Tujuan mereka membuat warung ini, mereka ingin nasi jagung naik tingkat, bukan makanan level pasar yang kotor dan becek, namun menjadi makanan restoran yang bersih dan sehat.

Semua tergantung karakteristik anak-anak, suasana kelas, jumlah anak, budaya anak, juga perkembangan jiwa mereka. Intinya masih tetap sama menumbuhkan passion belajar sepanjang hayat, sehingga menghasilkan anak-anak yang sehat jasmani dan rohani. Semangaatt!!...(^.^)/..

2 komentar:

Menjadi Instruktur

Pengalaman berikutnya sejak pandemi tepatnya mulai 13 Oktober 2020, saya diajak mas Aye - menjadi instruktur pengajar praktik guru penggerak...